Sekarang kita mau lihat dulu pasal 8:18, ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, tadi kita lihat orang banyak, sekarang kita lihat orang banyak juga, berarti momen itu masih banyak orang yang ikut. Tapi Tuhan melakukan apa? Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu sebelum ke seberang, ayat 19, “Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, ‘Guru, aku akan mengikut Engkau ke mana saja Engkau pergi.’ Yesus berkata kepadanya, ‘Serigala punya liang, burung punya sarang, tapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya.’” Jadi gambarannya dari orang banyak yang ikut terus Tuhan Yesus, sekarang tiba-tiba Tuhan Yesus mau pergi ke seberang, orang banyak itu tiba-tiba hening tidak tahu mau ikut terus atau tidak. Misalnya, sepasang suami istri bertanya-tanya, “Tuhan Yesus mau menyeberang, kita mau ikut atau tidak?” “Jangan, di rumah masih banyak urusan. Yang mau pergi silakan pergi, kita tidak ikut pergi.” Kira-kira gambarannya demikian. Keren sih, ini berotoritas, kuasa semua, tapi giliran berbicara mengenai pergi atau urusan sendiri, banyak orang mulai bimbang. Dan mulai berbicara satu-satu, kita tidak tahu mereka bagaimana, pokoknya mundur pelan-pelan. Tapi dari antara semua itu ada satu orang Ahli Taurat mengatakan, “Guru, kemana saja Engkau pergi, aku mau ikut.” Ini luar biasa komitmennya. Saudara berani mengatakan begini, “Tuhan, Engkau suruh saya kemana pun saya ikut, asal jangan ke desa, jangan pekerjaan yang kurang uangnya.” Ada syarat dan ketentuan berlaku yang ukuran hurufnya satu, kalau boleh setengah atau 0,1 mm, sangat kecil tidak kelihatan, itu syarat dan ketentuan berlaku. Sekarang ahli Taurat ini tidak tahu mengikuti Yesus itu bagaimana. Dia pikir ikut Yesus, kalau ada orang otoritas besar, bisa melakukan mujizat dia ikut, biar kecipratan untung. Oleh sebab itu tidaklah heran kalau Yohanes, Yakobus, Petrus itu juga ribut mau duduk di sebelah kiri kanan Yesus. Bahkan hari sebelum Yesus masuk ke dalam penderitaan, mereka ribut mengenai siapa yang lebih besar di antara mereka. Bahkan para murid yang ikut Tuhan Yesus selama 3,5 tahun pun tidak memahami ap aitu mengikut Yesus. Mereka pikir akan menjadi tangan kanan tangan kiri, orang yang berkuasa karena kalau mereka melihat Yesus Mesias, mereka lihat Raja yang besar sekali, lebih besar dari Raja Salomo, siapa yang tidak mau ikut? Orang yang kurang ada hikmat, tidak akan mau ikut Tuhan Yesus dalam konteks itu. Kita kalau lihat orang yang berkuasa, kita pasti mau ikut dia. Steve Job, kita lihat orang ini talentanya besar, mau ikut dia? Mau. Jack Ma, kalau kita tahu ceritanya, awalnya banyak yang menolak, sekarang yang pernah menolaknya pasti menyesal, kira-kira demikian. Orang mau ikut kalau itu menguntungkan. Oleh sebab itu, Kristus itu dalam bahasa sehari-hari itu maksudnya menyatakan, “Kamu tahu Aku mau ke mana? Aku ini mau masuk ke dalam jalan penderitaan.” Dan ini memang benar. Semua orang yang di dalam Kristus itu pikul salib, sangkal diri dan mengikuti Dia, ini bagian yang kita belum bahas. Tetapi sekali lagi di dalam bagian ini Kristus mengatakan, “Kamu ikut Aku, kamu tahu serigala itu punya liang, burung punya sarang.” Mereka ini binatang liar, binatang liar itu kehidupannya sangat minim, sangat-sangat susah. Kalau sedang musim dingin, mereka bisa mati. Serigala itu binatang liar dan binatang liar saja itu punya tempat tinggal, ini yang Kristus mau sampaikan. Dia mengatakan, burung tahu rumahnya di mana. Cari satu saja rumah burung, kita bingung, susah, kita tidak tahu. Itu kehidupan yang