- Khotbah
- 12 Nov 2019
Kita pembawa pesan Tuhan
Saya harap setelah mendengar khotbah ini, Saudara bisa membaca dengan teliti Maleakhi hanya 4 pasal, dan Saudara bisa melihat gambaran yang lebih besar. Maleakhi kalau saya gambarkan bisa seperti tukang potret, dari pasal 1-4 dia seperti tukang potret, seorang jurnalis yang memotret kondisi kehidupan umat Tuhan. Yang dipotret ternyata bukan satu jenis orang saja, tapi jenis-jenisnya cukup banyak yaitu range dari imam, pemimpin, sampai kepada orang awam atau rakyat biasa. Dan zaman Maleakhi adalah zaman Israel pulang dari Babel, jadi setelah Israel dibuang ke Babel selama 70 tahun maka mereka pulanga tau dipulangkan oleh Tuhan ke Tanah Perjanjian kembali. Ada beberapa periode kepulangannya yaitu ada pada zaman Zerubabel, ada Ezra, diteruskan dalam zaman Nehemia. Ada beberapa hal besar yang terjadi setelah mereka pulang yaitu membangun kembali Bait Allah, diajar oleh Ezra, seorang yang kompeten mengajar Alkitab dan kemudian ketika zaman Nehemia ditutup dengan pembangunan tembol Yerusalem, sehingga kota mereka terjaga baik kembali. Tapi hal ini ternyata kalau kita membaca Maleakhi, kita akan menemukan potret yang cukup sinis, memotret kehidupan-kehidupan dengan potret-potret yang penuh dengan sindirian. Saudara kalau pernah melihat pameran foto, Saudara akan melihat beberapa jenis foto yang ditampilkan, foto itu berupa deskriptif atau berupa foto yang menggugah sesuatu, atau foto itu sedang menyampaikan kritik sosial. Dan yang kita jumpai dalam Maleakhi ini adalah foto kritik sosial, karena sebenarnya orang-orang yang pulang dari Babel adalah orang-orang yang punya tekad cukup besar untuk mengambil satu komitmen tidak menyembah berhala. Maka kalau Saudara lihat dalam Maleakhi, nanti semua percakapan ini tidak ada satu pun yang Tuhan singgung tentang dosa yang sama yaitu menyembah berhala. Tapi ternyata potret sindiran ini masih bisa ditemui karena ternyata kondisi ini sangat parah, yaitu orang-orang yang kembali ini ternyata tidak seperti yang diharapkan. Mungkin juga mereka menghadapi kondisi yang tidak diharapkan. Jadi waktu mereka pulang ke Yerusalem, mereka berharap ada pemulihan besar-besaran, karena Tuhan sudah menghukum mereka 70 tahun di Babel, maka waktu pulang ekspektasinya paling tidak mereka bisa membangun kembali kerajaan yang besar, mungkin seperti zaman Salomo, karena dijanjikan ada anak Daud yang bertahta selama-lamanya. Tapi faktanya mereka hanya melihat reruntuhan, orang-orang kelas bawah yang ditinggal karena Babel hanya mengambil orang-orang yang bagus, orang sehat, orang pintar, orang yang sudah dipilih, dan yang ditinggal hanya orang-orang sisa. Dan orang-orang sisa ini pasti adalah orang yang pendidikannya tidak bagus, semua tidak bagus, sehingga terjadi kekacauan yang cukup besar. Sehingga mereka menghadapi hidup yang sulit juga ketika pulang dari Babel. Mereka menghadapi tanah-tanah mereka diperebutkan orang, mereka menghadapi situasi politik dan ekonomi yang cukup kacau, mereka menghadapi orang-orang yang “masih saja, meskipun sudah dihukum Tuhan selama 70 tahun, masih campur dengan berhala yang lain”, masih ada juga di situ. Jadi waktu mereka pulang, mereka menghadapi hal-hal seperti ini sehingga mereka kehilangan pesan utama yang Tuhan mau mereka bawa ketika pulang kembali dari pembuangan.
