(Lukas 6: 1-5)
Di dalam perikop yang kita baca ini Tuhan Yesus kembali diserang oleh orang-orang Farisi yang mengikuti Dia, orang-orang Farisi yang punya hobi setia ikut Yesus tapi setia ikut untuk catat kesalahan. Maka ketika mereka melihat pengikut-pengikut Tuhan Yesus di hari Sabat petik bulir gandum lalu makan, mereka langsung dapat satu kesempatan untuk menuduh Yesus “Engkau tidak menghargai hari Sabat, murid-muridMu tidak hargai hari Sabat”. Padahal di Taurat hari Sabat adalah hari yang sangat khusus dan di hari Sabat diberikan tekanan yang jelas sekali “engkau tidak boleh pekerjakan pekerjaan apa pun”. Itu sebabnya orang-orang Ahli Taurat termasuk orang Farisi, semua membuat daftar untuk tulis mana perbuatan yang dilarang. Tapi sebenarnya hari Sabat mempunyai makna yang jauh lebih luas dibanding hanya sekedar melakukan pekerjaan. Karena di dalam Kitab Kejadian, Tuhan setelah menciptakan segala sesuatu selama 6 hari, hari ke-7 menjadi hari perhentianNya. Dia beristirahat pada hari ke-7 dan dalam hari ke-7 itulah Dia berhenti dari pekerjaanNya mencipta. Kalau Saudara lihat hari pertama diberikan batasa waktu “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari kedua diberikan batasan waktu juga “jadilah petang, jadilah pagi”. Hari ketiga begitu, ke-4, ke-5 sampai ke-6 juga demikian. Tapi hari ke-7 tidak ada. Hari ke-7 adalah ari khusus, tidak sama dengan hari pertama sampai keenam, tetapi hari ke-7 adalah hari tujuan Allah mencipta segala sesuatu. Allah cipta segala sesuatu dan setelah itu Dia menciptakan manusia.
Dia memberikan tugas kepada manusia untuk bekerja menyempurnakan ciptaanNya yang secara potensi sudah sempurna. Tuhan menciptakan segala sesuatu sudah baik adanya, tapi Tuhan mempercayakan berkembangnya budaya kepada manusia. Tuhan tidak ciptakan tv, tidak ciptakan gedung tinggi, tidak ciptakan internet, tidak ciptakan jam tangan. Tuhan memakai seluruh potensi yang ada di dalam alam untuk digali oleh pikiran dan kemampuan manusia supaya menjadi budaya yang akhirnya dipakai oleh manusia. Jadi Tuhan menciptakan manusia untuk menggali semua potensi yang ada pada alam, memanfaatkan semua yang ada di alam untuk kebaikan manusia sendiri. Maka setelah nanti seluruh kebudayaan menjadi final di dalam penaklukan oleh manusia, saat itu akan ada Sabat yang sejati, dimana Tuhan mengatakan “masuklah pada hari peristirahatanKu”. Jadi Sabat adalah hari dimana Tuhan mengundang manusia masuk di dalam hari peristirahatanNya. Ini adalah hari yang final, ini adalah hari dimana kita boleh berelasi dengan Tuhan di mana satu rest, satu istirahat dan satu ibadah kepada Tuhan. Sabat adalah hari Tuhan memberikan anugerah manusia boleh mengalami rest, boleh mengalami ibadah kepada Tuhan. Manusia hidup di dalam bumi terus bekerja sambil menantikan kapan rest itu ada, maka Tuhan menciptakan manusia dan menjanjikan hari peristirahatan final.
