Kita akan membaca lagi apa yang dua minggu lalu kita pernah baca. Kita akan membaca Matius 7:15-20, di sini ada beberapa elemen yang akan kita renungkan lebih detail. Perlu diingat dalam Matius 7:15-20 terdapat skema Khotbah di Bukit. Khotbah di Bukit terdiri dari tiga bagian. Pertama, tentang sepuluh ucapan bahagia. Kedua, tentang aplikasi dan contoh. Ketiga, bagian akhir atau kesimpulan, ini pesan penekanan yang akan kita bicarakan hari ini. “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”. Dalam Matius 7:15-20 ini, kita melihat bagian pertama, ayat 15 mengandung sebuah peringatan. Kalau di dalam ayat 13-14 menggunakan kata perintah “masuklah”. Di ayat 15 ini menggunakan kata “waspadalah”. “Waspadalah” berarti ini betul-betul berbahaya dan peringatan ini menjadi satu gambaran bagaimana menakutkannya pengajaran sesat itu. Ini yang menjadi tantangan di dalam seluruh perjalanan umat Tuhan. Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, umat Tuhan selalu saja dihadapkan dengan tantangan pengajaran sesat. Iblis itu selalu menggunakan antek-anteknya, seolah-olah mereka adalah nabi sejati, rasul sejati, pengajar yang sejati, padahal mereka itu adalah kaki tangannya iblis, dan itu selalu terjadi. Seperti di dalam Keluaran 32, yang menampilkan momen Musa menerima dua Loh Hukum Tuhan. Keluaran pasal 19-31 itu adalah sebuah rangkaian yang sangat indah, karena Allah yang berdaulat telah menuntun orang Israel keluar dari Mesir, dan sekarang ingin mengadakan satu relasi yang personal, yaitu relasi dengan umat-Nya, apalagi saat Dia mengenalkan nama-Nya adalah Tuhan, Yahweh. Nama Yahweh selalu muncul sebagai satu relasi yang personal. Nama itu tidak boleh sembarangan dalam konteks itu. Kita tidak bisa tiba-tiba tanya seorang raja, “Namamu siapa?” Kita tidak bisa memanggil nama raja sembarangan. Kita akan selalu pakai kata sapaan, seperti tuan, raja, baginda, yang mulia. Kita tidak bisa hanya menyebutkan namanya. Di dalam konteks kita hari ini pun juga sama, kita tidak bisa tiba-tiba panggil orang yang dihormati itu hanya dengan nama. Contohnya, Pak Presiden datang, kita tidak langsung memanggil namanya “Jokowi”, kita pasti memanggilnya “Pak Presiden” atau kalau agak lebih informal kita panggil “Pak Jokowi”. Tetapi kita tidak bisa panggil nama “Jokowi” saja, itu sepertinya kita kurang ajar. Atau kalau ada seorang CEO datang, namanya Bob, kita tidak bisa langsung memanggilnya “Halo, Bob!” Itu suatu hal yang tidak biasa. Tetapi justru kita lihat Allah mengenalkan diri-Nya dan umat-Nya menyebut nama-Nya, ini menunjukkan relasi yang sangat dekat sekali. Dan bukan hanya itu saja, di dalam Matius 5-7, kita juga sudah membahas tentang bagaimana paralel antara kisah dari Keluaran dimana umat Tuhan dipimpin, diberikan hukum. Dan sebagaimana yang kita bisa lihat di dalam Matius juga sama, umat Tuhan itu digambarkan menerima sepuluh ucapan bahagia yang menjadi landasan hukum bagi the new people of God, the new Kingdom of God. Namun, gambaran relasi yang dekat dan indah itu tiba-tiba diinterupsi, tidak jauh-jauh sampai Kitab Hakim-hakim pasal 32 yang menggambarkan munculnya penyesatan yang sangat menakutkan. Tuhan sudah bicara Sepuluh Hukum, dan waktu Tuhan bicara Sepuluh Hukum, seluruh orang Israel mendengarnya, seperti yang ada di kitab Ulangan pasal 4. Jadi, yang mendengar Sepuluh Hukum itu bukan hanya tua-tua, Musa dan Yosua, melainkan seluruh orang Israel yang diperkirakan jumlahnya kira-kira dua juta orang yang berada di kaki Gunung Sinai. Mereka melihat awan gelap dan kelam yang menyembunyikan kemuliaan Tuhan, kalau tidak demikian, mereka pasti mati semua. Musa pun bersembunyi di balik batu, dia tidak bisa bertatapan langsung dengan kemuliaan Tuhan. Bayangkan hari itu orang Israel melihat satu penglihatan yang spektakuler, supernatural, fenomenal. Mereka melihat semua ini, melihat bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya, rupa dan bentuk-Nya tidak terlihat, namun suara-Nya terdengar. Mereka mendengar Firman Tuhan yang membicarakan Sepuluh Hukum itu (Keluaran 20). Lalu, kira-kira 40 hari kemudian terjadi peristiwa yang dicatat dalam Keluaran 32. Apa yang terjadi di situ? Mereka membangun anak lembu emas. Kalau kita lihat itu sangat menakutkan, karena tentu saja di situ muncul namanya nabi palsu atau pengajar sesat yang sudah muncul awal-awal sekali. Mereka berkata, “Musa lambat sekali turunnya. Jadi mari kita buat patung.” Setelah emas dikumpulkan, lalu dibuatlah patung anak lembu emas, lalu mereka mengatakan, “Inilah allah kita yang menuntun kita keluar dari Tanah Mesir”, ini sebuah ironi. Mengapa bisa mereka yang tadi sudah melihat Allah yang menyatakan diri-Nya tanpa rupa yang kelihatan, sekarang mereka membuat sesuatu yang kelihatan. Dan Tuhan sudah mengatakan, “Jangan buat bagimu apa pun yang menyerupai apa pun”, tetapi mereka tetap membuatnya. Mengapa? Karena penyesatan selalu muncul. Kita sudah lihat sejak awal di Keluaran, penyesatan sudah muncul. Nanti akan ada eskalasi yang berlipat-lipat di dalam sepanjang sejarah Perjanjian Lama dan kemudian akan terus berlanjut sampai Perjanjian Baru. Kalau kita membaca bagian-bagian kitab di dalam Perjanjian Baru, salah satu fokus hamba-hamba Tuhan, rasul-rasul, pengajar-pengajar yang sejati itu, ialah menghadapi pengajar palsu. Mengapa hanya pengajar-pengajar yang selalu punya kepekaan untuk menghadapi pengajar palsu? Karena mereka tahu firman Tuhan, karena mereka punya hati mencintai Tuhan dan orang yang cinta Tuhan itu punya kepekaan atas orang-orang yang tidak cinta Tuhan. Contohnya, bagi seorang pemuda, kalau ada seorang perempuan yang cantik dan baik, sang pemuda senang sama perempuan itu. Laki-laki itu sangat sensitif dengan laki-laki lain yang PDKT sama perempuan ini. Pemuda itu langsung tahu, seperti ada antena yang memantau terus beberapa meter, “Ternyata bukan hanya satu, gawat ini, ada tiga, ini bagaimana strateginya?” Mengapa pemuda itu bisa peka? Karena pemuda itu menyukai dia. Kalau pemuda itu tidak suka sama dia, tidak mencintai dia, tidak ingin bersama dia, pemuda itu tidak akan peduli, mau ada 50 laki-laki mendekati perempuan itu juga tidak akan tahu, itu sederhana saja. Oleh sebab itu, mengapa nabi-nabi sejati, rasul-rasul Tuhan, pengajar-pengajar yang sejati itu, mereka mempunyai satu pemahaman bahwa ada banyak sekali pengajar sesat. Karena mereka cinta Tuhan. Orang yang tidak cinta Tuhan takkan pernah tahu apa itu sesat. Mereka buta, tidak bisa lihat. Dan sayangnya yang terjadi, umat Tuhan yang tidak cinta Dia, meskipun baca Firman, matanya tetap tertutup, karena waktu mereka baca, mereka tidak paham atau kalau paham pun, mereka tidak menjalankannya. Jadi, ini ironi yang besar. Oleh sebab itu, kita lihat saja sekte yang menyebabkan banyak orang mati, 200 orang mati kelaparan, itu dari mana datangnya? Saudara waktu nonton dokumenter Netflix, itu Jung Myung Seok dan beberapa sekte-sekte yang lain. Bayangkan ada yang mengajak untuk bunuh diri massal, ada yang mengatakan dirinya Tuhan Yesus, ada yang melakukan pelecehan seksual dan segala macam eksploitasi keuangan. Tetapi masih saja pengikutnya puluhan ribu, ini bukan cuma beberapa puluh orang. Kalau kita mengadakan seminar-seminar, progsif yang bagus-bagus, mungkin hanya segelintir orang, mengapa? Jangan heran, meskipun tentu ada bagian evaluasi juga sebenarnya bagi kita sendiri, tapi jangan heran yang ingin mendengar kebenaran firman, yang mencintai Tuhan, memang tidak banyak. Oleh sebab itu, orang yang cinta Tuhan akan menggumulkan bagian firman yang sejati dan orang yang tidak cinta Tuhan, mereka hanya akan pergi ke tempat yang memuaskan mata, telinga, hawa nafsu mereka, mereka akan pergi ke situ. Kumpul senang-senang, bisa main bola, main basket, bisa lakukan apa pun, musik-musik pop masuk, di situ bisa joget-joget. Saya tidak tahu apakah Saudara pernah ikut beberapa acara, saya bukan mendiskreditkan denominasi tertentu, tapi saya pernah ikut di dalam suatu retret, ada MC-nya mengatakan, “Mari kita memuji Tuhan.” Caranya dengan lari keliling-keliling ruangan ibadah itu, sorak-sorak, bawa