Hagai 1: 6-11, ketika mereka pulang, mereka sebenarnya adalah sekumpulan orang yang seharusnya membawa message dari Tuhan. Ketika mereka pulang, mereka disuruh membangun kembali Bait Allah dan message-nya adalah Tuhan sudah mengampuni umatNya, Tuhan sudah tidak marah lagi, Tuhan sudah memulihkan umatNya sesuai janjiNya. Maka ini adalah message yang sangat penting yang seharusnya menjadi fokus utama dari bagaimana orang Israel yang pulang ke Yerusalem ini menghidupi hidupnya. Jadi waktu mereka melihat Yerusalem kacau balau, hancur-hancuran dan mereka juga mengalami kesulitan, mereka harusnya tidak lupa message ini, karena untuk itulah mereka dipulangkan kembali ke Yerusalem dan untuk mengerjakannya. Tapi ternyata kalau kita tidak mengerti fokus yang jelas, message apa yang ada di dalam hidup kita, kita akan mudah terdistraksi oleh situasi. Mereka melihat Yerusalem kacau, menanam tapi tidak keluar hasilnya, dan sebagainya, mereka melihat kesulitan. Secara real, ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain, tapi ketika mereka melihat semua itu lebih besar dari pada message utama mereka dipulangkan ke Yerusalem, maka mereka akan menghidupi sesuai dengan apa yang mereka pikir jalannya sendiri. Oleh karena itu Tuhan mengirimkan Nabi Hagai untuk menegur mereka, mengingatkan kembali “Kamu mau mengikuti agendamu sendiri, kamu tabur, tidak pernah ada yang muncul. Kamu lakukan ini tidak ada hasilnya. Kamu makan, tidak sampai kenyang”, karena bukan untuk itu mereka dipulangkan ke Yerusalem. Mereka dipulangkan ke Yerusalem untuk mereka membangun kembali rumah Allah, untuk mereka menyatakan kembali bahwa Tuhan berkuasa, Allah sudah tidak marah lagi, Allah bisa mengampuni umatNya, Allah bisa memelihara umatNya dan Allah mau menyatakan kemuliaanNya. Di dalam zaman itu bagaimana caranya? Lewat mendirikan kembali rumah Tuhan yang sudah menjadi reruntuhan. Ketika Babel menyerang Yerusalem, rumah Tuhan hancur, maka orang bisa melihat Allah Israel sudah kalah, Allah Israel sudah mati, semua perkakas sudah diangkut dan tidak terjadi apa-apa, orang Babel aman-aman saja. Maka orang-orang bisa menganggap bahwa Allah Yehova sudah mati. Tapi ketika 70 tahun sudah berlalu dan mereka dipulangkan kembali, bukan karena mereka mengadakan pemberontakan lalu mereka terpaksa dipulangkan. Tapi tiba-tiba ada Raja Persia yang mengambil keputusan “kamu boleh pulang, bawa apa saja untuk kembali ke Yerusalem”, dan itulah anugerah Tuhan memulangkan mereka. Maka setiap hidup kita ada message dari Tuhan yang harus kita sampaikan. Hidup kita kalau tidak jelas fokusnya, message apa yang harus disampaikan, kita akan mudah terdistraksi oleh realita hidup. Dan memang itu realita hidup, realita kesusahan keuangan, kesulitan ini dan itu, macam-macam. Tapi kalau kita belajar di dalam Kitab Maleakhi ini kita akan melihat ternyata orang yang tidak punya fokus utama menjalankan message yang Tuhan sampaikan, yang Tuhan percayakan kepada kita sebagai umat atau pun sebagai orang satu per satu maka hidupnya pun akan porak-poranda. Saudara akan berkahir di dalam ekspresi iman yang apatis dan minimalis. Itu semua bisa Saudara baca di dalam Kitab Maleakhi. Tuhan mau mereka membawa satu message dan hidup kita punya satu tujuan, menyatakan message itu kepada dunia ini. Ketika mereka pulang, membangun Bait Allah, apa message-nya? Tuhan bertahta kembali. Ketika mereka membangun Bait Allah seharusnya mereka ingat Kitab Yesaya, Yesaya pernah mengatakan “ini nanti akan dihancurkan, kalau sisa akan dihancurkan lagi sampai tinggal sedikit kaum sisa”, bukankah kaum sisa ini harusnya menjadi kaum sisa yang mereka mengerti yaitu mereka pulang dari Babel, mereka adalah kaum sisa yang akan menantikan Mesias. Yesaya sudah mengatakan “nanti akan ada tunggul Isai, dari situ akan memancar yang baru”, dan bukankah mereka kaum sisa? Tapi ketika mereka sampai ke dalam Yerusalem, mereka lupa bahwa mereka adalah kaum sisa. Mereka lupa mereka ditentukan untuk itu message-nya mereka dipulangkan. Dan kemudian mereka tidak mempersiapkan diri menyambut Mesias. Dan ini yang terjadi di dalam Maleakhi. Maleakhi artinya adalah my messeger . Maleakhi, khi = akhiran i dalam Bahasa Ibrani adalah menyatakan kata ganri kepunyaan my, Maleakhi adalah my messeger. “Nabi yang dikirim adalah utusanKu untuk memberitahukan kepada utusanKu yaitu satu umat, menyatakan pesanKu”. Dan inilah yang ditegur keras oleh Maleakhi. Nanti Saudara bisa baca sendiri, kalimat-kalimatnya sangat mengerikan. Di dalam Maleakhi 2, Tuhan mengatakan “Aku kalau bisa melemparkan kotoran, Aku akan melemparkan kotoran ke mukamu”, karena orang Israel sudah tidak tahu lagi untuk apa mereka hidup dan tidak tahu lagi message apa yang harus mereka sampaikan. Dan ini adalah teguran yang sangat keras.