sangat susah. Tapi Kristus mengatakan, “Burung punya sarang, serigala punya liang. Kamu tahu Aku tidak ada tempat meletakkan kepala.” Ini berarti Dia ditolak di mana-mana. “Mau ikut Aku tidak?” Ini sangat sulit. Dan ini pertanyaan yang kita perlu renungkan, kalau Tuhan pimpin kita ke jalan yang susah, mau tidak? Mau tinggalkan semua dan ikut Dia? Ini pertanyaan sungguhan. Kalau Tuhan panggil, kita serahkan semua? Hari ini dipanggil, “Ikut Aku” “Ke mana?” “Korea Utara” “Untuk apa? Kalau jalan-jalan boleh juga” “Kita ini mau penginjilan ke Kim Jong Un”, ini bunuh diri. Saudara tahu, kakek Kim Jong Un itu pendeta? Jadi siapa tahu masih ada benih-benih Firman di dalam dia. Kalau ditanya seperti itu bagaimana. “Besok beli tiket?” “Saya ada pelayanan yang lain, Pak. Ada pelayanan penting”, dan muncul alasan lainnya. Kita bisa jatuh ke dalam bagian ini juga, ini sesuatu hal yang perlu kita renungkan. Kalau pelayanan itu masih mungkin, masih oke, tidak ada satu harga yang harus dibayar, boleh-boleh saja, nothing to lose, aman. Tapi kalau ini sudah berbicara hidup mati, itu sesuatu hal yang menyedihkan. Oleh sebab itu, di dalam bagian ini digambarkan oleh Matius, ahli Taurat itu bungkam, dia tidak jawab lagi. Harusnya kira-kira begini, “Saya siap ikut Engkau, meskipun tidak ada tempat letakkan kepala, tetap maju.” Tapi ini digambarkan silent. Berarti ahli Taurat ini tidak tahu harga yang harus dia bayar untuk ikut Kristus. Hari ini bagaimana dengan kita? Harga apa yang kita bayar untuk mengikuti Dia? Kita ini ya sekolah saja harus bayar harga. Kita bayar uang untuk sekolah, terus apa lagi? Mengerjakan PR, termasuk dimarahi dosen, dan seterusnya. Kita mau jadi atlet bela diri, taekwondo misalnya. Kita mengatakan, “Saya mau ikut taekwondo, tapi saya tidak mau kena satu pukulan dan satu tendangan sekalipun.” Bela diri ini di EA Sport mungkin bisa, tidak ada kena pukulan. Tapi kalau yang sungguhan, ada harga yang dibayar, babak belur itu bagian dari menjadi murid taekwondo. Lalu bagaimana dengan kita sebagai murid Yesus? Kita pikir-pikir lagi, “Iya ya, apa yang kita lakukan?” Maka dalam bagian ini kita renungkan hari ini seberapa ingin kita menjadi murid Tuhan? Biarlah ini menjadi sebuah renungan.
Kita lihat salah satu hal yang penting adalah berbicara. Kalimat Tuhan Yesus itu kalimat yang serius, harus kita sungguh-sungguh renungkan, jangan diabaikan, jangan anggap ringan, jangan anggap enteng, karena akan datang saatnya pergumulan, akan datang waktunya ujian, akan datang suka atau tidak, cepat atau lambat akan datang. Oleh sebab itu sebelum waktu yang susah itu datang, bangun fondasi yang kuat, itu orang yang bijaksana. Lalu yang berikutnya, kita dengar pengajaran Tuhan, kita takjub, kita terpukau. Tapi terpukau saja tidak cukup. Hanya dengan mengatakan, “Wah luar biasa ya firman Tuhan!” Ini tidak cukup. Kita harus menghasilkan satu respons sungguh-sungguh mengikut Kristus sebagai murid yang sejati. Bagian lain kita akan renungkan mengenai menjadi murid Kristus. Kita juga belum membahas ayat yang ke-21 dan seterusnya. Tapi ini adalah gambaran yang ironis, banyak orang datang mendengar Tuhan Yesus, tapi digambarkan di sini tidak ada yang ikut Dia, cuma murid-murid-Nya saja yang sungguh-sungguh ikut Dia. Bukankah ini sesuatu hal yang sangat ironis? Dan biarlah ketika kita dengar Firman, hidup kita diubahkan, ada pertobatan, ada komitmen kembali untuk hidup kudus dan menggenapkan apa yang kita doakan tiap waktu, Doa Bapa Kami. Biarlah sekali lagi hidup ini sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)