Abraham menjadi tokoh yang penting sekali, tapi kemudian masuk dalam krisis ketika keturunan Abraham yang sudah sangat banyak cuma menjadi budak di Mesir. Lalu Tuhan mulai progres lagi dari krisis, perbudakan di Mesir itu krisis. Israel menjadi budak dari bangsa lain, dari bangsa penyembah berhala, itu krisis. Jangan pikir di Mesir itu ada kebebasan beragama, orang Israel praktekan menyembah pakai korban di tengah Mesir, pasti akan dilempar batu sampai mati. Ini masih beda dengan Indonesia, kita masih boleh beribadah di tengah-tengah negara ini. Tapi Israel tidak bisa, Israel berada di tengah-tengah krisis. Tapi Tuhan melanjutkan pekerjaanNya dengan membentuk umat, menyiapkan tempat di Kanaan, bukan untuk kembali ke keadaan sebelum mereka dijadikan budak di Mesir. Setelah Israel ada di Tanah Kanaan, ada krisis lagi? Ada. Israel mengalami krisis karena mereka memberontak kepada Tuhan dan Tuhan ancam “Aku akan buang kamu”. Tuhan sudah ancam pembuangan dari awal “jika kamu menyembah berhala, Aku akan tegur kamu berkali-kali, Aku akan membuat ada penyakit, Aku akan membuat kamu diserang oleh bangsa lain, Aku akan membuatmu sangat susah karena ada kelaparan. Tapi setelah kamu bertobat, Aku akan pulihkan. Tapi jika tidak, Aku akan buang kamu ke negara lain”. Pembuangan itu bukan hanya sekedar ditangkap untuk kemudian dibebaskan. Pembuangan itu berarti negara yang dibuang itu akan habis, ini pengertian pembuangan. Pembuangan bukan hanya sekedar dijadikan budak, pembuangan berarti the end of a nation. Kalau Asyur mau mengalahkan Syria, Aram, yang mau dilakukan Asyur bukan hanya menangkap orang-orang Aram, yang dia mau adalah Aram berhenti ada di dunia, ini adalah the end of history bagi Aram. Ini yang dilakukan oleh bangsa-bangsa pada zaman dulu di dalam tradisi Timur Dekat Kuno. Babel juga menghancurkan istana raja, Bait Allah, itu bukan penghancuran dengan harapan suatu saat akan dibangun lagi, ini adalah penghancuran murni. Maka pembuangan Israel identik dengan mati. Kalau orang sudah meninggal, Saudara tidak akan berharap akan ketemu lagi dengannya bulan depan. Demikian juga ketika Israel dibuang, itu mati. Sehingga waktu Tuhan mengeluarkan janji di Yesaya 40 atau Yeremia pasal 30an, atau Yehezkiel pasal 30an, ketika Tuhan mengatakan “Aku akan pulihkan kamu”, itu diluar kemungkinan, orang harus beriman untuk mengamini kalimat Tuhan itu. Karena belum pernah ada bangsa yang dibuang, yang bisa kembali sebagai bangsa. Yang pertama, mereka akan sudah kawin campur di negeri dimana mereka dibuang, yang kedua tanah mereka sudah diduduki oleh bangsa lain. Tidak mungkin ada tanah subur yang dibiarkan kosong oleh bangsa lain. Lalu mereka tidak akan punya kekuatan untuk kompak mendirikan pasukan untuk menyerang bangsa yang menjajah mereka, tidak mungkin. Orang buangan biasanya menjadi budak. Lalu biasanya tidak mungkin mereka memunyai tentara untuk merebut kembali tanah mereka, sehingga waktu mereka dibuang ke Babel, mereka seharusnya mengatakan “ini adalah the end of Israel”. Israel sudah berhenti, Israel tidak mungkin ada, Israel sudah selesai. Tapi Tuhan mengatakan “Aku akan memulihkan engkau”, tidak ada yang percaya. Nabi-nabi mengatakan Tuhan akan memulihkan, mereka mengatakan “mana mungkin, bagaimana cara dipulihkan?”. Di Tanah Babel mereka tidak punya tentara. Waktu Babel ditaklukan Persia, mereka tidak punya kekuatan untuk mengambil tanah mereka. Tapi Tuhan bangkitkan Koresh, bukan tentara Israel yang menakuti-nakuti penduduk lokal yang sudah ambil alih Tanah Israel, tapi Tuhan memakai tentara Koresh. Koresh menulis surat “jika ada yang menghalangi Israel untuk pulang, nanti akan berhadapan dengan tentara Persia”, siapa yang berani? Jadi Tuhan punya cara untuk membangkitkan Israel seperti dari mati. Tapi apakah Saudara tahu progres apa yang Tuhan mau berikan ketika Israel pulih? Gereja. Tuhan janjikan pemulihan yang bukan hanya sekedar Israel akan punya tanah lagi Tanah Perjanjian, mereka bisa membangun Yerusalem, mereka bisa membangun Bait Suci. Tuhan mengatakan “mulai sekarang Israel akan menyebar ke seluruh bumi, mulai sekarang jadikan semua bangsa murid, mulai sekarang Kristus akan ditinggikan, ini AnakKu”. Jadi yang Tuhan kerjakan setelah krisis adalah progres bukan pemulihan. Pemulihan tidak ada dalam cara Tuhan bekerja, selalu progres. Di dalam kejatuhan orang percaya, setelah dia bertobat pasti ada progres. Kalau Saudara bertobat tapi terus kembali seperti itu lagi, pertobatan itu harus dipertanyakan. Ketika Tuhan membangkitkan dari bertobat, ada progres. Seorang yang tadinya jahat dipakai Tuhan menjadi hamba Tuhan, itu progres. Maka pekerjaan Tuhan selalu bersifat progresif, bahkan di tengah-tengah krisis, justru karena krisis, Tuhan responi krisis itu dengan menyatakan kuasaNya, Tuhan mengatakan “rencanaKu bukan hanya gagal dihambat, rencanaKu bahkan mendapatkan kemungkinan menjadi lebih besar karena ada krisis”.