bendera, segala macam, itu suasana kacau. Mereka mengatakan mereka sedang memuji Tuhan atau olahraga marathon? Ini sangat ironis, saya agak trauma waktu itu. Saya baru datang ke Jakarta, ada retret semacam itu. Ini menakutkan. Belum lagi hamba Tuhan di depan mengatakan, “Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini sesi kebangunan.” Ini ada apa? Kebangunan apa? Maksudnya, kita masih dalam sudut pandang tradisional, tidak terlalu paham yang begini. Dia mengatakan, “Alkitab mengatakan orang beriman bisa bahasa roh.” Lalu, dia mengatakan, ini kalimatnya yang saya tidak kurangi, tidak tambahkan juga, “Bapak, Ibu, ucapkanlah kalimat yang Saudara tidak ketahui.” Terus yang kedua, “Yakinlah itu dari Tuhan.” Lalu yang ketiga, dia hembus-hembus pakai mic, lalu yang saya lihat satu per satu teman-teman di sekeliling saya berjatuhan, ini benar-benar horor bagi saya waktu itu. Saya ketakutan, sebetulnya ini fenomena apa? Lalu saya dengan hati yang gentar, saya takut, saya juga tidak paham, saya tidak tahu mau ngomong apa, saya memutuskan keluar saja dari ruangan itu, saya tidak mau menghakimi, saya tidak tahu apa pun, saya keluar. Lalu yang keluar itu ternyata ada beberapa orang, jadi bukan saya sendiri. Lalu kita diinterogasi oleh kakak pembimbing, “Kamu mengapa keluar waktu sesi?” Kakak pembimbing itu sedikit galak-. Tetapi saya benar-benar tidak bisa. Fenomena ini terjadi terus-menerus, penyesatan terjadi terus-menerus. Penyesatan itu juga ada beberapa kategori, orang yang baca firman itu bisa langsung tahu kategori yang sangat kelihatan, apa yang sangat kelihatan? Yaitu kalau memang sudah menyimpang dari firman, kelihatan jelas. Kalau dia mengakui bahwa dia tahu hari kiamat, jelas pasti bidat. Kalau dia mengatakan, “Saya Kristus, saya Yesus itu sendiri.” Itu pasti bidat. Orang yang mengatakan, “Saya kemarin dapat firman, Tuhan bicara kepada saya begini begitu.” Itu jelas penyesatan. Alkitab sudah mengatakan dan itu jelas. Jadi, kita bisa langsung tahu penyesatan yang jelas itu. Tetapi yang lebih susah adalah yang Kristus katakan, apa yang Kristus katakan? Sekali lagi kita baca ayat 15, “Kristus bilang waspadalah terhadap nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba. Tapi sesungguhnya mereka serigala yang buas.” Penyamaran ini yang membuat kita susah, ibaratnya ahli dalam penyamaran, kita tidak bisa bedakan. Sekarang ada teknologi deepfake, teknologi yang bisa membuat muka kita ditempel ke orang lain dan itu betul-betul mirip dengan kita. Di dalam berita dikatakan dari mulai harga 300 dolar sampai berapa ribu, saya tidak ingat persisnya, itu bisa dipesan dan ini menakutkan. Teknologi deepfake, suaranya bisa persis dan kita bukan lagi bicara teknologi, tetapi ini ilustrasi penyesatan. Jadi suaranya bahkan bisa seperti ada intonasi, ada dinamika yang begitu hidup. Jadi kalau kita pakai artificial intelijen itu untuk menelepon mama kita, mama kita akan pikir itu kita yang telepon, suaranya, intonasinya, mungkin gagapnya ada cirinya sendiri. Dan kalau kita lihat teknologi saja bisa begitu, tetapi yang kita lihat, di belakang semua penipuan itu siapa tokohnya? Iblis adalah bapak dari segala penipu, dia ahli dalam menipu. Oleh sebab itu, kita berhadapan dengan yang ahli, kita tidak bisa tanpa perlengkapan perang. Kita maju begitu saja, pasti dilibas. Kalau kita berperang harus ada senjata. Maka Alkitab juga mengatakan perlengkapi dirimu, kalau kita tidak ada perlengkapan senjata perang, kita tidak mungkin bisa memahami penyesatan yang sedang dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan palsu atau nabi palsu yang lagi pakai bulu domba, tidak bisa. Berarti penyesat yang seperti ini, ini penyesat yang tidak ketahuan, tidak terlihat dan ini benar-benar lihai. Pertanyaannya, apakah kita bisa tahu siapa mereka, ini sangat sulit. Karena mereka bisa seolah-olah seperti hamba Tuhan yang sejati, seperti nabi yang sejati, seperti pengajar yang sejati. Tetapi esensinya menjauhkan orang semakin lama dari Tuhan, dan ini yang paling mematikan. 

« 2 of 6 »