Kita akan merenungkan Matius 7: 23-29, dan kita akan membaca terlebih dahulu sampai ayat yang ke-27. “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!’ ‘Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Kita sudah beberapa minggu merenungkan Matius 7. Kita sudah mengetahui ada dua jalan, jalan lebar dan jalan sempit. Kita juga sudah merenungkan mengenai pohon yang menghasilkan buah yang baik dan menghasilkan buah yang jahat. Kita juga sudah merenungkan tentang bagaimana manusia itu ahli menipu diri. Ini menakutkan, manusia itu ahlinya apa? Menipu diri dengan mengatakan “semuanya baik-baik saja”, “saya percaya Tuhan”, atau “saya melakukan kehendak Tuhan”, padahal yang dilakukan manusia itu adalah melakukan kehendak diri atas nama Tuhan. Kita sudah renungkan banyak nabi palsu yang melakukan penipuan atas nama Tuhan. Ternyata waktu kita renungkan secara mendalam, kita juga punya kecenderungan yang sama. Padahal bukan nabi atau guru, tetapi kita juga punya kecenderungan yang sama untuk mengklaim apa yang kita mau atas nama Tuhan, dan ini menakutkan juga. Sekali lagi, manusia yang dalam keadaan seperti ini adalah manusia yang pada akhirnya akan terkejut pada waktu Tuhan berterus terang kepada kita. Jadi sebelum penghakiman itu datang, kita ada ruang untuk merasakan sepertinya kita baik-baik saja karena belum diberi tahu kepada kita. Seolah-olah apa pun yang kita lakukan, kita bisa mengatakan, “Saya baik-baik saja, kalau saya mati diselamatkan.” Tetapi akan ada waktunya Tuhan berterus terang kepada kita dan berkata, “Aku tidak kenal kamu.” Saya bukan mengatakan kita akan binasa, tetapi coba saja bayangkan, kalau kita hari ini ditanya, “Bapak/Ibu/Saudara sekalian percaya di dalam Tuhan? Punya iman?” Jawabannya, “Iya.” “Percaya kalau mati di dalam Kristus, kita akan diselamatkan?” “Percaya.”  Kemudian, kita yang memiliki iman yang seperti ini tiba-tiba meninggal, “Puji Tuhan, saya mau ketemu Tuhan.” Di sini digambarkan kita seperti masuk ke dalam sebuah pengadilan, terus sepertinya merasakan kalau pada akhirnya akan ketemu Tuhan, tapi Tuhan mengatakan, “Aku tidak kenal kamu.” Inilah ratap dan kertak gigi, penyesalan yang tidak bisa kita jelaskan. Justru inilah momen Tuhan Yesus mengatakan, ada masa Dia menyatakan bukan penerimaan, bukan pengampunan, tapi menyatakan kebenaran. Tuhan Yesus berterus terang, ini adalah moment of truth yang paling susah dipahami, karena orang-orang itu adalah orang-orang yang saat ini sedang menipu diri kalau mereka kenal Tuhan, padahal dari awal mereka tidak punya saving relationship dengan Kristus. Tuhan tidak kenal dia, ini ironis sekali. Saya pernah juga membicarakan bagian ini meskipun tidak secara mendalam.

1 of 6 »