- Surat Roma
- 24 Oct 2019
Hati-hati pada Pembenaran Diri
Di dalam ayat-ayat yang sudah kita baca, Paulus memberikan hantaman kepada orang-orang Yahudi terutama di dalam kasus perampokan rumah berhala. Jadi dalam ayat ini Paulus menekankan tentang peran orang-orang Yahudi di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa di dunia sudah mempunyai hati nurani yang seharusnya peka akan Tuhan. Namun orang Yahudi memunyai kelebihan karena Taurat itu mengajar dengan detail bagaimana manusia harus hidup. Hati nurani memberikan kepada kita peringatan, arahan, dorongan, tetapi tidak pernah ada statement detail dari hati nurani mengenai bagaimana kita harus beribadah kepada Tuhan atau bagaimana kita harus berlaku terhadap kasus ini atau itu, sehingga tidak mungkin ada sebuah bangsa yang didirikan hanya berdasarkan hati nurani. Sebuah bangsa harus didirikan berdasarkan hukum. Dan di dalam ayat yang kita sudah baca, Paulus menegaskan kembali pentingnya Taurat di dalam kehidupan bangsa Israel. Bangsa Israel perlu Taurat supaya mereka boleh menjadi pengajar bagi bangsa-bangsa lain juga. Sehingga mereka menjadi bangsa yang menunjukan bagaimana hidup bermoral karena ada hukum yang baik itu seharusnya dijalankan. Apakah sebuah bangsa bisa disebut bermoral kalau penuh dengan koruptor? Tentu tidak. Apakah sebuah bangsa bisa disebut bermoral kalau pemimpinnya adalah pemimpin yang otoriter dan memakai semua sumber daya yang ada di bangsa itu untuk dirinya sendiri? Tentu tidak. Di dalam Taurat diberikan pembatasan untuk kuasa raja. Tentu kita bisa selidiki selain Taurat ada juga aturan-aturan lain yang pernah melakukan pembatasan terhadap kuasa raja, tapi pembatasan di dalam tradisi raja-raja sebelumnya, bukan pembatasan aturan kepada seorang raja. Di dalam tradisi Persia, bahkan Asyria Kuno misalnya, seorang raja tidak boleh bertindak melawan tradisi raja-raja sebelum dia. Tapi Taurat memberikan hal yang beda, Taurat mengajarkan bahwa seorang raja tidak boleh terlalu menginginkan uang, tidak boleh terlalu menginginkan koleksi kuda yang banyak, tidak boleh menekankan kekuatan yang ada di dalam istananya pribadi, tidak boleh menginginkan banyak istri, tidak boleh menginginkan harta untuk foya-foya. Itu aturan yang Tuhan nyatakan di dalam Taurat. Selain itu Taurat juga mengajarkan bagaimana orang harus diatur dalam level yang sangat sehari-hari. Bagaimana orang harus berlaku ketika berdagang, bagaimana mereka harus memunyai bijaksana ketika mereka hidup di tengah-tengah kelompok yang asing atau di tengah-tengah orang yang bukan Israel. Bagaimana mereka harus memperlakukan orang-orang miskin, dan lain-lain. Demikian juga Taurat mengatur pembebasan budak, segera setelah Tuhan menyatakan aturan di dalam ibadah. Ini benar-benar sesuatu yang menerobos, sampai abad ke-18 belum pernah ada tulisan yang seperti ini. Di dalam Taurat dikatakan setelah mengatur bagaimana beribadah, apa itu Sabat, segera sesudah itu langsung mengatakan “inilah pembebasan budak. Kalau budakmu sudah bekerja selama 6 tahun, pada tahun ke-7 dia boleh bebas”. Saudara pernah menemukan dokumen yang menyatakan hal seperti ini? Sulit, tidak ada. Apalagi di dalam zaman yang sama dengan Perjanjian Lama. Maka di dalam Kitab Suci diajarkan bagaimana orang seharusnya orang memperlakukan orang lain, dan itulah inti dari Taurat. Inti dari Taurat bukan sekedar aturan-aturan tak berguna yang banyak diberikan membingungkan orang, sehingga orang merasa perlu Kristus. Ini tradisi dari Reformasi yang saya pikir perlu dikritik, terutama dari Martin Luther. Apa itu Taurat? Taurat adalah aturan-aturan yang baik, tapi gunanya cuma membuat kita sadar tanpa Kristus kita tidak akan sanggup. Kita tidak perlu benturkan Kristus dengan Taurat, Paulus tidak melakukan itu di sini. Taurat sangat penting, karena Taurat harus dibaca secara simbolik dan juga sebagai aturan. Ini dua hal yang harus kita tahu. Taurat melukiskan kepada kita bagaimana kekudusan itu dipahami. Dan kedua, Taurat juga menunjukan kepada kita perintah yang langsung. Perintah langsung dan lukisan. Kita perlu punya jiwa seni sedikit karena saya pikir kita juga sangat bersifat penjelasan. Kita berpikir kalau ada penjelasan maka kita akan semakin mendapatkan keindahan, itu tidak tentu benar. Penjelasan akan membantu, tapi penjelasan tidak bisa menggantikan keindahan. Demikian juga Taurat tidak hanya memberikan penjelasan-penjelasan, tapi juga memberikan peraturan-peraturan yang sifatnya simbolik.
- Surat Roma
- 24 Oct 2019
Hati nurani yang menegur diri
Umat yang menjalankan Taurat dengan Tuhan yang memberikan Taurat. Hukum dan pemberi hukum yaitu Allah harus satu. Ini tidak dimiliki oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang berusaha untuk mengatur bangsanya dengan peraturan, tapi siapa berhak menentukan peraturan itu sangat tidak jelas. Ini yang menjadi pergumulan dari para pemikir yang kritis di dalam zaman Yunani, misalnya Protagoras. Protagoras terus mengkritik “dari mana peraturan?”, “peraturan dibikin oleh para orang bijak yang mengatur sebuah kota”. Orang bijak ini mendapat peraturan dari mana? Karena mereka lebih bijak dari yang lain. Tapi jangan-jangan peraturan ini adalah peraturan untuk memanipulasi orang lain, sehingga keuntungan diperoleh oleh mereka. Mereka membuat peraturan yang menguntungkan diri mereka sendiri, menguntungkan kelompok mereka sendiri. Ini kritik dari Protagoras yang selalu muncul di dalam sejarah setelah itu. Sehingga orang terus berpikir siapa yang boleh menentukan hukum, boleh membuat peraturan? Protagoras sampai pada kritik yang sangat tegas sekali, karena orang mengatakan “kami membuat peraturan berdasarkan suara dewa. Kami dapat firman dari dewa, kami mendapatkan pernyataan dewa. Sehingga aturan ini bukan aturan manusia, tapi aturan para dewa”. Protagoras mengatakan para dewa itu tidak perduli manusia, dan kalau pun mereka benar-benar ada, mereka punya dunianya sendiri. Protagoras meragukan kalau dewa-dewa itu ada dan cerita tentang dewa-dewa terlalu mencerminkan pergumulan dari manusia di dunia ini. Jadi mengapa mengatakan peraturan datang dari dewa kalau ternyata tingkah laku dewa mirip dengan tingkah laku kita?