Tetapi setelah manusia jatuh di dalam dosa, hari peristirahatan ini menjadi jauh, sepertinya menjadi jauh dan tidak lagi di depan mata. Seorang bernama Gregory Beale dari Westminster Theological Seminary mengatakan bahwa ketika manusia menang atas ujian, inilah kesempatan ketika rest itu boleh datang. Tapi karena manusia gagal melewati ujian, maka manusia harus tunggu sampai penebusan datang, sampai kemenangan atas kuasa maut menjadi final, barulah datang hari peristirahatan itu. Taurat yang sejati itu seperti koridor yang membatasi Saudara supaya Saudara mengarahkan ke tujuan yang Tuhan mau. Israel perlu dikurung dalam satu koridor supaya mereka tahu tujuan yang mereka mau capai ada di mana, dan inilah koridor hukum Taurat. Maka Hukum Taurat diberikan dengan ketat “ini boleh ini tidak” sebagai pembatas supaya Israel berjalan kepada tujuan. Saudara kalau di jalan tol tahu ada 2 garis yang tidak boleh dilewati, garis kanan garis kuning, garis kiri garis putih. Garis putih kalau dilewati berarti Saudara melanggar kesucian, Saudara akan ditilang. Garis kuning kalau dilewati, Saudara melanggar hidup sendiri, pasti mati karena melewai jalur yang berlawanan. Lalu kalau ada orang masuk ke jalan tol, berhenti di tengah tol lalu dia merasa senang karena tidak melanggar garis putih dan garis kuning. Lalu orang klakson dari belakang, dia marah “hei, jangan klakson”, yang klakson turun lalu tanya “mengapa engkau berhenti di garis tol?”, lalu orang itu menjawab “aku tidak melanggar garis putih dan garis kuning, aku tidak bersalah”, “kamu memang tidak melanggar, tapi kamu tidak pergi kemana-mana”, “yang penting aku tidak melanggar garis putih dan garis kuning”. Inilah orang-orang Kristen saat ini pun begitu “aku tidak berdosa, tidak melanggar perintah Tuhan yang putih maupun yang kuning”. Saudara tidak melanggar bukan berarti taat Tuhan, tidak melanggar bukan berarti sudah kerjakan bagian yang harusnya Saudara kerjakan. Maka di jalan tol Saudara jalan cepat, lalu di sebelah kiri ada pembatas putih, sebelah kanan ada batas kuning, sambil jalan cepat sambil Saudara ingat jangan langgar yang 2 ini, langgar yang 2 ini bisa mati. Waktu Saudara terus jalan, Saudara akan terus ikuti waktu jalur itu belok, Saudara ikut belok, waktu jalur itu lurus, Saudara ikut lurus. Sampai Saudara sampai tujuan. Demikian juga Taurat, memastikan Israel terus jalan lurus tidak belok kira dan belok kanan sampai tiba di tujuan. Tapi kalau tujuan tidak tercapai, meskipun tidak melanggar, itu tidak ada gunanya. Itu sebabnya waktu peraturan Sabat diberikan, orang Farisi merasa “saya tidak pernah melanggar, Semua perbuatan-perbuatan ini saya tidak pernah kerjakan. Hari Sabat saya tidak kerja, saya tidak memetik gandum” murid Yesus memetik, “kami jauh lebih baik dari mereka”. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan apa yang Tuhan mau ajar di hari Sabat, mereka tidak mengerti sama sekali. Tuhan mau mengajarkan relasi dengan Tuhan, mereka tidak mengerti. Tuhan mau memberikan pendidikan untuk mereka bergantung kepada Tuhan, mereka tidak mengerti. Tuhan mau memberikan pendidikan untuk mereka punya belas kasihan kepada orang lain, mereka tidak mengerti. Mereka cuma tahu yang dilarang tidak mereka kerjakan, itu sudah cukup. Tetapi sebenarnya Sabat mempunyai pengertian sangat dalam, bagaimana manusia harus menghargai relasi dengan Tuhan, menikmati istirahat bersama Tuhan sebagai tujuan final. Tujuan final inilah yang dicapai orang yang hidup mengenal Tuhan dengan setia. Jadi rest adalah beristirahat dari jerih lelah tapi yang terutama adalah beristirahat karena ada Pribadi Tuhan yang sekarang mengundang kita masuk ke dalam istirahat kekal Dia. Alkitab mengatakan berbahagia kalau kamu terus ingat Tuhan, berbahagia kalau kamu terus layani Tuhan, waktu masuk dalam rest kamu akan mendapat istirahat yang sejati. Tapi kasihan kalau engkau terus perhatikan diri, terus perhatikan apa yang saya mau, terus mengabaikan Tuhan, maka engkau tidak mungkin menikmati apa yang dinanti-nantikan orang yang giat bagi Tuhan. Inilah sebenarnya mengapa Sabat terus dilatih, supaya orang Israel terus menantikan. Mereka belajar dekat dengan Tuhan, lalu mereka belajar berserah kepada Tuhan. Kalau aku aku harus berkonsentrasi untuk terus sujud kepadaMu di dalam Sabat, maka aku percaya Engkau yang akan topang saya, engkau yang akan pelihara saya.