Kalau begitu siapa yang boleh memberikan aturan? Paulus melihat kemungkinan yang sangat besar untuk memperkenalkan Injil. “Kamu tahu apa yang dipikirkan oleh orang Yahudi? Orang Yahudi memikirkan Taurat yang berasal dari hatiNya Tuhan”. Dan Tuhan beda dengan dewa-dewa yang lain, Tuhan tidak korup seperti dewa-dewa lain. Tuhan tidak jahat seperti manusia, Tuhan tidak curang seperti manusia, Tuhan tidak melanggar perjanjian seperti manusia, Tuhan tidak bercacat di dalam menjalankan apa yang Dia katakan, tidak seperti manusia. Jadi Tuhan beda dengan manusia, dan apa yang Tuhan atur untuk dimiliki oleh manusia, itu datang dari hatiNya. Dan di dalam teologi Perjanjian Lama, di dalam teologi orang Yahudi, mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dengan perhatian yang sangat besar. Di dalam 6 hari penciptaan, tiap hari Tuhan pakai perhatian yang sangat besar, Tuhan melibatkan ciptaan, Tuhan anggap ciptaan itu serius. Kalau Saudara baca Kejadian 1, Saudara akan melihat cerita yang jauh berbeda dengan kisah penciptaan dari negara mana pun, dari budaya mana pun, dari mitologi mana pun. Orang Yunani percaya dewa-dewa menciptakan dunia ini setelah merebutnya dari kelompok titans, lalu membangkitkan manusia untuk menjadi pembantu. Tapi tidak ada cerita seperti itu di Kitab Suci, Tuhan datang untuk membebaskan umatNya bukan untuk menjadikan mereka pembantu. Maka Alkitab menggambarkan tentang Tuhan yang sangat peduli ciptaan, yang punya tujuan di dalam menciptakan dan tujuan itu adalah kebaikan manusia. Itu sebabnya tema human flourishing, kebaikan manusia, manusia yang hidup dengan sempurna, meskipun didengung-dengungkan orang Yunani, tapi tidak pernah ada hasil di dalam pemikiran Yunani. Tidak pernah ada kejelasan bagaimana manusia bisa hidup sempurna. Tapi ini yang diberikan oleh Perjanjian Lama, Tuhan begitu peduli dengan manusia, sehingga peraturanNya adalah peraturan yang membuat manusia bertumbuh. John Calvin terus mengatakan bahwa manusia itu dianggap anak oleh Sang Bapa, yaitu Allah. Allah melihat manusia dan menganggapnya seperti anak yang kekasih. Tentu tidak ada orang tua yang membuat peraturan untuk membuat anaknya rusak atau orang tua yang membuat aturan supaya ada peraturan dan orang tua merasa nyaman karena sudah banyak peraturan, tapi tidak ada guna. Apakah Tuhan membuat peraturan supaya ada peraturan? Tidak, Tuhan membuat peraturan supaya manusia menjadi sempurna. Paulus mengatakan “kalau kamu memikirkan aturan yang sejati, aturan itu tidak datang dari konstitusi Kekaisaran Roma, aturan itu tidak datang dari para dewa baik Yunani maupun Romawi. Aturan itu ada di hati nurani manusia yang diberikan oleh Tuhan”. Tuhanlah pemberi aturan sejati.
- Uncategorized
- 20 Sep 2019
Hati nurani yang menegur diri
Umat yang menjalankan Taurat dengan Tuhan yang memberikan Taurat. Hukum dan pemberi hukum yaitu Allah harus satu. Ini tidak dimiliki oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang berusaha untuk mengatur bangsanya dengan peraturan, tapi siapa berhak menentukan peraturan itu sangat tidak jelas. Ini yang menjadi pergumulan dari para pemikir yang kritis di dalam zaman Yunani, misalnya Protagoras. Protagoras terus mengkritik “dari mana peraturan?”, “peraturan dibikin oleh para orang bijak yang mengatur sebuah kota”. Orang bijak ini mendapat peraturan dari mana? Karena mereka lebih bijak dari yang lain. Tapi jangan-jangan peraturan ini adalah peraturan untuk memanipulasi orang lain, sehingga keuntungan diperoleh oleh mereka. Mereka membuat peraturan yang menguntungkan diri mereka sendiri, menguntungkan kelompok mereka sendiri. Ini kritik dari Protagoras yang selalu muncul di dalam sejarah setelah itu. Sehingga orang terus berpikir siapa yang boleh menentukan hukum, boleh membuat peraturan? Protagoras sampai pada kritik yang sangat tegas sekali, karena orang mengatakan “kami membuat peraturan berdasarkan suara dewa. Kami dapat firman dari dewa, kami mendapatkan pernyataan dewa. Sehingga aturan ini bukan aturan manusia, tapi aturan para dewa”. Protagoras mengatakan para dewa itu tidak perduli manusia, dan kalau pun mereka benar-benar ada, mereka punya dunianya sendiri. Protagoras meragukan kalau dewa-dewa itu ada dan cerita tentang dewa-dewa terlalu mencerminkan pergumulan dari manusia di dunia ini. Jadi mengapa mengatakan peraturan datang dari dewa kalau ternyata tingkah laku dewa mirip dengan tingkah laku kita?
Kalau begitu siapa yang boleh memberikan aturan? Paulus melihat kemungkinan yang sangat besar untuk memperkenalkan Injil. “Kamu tahu apa yang dipikirkan oleh orang Yahudi? Orang Yahudi memikirkan Taurat yang berasal dari hatiNya Tuhan”. Dan Tuhan beda dengan dewa-dewa yang lain, Tuhan tidak korup seperti dewa-dewa lain. Tuhan tidak jahat seperti manusia, Tuhan tidak curang seperti manusia, Tuhan tidak melanggar perjanjian seperti manusia, Tuhan tidak bercacat di dalam menjalankan apa yang Dia katakan, tidak seperti manusia. Jadi Tuhan beda dengan manusia, dan apa yang Tuhan atur untuk dimiliki oleh manusia, itu datang dari hatiNya. Dan di dalam teologi Perjanjian Lama, di dalam teologi orang Yahudi, mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dengan perhatian yang sangat besar. Di dalam 6 hari penciptaan, tiap hari Tuhan pakai perhatian yang sangat besar, Tuhan melibatkan ciptaan, Tuhan anggap ciptaan itu serius. Kalau Saudara baca Kejadian 1, Saudara akan melihat cerita yang jauh berbeda dengan kisah penciptaan dari negara mana pun, dari budaya mana pun, dari mitologi mana pun. Orang Yunani percaya dewa-dewa menciptakan dunia ini setelah merebutnya dari kelompok titans, lalu membangkitkan manusia untuk menjadi pembantu. Tapi tidak ada cerita seperti itu di Kitab Suci, Tuhan datang untuk membebaskan umatNya bukan untuk menjadikan mereka pembantu. Maka Alkitab menggambarkan tentang Tuhan yang sangat peduli ciptaan, yang punya tujuan di dalam menciptakan dan tujuan itu adalah kebaikan manusia. Itu sebabnya tema human flourishing, kebaikan manusia, manusia yang hidup dengan sempurna, meskipun didengung-dengungkan orang Yunani, tapi tidak pernah ada hasil di dalam pemikiran Yunani. Tidak pernah ada kejelasan bagaimana manusia bisa hidup sempurna. Tapi ini yang diberikan oleh Perjanjian Lama, Tuhan begitu peduli dengan manusia, sehingga peraturanNya adalah peraturan yang membuat manusia bertumbuh. John Calvin terus mengatakan bahwa manusia itu dianggap anak oleh Sang Bapa, yaitu Allah. Allah melihat manusia dan menganggapnya seperti anak yang kekasih. Tentu tidak ada orang tua yang membuat peraturan untuk membuat anaknya rusak atau orang tua yang membuat aturan supaya ada peraturan dan orang tua merasa nyaman karena sudah banyak peraturan, tapi tidak ada guna. Apakah Tuhan membuat peraturan supaya ada peraturan? Tidak, Tuhan membuat peraturan supaya manusia menjadi sempurna. Paulus mengatakan “kalau kamu memikirkan aturan yang sejati, aturan itu tidak datang dari konstitusi Kekaisaran Roma, aturan itu tidak datang dari para dewa baik Yunani maupun Romawi. Aturan itu ada di hati nurani manusia yang diberikan oleh Tuhan”. Tuhanlah pemberi aturan sejati.