Lalu hal berikut yang Tuhan ajarkan punya belas kasihan kepada orang lain. Di hari Sabat, ketika engkau melihat budakmu, engkau harus tahu pada tahun ketujuh dia adalah orang bebas, pada tahun ketujuh dia adalah teman sewargamu. Selain hari Sabat dan tahun Sabat, Tuhan berikan lagi perintah tahun Sabat kali 7, angka 7 menjadi penting sekali. Tahun Sabat kali tujuh berarti tahun ke-49, masuk tahun 50 inilah tahun Yobel. Alkitab mengatakan tahun Yobel adalah tahun dimana manusia yang merelakan tanahnya untuk dijual karena kekurangan uang sekarang boleh mendapatkan kembali tanahnya. Jadi uang yang didapat karena jual tanah, dipakai karena miskin dan tidak bisa bertahan hidup. Tapi warisan dari nenek moyang berupa tanah, sekarang akan dikembalikan lagi pada tahun Yobel. Ini berarti Tuhan tidak hanya memperhatikan para budak, tapi Tuhan juga memperhatikan orang yang sudah terjepit di dalam keadan ekonomi, lalu mereka mesti jual tanah mereka. Setelah mereka jual tanah, mereka merasa bersalah karena mereka kehilangan tanah warisan. Tapi Tuhan mengatakan “jangan takut, pada tahun Yobel tanah itu akan kembali”. Berarti Tuhan mengajarkan juga di dalam Sabat bagaimana orang memperhatikan orang lain yang sedang ada di dalam kebutuhan yang terdesak, inilah pengertian Sabat yang terus dibagikan. Tapi orang Farisi tidak lihat itu, yang orang Farisi lihat adalah “kamu petik gandum pada hari Sabat, kamu makan gandum, ini berarti engkau bersalah kepada Tuhan. Karena Tuhan mengatakan tidak boleh makan hasil tanaman di hari Sabat”. Ini bukan peraturan Taurat, Taurat mengatakan “engkau tidak boleh memakan hasil tanah pada tahun Sabat”, bukan pada hari Sabat. Tapi orang Farisi mengetatkan hukum Tuhan, seolah-olah hukum Tuhan kurang ketat, mereka ketatkan. Tuhan mengatakan puasa 2 kali dalam setahun, mereka mengatakan puasa 2 kali dalam seminggu. Tuhan mengatakan jangan makan hasil tanah pada tahun ketujuh, mereka mengatakan jangan makan hasil tanah setiap hari ketujuh. Maka mereka membuat keketatan seperti ini dan mereka mulai menghakimi murid-murid Yesus melanggar Taurat, celakalah kamu, kamu pelanggar Taurat harus dihukum. Tetapi Yesus balik tanya “pernah baca kisah Daud?”, Saudara waktu membaca ini mungkin sedikit heran mengapa Tuhan membenarkan murid-muridNya dengan menunjukan kesalahan orang lain? Sepertinya begitu. Tetapi Tuhan Yesus tidak memaksudkan begitu. Tuhan Yesus mengingatkan mereka tentang Daud, Daud yang terpaksa makan roti para imam karena mereka sedang lari dari kejaran Saul. Waktu Daud lari dari kejaran Saul, lalu dia terpaksa harus makan roti dari roti imam, dia bukan pendosa, dia adalah korban. Tapi Daud sudah terlanjur difitnah, dia harus lari, dan waktu dia lari kemungkinan dia hanya bawa 2 atau 3 orang bersama dengan dia, dan bukan orang penting. Dia harus lari, tidak tahu mau pergi kemana, dia tidak ambil jenderalnya yang setia lalu mengatakan “kumpulkan pasukan, kita serang Saul, Saul sudah fitnah saya”, dia tidak pernah lakukan itu meskipun fitnah datang dia tidak balas dengan fitnah. Meskipun dengan keras dia dituduh, dia tidak balas dengan kekerasan. Tapi Daud meskipun dikejar-kejar, banyak fitnah ditimpakan kepada dia, mengapa dia masih tenang? Karena dia bermazmur, dia datang kepada Tuhan dan berdoa “Tuhan, inilah dukacitaku”. Tuhan kalau baca Mazmur, disitulah curhatnya Daud. Daud sharing semua kepada Tuhan “aku difitnah, bagaimana ini Tuhan? Aku dipersalahkan padahal aku tidak lakukan, Engkaulah perlindunganku yang teguh”.