- Surat Roma
- 20 Sep 2019
Sang Pengatur Hidup Manusia
Dalam Roma 1 ditekankan bahwa Tuhan menyatakan diri melalui ciptaan, ciptaan ini menyatakan diri Tuhan kepada pikiran manusia. Hati manusia harus kembali kepada Tuhan karena Tuhan menyatakan diri. Tuhan bukanlah allah asing yang tidak terlihat dan tidak bisa dijangkau karena Dia menyatakan kemuliaanNya dengan cara yang terlihat. Itu sebabnya dalam teologi Kristen kita membagi antara diri Allah dan apa yang Allah nyatakan. Allah dalam diriNya sendiri, tidak ada yang bisa tahu. Saudara tidak bisa mengetahui Tuhan lewat cara kita berpikir yang dikondisikan untuk mengenal ciptaan. Kita hanya bisa mengenal ciptaan yang Tuhan nyatakan dengan pikiran kita yang terbatas ini. Tapi kita tidak mungkin mengenal Tuhan dengan sempurna. Namun demikian Tuhan juga mengizinkan kita boleh kenal Dia, bukan mengenal Dia dalam keseluruhan diriNya, tapi mengenal Dia melalui apa yang Dia nyatakan kepada kita. Dalam tradisi Yahudi, anak-anak sampai remaja sudah dibiasakan untuk mengenal ajaran-ajaran inti dari ajaran Yahudi tentang Tuhan. Mereka harus mengenal Tuhan, mereka harus mewarisi tradisi yang mereka miliki dari leluhur mereka. Demikian juga Kekristenan mula-mula, anak-anak diajarkan katekismus, apa yang gereja gumulkan dalam sejarah itu yang diwariskan dan itu yang harus dipelajari orang Kristen, baik orang tua maupun anak kecil. Maka pengertian yang dalam dari sejarah untuk mengenal Tuhan itu harus diwariskan sehingga generasi yang muda mengetahui apa yang sudah digumulkan di generasi sebelumnya. Tapi sayang kalau kita melihat zaman sekarang yang sangat sekuler. Itu adalah problem karena orang menyingkirkan Tuhan, berusaha menemukan ilmu, berusaha untuk menemukan cara mengenal alam tanpa Tuhan. Pengertian ini merusak pemikiran yang Tuhan mau ada pada diri kita. Pada abad ke-20, Amerika menawarkan pragmatisme, orang seperti John Dewey, William James dan lain-lain mengatakan bahwa kalau kamu ingin tahu yang benar, hanya berguna kalau bisa dipraktekan sekarang dan orang banyak langsung setuju. Popularitas, massa, dan juga aplikasi langsung itu menjadi pengukur mana benar yang baik dan yang tidak berguna. Sehingga penyelidikan yang dalam, tema-tema penting dari Kekristenan semua dibuang karena tidak bisa langsung dipraktekkan. Itu sebabnya kegagalan mempraktekan iman Kristen ada pada orang yang mendengar ajaran Kristen lalu tidak mengerti bagaimana mengubah cara pandang akan dunia ini lewat Firman. Di dalam struktur dari revolusi science yang dikeluarkan oleh Thomas Kuhn dikatakan bahwa yang membuat revolusi ilmu terjadi itu karena ada cara pandang yang beda. Alkitab mengajarkan untuk meruntuhkan cara pikir yang lama, berpusat kepada dunia dan diri. Lalu membangun cara pikir yang baru dimana Tuhan bertahta di atas semua bidang.
- Surat Roma
- 20 Sep 2019
Mencari Tuhan dan tahu bagaimana menghargai sesama
Apa bedanya mengerti apa doktrin dari Surat Roma dengan apa pesan dari Surat Roma? Saudara kalau bisa menangkap doktrin Kristen yang benar dari Surat Roma, Saudara baik, itu benar. Tapi Surat Roma bukan pengajaran doktrinal. Surat Roma bukan traktat doktrinnya Paulus, Surat Roma bukan sistematik teologinya Paulus. Surat Roma adalah surat supaya orang Kristen di Roma hidup baik. Dan hidup baik bukan cuma perlu formulasi doktrin, hidup baik perlu dorongan di dalam bidang etika, di dalam bidang hidup, dan teologi di bidang mengenal Tuhan. Jadi Surat Roma sangat limpah. Sayang sekali kalau kita baca Surat Roma dan kita cuma tahu “ada doktrin ini”, tanpa mengerti concern atau beban Paulus untuk jemaat di Roma mesti lakukan apa.
Paulus mendeteksi kesalahan yang terjadi di Roma. Kalau Saudara baca pasal 1, Paulus mengatakan setelah manusia jatuh dalam dosa, mereka saling perang satu dengan yang lain. Mereka sering melakukan kebencian sehingga terjadi perang, akhirnya ada orang miskin, orang tertindas, terjadi ketidak-adilan sosial, itu tidak disebut di Roma 1. Karena Paulus tahu kalau dia sebutkan terjadi perang yang dahsyat, orang Roma akan mengatakan “justru di kekaisaran ini lumayan damai. Kaisar membuat kami hidup dengan baik”. Maka Paulus mengatakan “keadaanmu baik, tapi moralmu tidak”, keadaan moral yang tidak baik tidak menunjukan keadaan yang baik dari sebuah negara. Maka Paulus mengatakan di Roma 1 ada banyak kekacauan yang terjadi, hal seks yang rusak terjadi di tengah-tengah kamu, istri dengan istri, suami dengan suami, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, ini menunjukan kamu tinggal di sebuah masyarakat yang sedang menuju kehancuran. Ada orang 100 tahun sebelum Paulus ada, namanya Salus, dia pernah mengatakan Kekaisaran Roma tidak bisa bertahan karena moralnya terlalu jelek dan Salus ini bukan orang yang beribadah kepada Tuhan, dia penyembah berhala. Dia seorang pemikir dari Kekaisaran Roma. Jadi Salus mengatakan Roma moralnya terlalu jelek, tidak bisa bertahan. Kekacauan dari dalam, bukan kekacauan dari tindakan atau kemajuan di luar, orang bisa sangat kaya, kekaisaran bisa sangat maju, tapi dirinya di dalam bisa sangat bobrok. Jadi masayarakat sangat bobrok, seks dipermainkan, kemesuman dan hidup yang sembarangan, itu dilakukan sehari-hari. Ini sebabnya Paulus mengatakan “orang Kristen tidak boleh seperti itu, kamu ditebus oleh Kristus, kamu dulu melakukan hal yang sama, tapi kamu tidak boleh masuk dalam keadaan yang sama lagi”. Maka Paulus mau mengangkat pemikiran yang sehat, bahkan dari tengah-tengah orang kafir sekalipun, yaitu pemikiran dari orang-orang yang sadar hidup yang rusak membuat manusia jadi rusak. Hidup rusak membuat manusia mirip binatang. Uang boleh banyak, tapi kalau hidup rusak, dia mirip binatang. Pemikir-pemikir seperti ini cukup banyak di Kekaisaran Roma, dan Saudara akan sangat bersyukur karena ternyata wahyu umum Tuhan diresponi dengan luar biasa oleh banyak orang. Saudara bisa baca pemikir-pemikir dari Tiongkok, Roma, Yunani, yang masih punya pemikiran yang baik, masih punya tuntutan untuk adnya kehidupan damai di tengah-tengah masyarakat. Dan mereka punya ide bagaimana seharusnya bisa damai, kritik terhadap masyarakat banyak dikemukakan oleh para pemikir model seperti ini. Di dalam Surat Roma, Paulus mau mengatakan kritik paling kuat bukan berasal dari orang-orang kafir ini, meskipun kritik mereka valid dan baik, tapi kritik yang paling benar seharusnya dari orang Kristen.
Maka Surat Roma sebenarnya cara Paulus untuk mendorong orang Kristen menjadi contoh hidup maupun menjadi suara mengkritik keadaan sekitarnya. Sayang sekali kalau kita tidak lagi melakukan itu. Suara kritis untuk pemerintah datang dari mana? Kalau Saudara jalan-jalan ke Toko Buku Gramedia, lalu Saudara lihat tulisan-tulisan dari orang Islam lokal yang berusaha untuk menuliskan bagaimana masyarakat harusnya dibangun, sangat banyak. Tapi orang Kristen agak malas menulis. Mungkin kita perlu memikirkan metode ini, perlu memikirkan sumbangsih kita untuk bangsa ini, “bagaimana saya berbagian untuk menjadi suara di tengah-tengah bangsa ini”. Pak Tong mendirikan RCRS, Reformed Center for Religion and Society, dengan satu tujuan supaya ada suara untuk masuk ke masyarakat. Bagaimana kita harus berseru kepada masyarakat di tengah-tengah kita. Ini sebenarnya Kekristenan yang perlu ada, dan ini sangat dikaitkan oleh Paulus dnegan keselamatan. Kamu diselamatkan karena apa? Karena Tuhan membenarkan kamu. Kamu dibenarkan untuk kamu menjadi orang Kristen di tengah-tengah kota Roma, center kebudayaan kekaisaran Roma, dengan kehidupan yang menjadi alternatif. Tapi kehidupan alternatif yang lebih baik, bukan yang lebih buruk. Kalau orang sudah muak dengan cara kebiasaan hidup di Roma, maka mereka boleh berpaling kepada Kekristenan. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah cukup kuat menjadikan konteks hidup kita cukup menarik untuk orang beres mau datang atau tidak. Saudara bisa giat memberitakan Injil, tapi mungkin Saudara bingung mengapa pemberitaan Injil yang sangat gencar dilakukan tidak menghasilkan pertobatan yang terlalu signifikan, karena kita tidak punya konteks, manusia itu perlu konteks. Saudara pancing ikan untuk dipelihara, tapi Saudara tidak menyiapkan aquarium, ikan itu mati. Maka Saudara akan mengerti bahwa ikan perlu konteks, kita perlu membuatkannya kolam. Kalau Saudara baca di Kejadian 1, sebelum Tuhan menciptakan manusia dengan berfirman, meniupkan nafas hidup kepada dia, Tuhan sudah terlebih dahulu berfirman untuk menciptakan konteks yaitu bumi ini. Bayangkan kalau Tuhan menciptakan manusia, tapi Dia lupa menciptakan bumi. Tuhan membentuk Adam dari debu angkasa, setelah itu Tuhan meniupkan nafas Tuhan, tapi Tuhan lupa tempatnya dimana sehingga Adam melayang-layang di angkasa dan bingung “siapakah aku, Tuhan?”, “engkau adalah gambar dan rupaKu, berkuasalah atas tanah yang akan Aku buat, berkuasalah atas ikan-ikan yang akan Aku buat”, Tuhan tidak begitu. Tuhan menciptakan konteks lalu menempatkan manusia di situ. Kalau Saudara baca surat Paulus dalam beberapa bagian, atau Yohanes, pertobatan, kelahiran kembali, keselamatan, itu dibagikan paralel dengan penciptaan pertama. Penciptaan manusia pertama diparalelkan, meskipun lebih baik, di dalam penciptaan kembali. Lahir baru paralel dengan penciptaan pertama. Maka lahir baru juga perlu konteks. Kalau Saudara menginjili orang tapi Saudara tidak mengajaknya ke gereja, penginjilan Saudara tidak ada gunanya. Tapi setelah mengajak ke gereja dan gereja tidak menciptakan konteks, maka sulit bagi orang untuk bertumbuh dalam Kekristenan yang benar. Jadi ini beban besar untuk kita bagikan, penginjilan tidak boleh lepas dari aktivitas yang lain, dari gereja. Dan aktivitas lain akan diarahkan oleh penginjilan sebagai ujung tombak. Setelah orang dengar Injil, mereka diselamatkan oleh Tuhan, mereka perlu tempat hidup dan tempat hidup ini adalah tempat hidup di dalam gereja untuk disebarkan keluar. Gereja perlu menjadi contoh mengenai bagaimana orang seharusnya hidup. Itu sebabnya Paulus menjelaskan di tengah masyarakat ada orang yang hatinya jahat sekali, juga ada orang yang hatinya masih baik. Tapi ada level ketiga, ada orang jahat dan ada orang baik, dan ketiga adalah ada orang yang mencari Tuhan. Orang jahat, orang baik dan orang yang mencari Tuhan. Bukankah dikatakan di Surat Roma juga, Paulus kutip dari Perjanjian Lama, bahwa tidak seorang pun mencari Tuhan, tapi mengapa dikatakan ada orang mencari Tuhan di dalam pasal 2? Di pasal 2 mengatakan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang akan Tuhan selamatkan. Karena anugerah Tuhan, mereka mencari Tuhan. Maka Paulus mengatakan dalam ayat 4 “kamu orang jahat, tapi Tuhan belum hukum, supaya kamu cari Tuhan”.