Sekarang banyak orang mudah curhat ke orang lain. Tapi kalau Saudara sulit, Saudara share ke Tuhan, di sini ada kekuatan yang lebih kuat dari apa pun. Jadi mengapa Daud tetap kuat? Karena dia terus bilang “Tuhan, aku bahaya, aku dalam keadaan gawat, tolong aku Tuhan”. Tapi di depan manusia dia mengatakan “ikut saya, saya pemimpinmu, mari kita tegar berserah kepada Tuhan”, ini baru pemimpin. Maka Daud punya kekuatan seperti ini dan dia lari dari kejaran Saul, dia cuma serahkan kepada Tuhan, “saya tidak mau balas kepada Saul, biar Tuhan yang balas kepada dia. Tuhan mau matikan silahkan, Tuhan tetap mau dia hidup silahkan, Tuhan mau turunkan dia silahkan, Tuhan mau tetap kokohkan kerajaannya silahkan, aku akan tetap dukung” ini jiwa yang besar sekali. Daud punya banyak kelemahan, tapi salah satu kelebihan dia adalah dia punya jiwa sangat besar untuk ampuni orang, untuk memaklumi orang, untuk menganggap orang lain punya posisi dari Tuhan, dia tidak akan ganggu sama sekali. Karena Saul adalah raja yang diangkat oleh Tuhan, Daud tidak mau sentuh dia. Maka di dalam keadaan cuma ditemani 2 orang dari pasukan begitu besar, dia mengatakan “pasukan begitu besar tidak perlu bela saya, saya lari jadi orang tersendiri”. Kemudian datang ke tengah-tengah imam, dia sudah sangat lapar, dia tanya ‘bolehkah aku makan”. Lalu dia terpaksa harus bohong “aku ada dinas dari raja, adakah roti?’, lalu Imam Abiatar mengatakan “saya akan ambilkan roti sajian”. Roti sajian ditaruh di tengah kemah suci, menjadi simbol bahwa Tuhan terus pelihara Israel dengan roti, dan roti ini harus dimakan imam sebagai simbol bahwa Tuhan memelihara hidup Israel. lalu roti itu diambil dan diberikan kepada Daud, harusnya Daud tidak boleh makan, tapi Yesus mengatakan “salahkah Daud?” Daud di dalam Kitab Samuel sedang dicatat sebagai korban, bukan sebagai pendosa. Demikian murid-murid Yesus tidak boleh dianggap sebagai pendosa, mereka harus dianggap sebagai orang yang harus dapat belas kasihan boleh mendapatkan gandum. Maka Tuhan mengatakan kepada orang Farisi di dalam bagian ini “tidakkah engkau melihat Daud? Bukankah Daud melanggar Taurat yang jelas-jelas ditulis tidak boleh orang biasa memakan roti sajian” Daud bukan imam, tapi mengapa dia boleh makan roti sajian? Mengapa dia boleh lakukan ini? Karena Kitab Samuel sedang mencatat dia adalah orang yang menjadi korban. Maka Yesus mengatakan “kamu harus punya belas kasihan, engkau gagal melihat Daud sebagai korban, engkau tidak punya belas kasihan.
Engkau gagal melihat orang yang seperti berdosa sebagai korban, engkau tidak punya belas kasihan”. Di sini hikmat kekristenan sangat diperlukan, engkau lihat seseorang langsung cap sebagai korbankah? Langsung cap sebagai pendosakah? Atau Saudara tahu ini sebagai korban? Yesus mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang yang lebih bijak, apakah engkau sedang menyalahkan korban ataukah memang engkau sedang menyalahkan sang pendosa. Orang Farisi menuduh salah murid-murid Tuhan Yesus, salah apa mereka? Karena mereka melanggar Sabat? Sabat itu apa? Poin pertama, orang Farisi tidak mengerti Sabat. Poin kedua, mereka tidak mengerti bedakan mana korban dan mana pendosa. Orang Farisi dengan berani menangkap seorang perempuan, menyuruh orang untuk melepari dia dengan batu sampai mati karena dia berzinah. Tapi kalau ditanya, berzinah itu satu atau dua orang? Pasti dua, mana laki-lakinya? Mereka mengatakan “perempuanlah sumber’. Tuhan mengatakan “tidak, ini korban”. Maka Tuhan Yesus mengatakan “yang lebih benar dari perempuan ini, silahkan lempar batu”, tidak ada yang berani. Lalu Tuhan Yesus mendekati perempuan itu dan bertanya “adakah yang menghukum kamu?” perempuan itu dengan menangis “tidak ada”. Maka Tuhan Yesus mengatakan “Aku pun tidak, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi”. Tuhan memberikan belas kasihan kepada siapa Dia mau berikan. Saya tidak mengatakan kita tidak boleh menghakimi orang lain, tapi di dalam Yohanes 7 dikatakan hakimi dengan kebenaran, dan kebenaran itu berarti sejajar dengan cara Tuhan memandang. Siapa yang Tuhan pandang sebagai korban, kita berikan belas kasihan. Siapa yang Tuhan pandang sebagai dosa, dia juga yang kita berikan teguran dengan sangat keras. Dan waktu Tuhan Yesus melihat, Dia tidak melihat murid-murid sebagai pendosa, yang Dia lihat adalah orang Farisi yang punya cara pandang begitu salah di dalam menilai. Lalu di bagian akhir Dia mengatakan “Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”, ini merupakan bagian kesimpulan yang luar biasa. Tuhan Yesus mengingatkan kepada orang Farisi makna hari Sabat. Dia mengatakan kepada orang Farisi untuk punya kepekaan siapa salah, siapa korban.
Lalu ketiga, Tuhan mengatakan lihat otoritas, Sabat penting karena ini adalah hari penantian sampai Sang Mesias datang, ini berdasarkan Daniel 7. Dalam Daniel 7 dikatakan hari perhentian itu adalah ketika Anak Manusia duduk di tahtaNya dan yang lanjut usianya menyerahkan seluruh bangsa untuk sudut kepada Anak Manusia. Siapa Anak Manusia? Sang Mesias. Maka pad abagian ini Tuhan Yesus mengingatkan “kamu pasti baca Daniel kan, di dalam Daniel dikatakan Anak Manusia adalah penguasa hari Sabat, Dialah yang dinyatakan di hari Sabat, Dialah yang ditinggikan di hari Sabat, Dialah alasan orang bisa bersabat”. Bisakah masuk ke dalam hari Sabat? Tidak, kecuali Yesus Kristus menebus engkau dari dosamu. Maka ketika Kristus menebus dosa, baru kita bisa masuk di dalam Sabat sejati. Dan Sabat sejati berarti ketika Kristus datang mengklaim kerajaanNya, memulihkan kuasaNya atas bumi, itulah Sabat yang sejati. Maka Yesus sedang mengingatkan Anak Manusia itu Tuhan atas hari Sabat, dan Dia sudah datang maka Dialah yang menentukan mana makna Sabat sejati dan kapan Sabat itu akan dinyatakan. Maka pada bagian ini kita semua diingatkan tentang apa yang Tuhan Yesus mau ingatkan kepada orang Farisi. Mengingat makna Sabat, istirahat di dalam Tuhan, bergantung kepada Tuhan dan belas kasihan kepada orang lain. Mengingat dengan mata yang penuh dengan bijaksana, melihat mana korban, mana pelanggar. Lalu yang ketiga, mengingat bahwa Kristuslah yang jadi Tuhan hari Sabat, Dialah yang menyebabkan kita boleh masuk dalam rest yang sejati itu. Bahagia orang Kristen bukan karena Kristus ada untuk memberikan apa yang kita perlu saja, tapi Kristus ada untuk menjanjikan rest yang sejati, sehingga inilah tujuan final yang kita bisa dapatkan di dalam Dia. Kiranya Tuhan memberkati dan menguatkan kita semua.
(Ringkasan ini bleum diperiksa oleh pengkhotbah)