- Surat Roma
- 8 Aug 2019
Semua orang punya titik awal yang sama dalam dosa
Kita perlu melihat bagian awal apa yang dimaksud dengan menghakimi dan mengapa kalimat ini muncul. Seringkali orang-orang memakai ayat-ayat dari Alkitab lalu memasukan ke dalam konteks yang tidak sesuai. Misalnya Saudara melihat satu orang melakukan hal yang salah, lalu Saudara tegur, kemudian orang itu mengutip Roma 2 “hai kamu manusia, jangan menghakimi” atau pakai kalimat-kalimat lain yang mengatakan jangan menghakimi. Bagian ini harus diselidiki berdasarkan argumen atau kalimat Paulus yang sebelumnya. Apa yang membuat orang menghakimi? Tentu dosa-dosa yang dibukakan di pasal 1. Dosa apa yang paling parah di pasal 1? Dosa yang paling parah di pasal 1 adalah homoseksualitas. Bukan hanya orang Kristen yang menganggap homoseksualitas itu dosa, orang Yahudi sangat membenci praktek ini. Dua dosa yang mengakibatkan kesalahan atau kehancuran besar dalam Perjanjian Lama adalah karena adanya praktek homoseksualitas. Orang-orang di Sodom dan Gomora menjalankan praktek ini sehingga Tuhan menghancurkan seluruh kota. Lalu di dalam Kitab Hakim-hakim ada sebuah kota di daerah Benyamin yang melakukan praktek seperti ini, sehingga Tuhan memutuskan untuk membuat kacau segala keadaan. Akhirnya ada perang besar dengan Suku Benyamin yang melindungi kota ini, dan akhirnya Suku Benyamin hampir dipunahkan dari Israel. Dari dua narasi itu kita bisa tahu bahwa orang Israel mempunyai tradisi yang membenci praktek homoseksualitas. Siapa yang melakukan tidur dengan laki-laki seperti laki-laki dengan perempuan, wajib dihukum mati. Ini sesuatu yang sangat jelas sekali di Kitab Suci. Maka sangat tidak masuk akal menafsirkan Roma 1 dengan trend LGBT zaman ini. Jadi kita tidak bisa menafsirkan segala sesuatu di Kitab Suci berdasarkan apa yang kita suka atau berdasarkan preferensi budaya kita. Kita harus belajar untuk tidak menjadikan budaya kita super lalu memahami bahwa bagi pembaca Surat Roma kebudayaan merekalah yang berlaku. Sehingga kalau Saudara mau setia membaca Surat Roma, Saudara harus membacanya dengan pengertian tadi yaitu bahwa homoseksualitas adalah dosa yang sangat besar bahkan memuncakan murka Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Tuhan murka kepada Benyamin karena melindungi sebuah kota yang melakukan praktek ini. Maka suka atau tidak suka kita harus belajar untuk cari makna yang sesuai, yang setia dengan apa yang dinyatakan, lalu belajar untuk menggumulkan bagaimana kita menaatinya. Setiap kali kita membaca Kitab Suci, akan selalu ada bagian dari diri kita yang lama dimatikan, dan bagian diri kita yang baru di dalam Kristus diteguhkan, dimunculkan dan disempurnakan. Jadi tidak ada orang membaca Alkitab lalu tidak mengalami apa pun. Semua yang membaca Alkitab akan mengalami murka atau teguran Tuhan yang besar akan kena pada dirinya. Orang yang mempunyai kecenderungan homoseks akan tertegur keras sekali dengan kasus-kasus yang tadi saya sebutkan. Tapi untuk orang-orang yang tidak melakukan praktek homoseks atau tidak punya kecenderungan itu, tidak berarti dia aman waktu membaca Alkitab, karena begitu banyak hal yang dia kerjakan, yang akan juga ditegur oleh Kitab Suci. Kitab Suci meng-counter diri kita yang lama dan itu demi kebaikan kita. Kitab Suci mengkonfirmasikan Kristus di dalam diri kita, dan oleh karena itu diri kita yang lama harus keluar.
- Surat Roma
- 8 Aug 2019
Kristus yang bangkit dan hati nurani
Banyak yang berpikir bahwa Kekristenan adalah tentang hati yang mencintai, tapi bukan tentang pengetahuan. “Kalau kamu cuma tahu tapi tidak punya tingkah laku, percuma. Kalau kamu cuma tahu tapi tidak ada perubahan, percuma. Lebih baik orang yang ada perubahan meskipun tidak ada pengetahuan, itu lebih baik”, itu tidak benar. Baik tingkah laku maupun pengenalan akan Tuhan sama pentingnya bagi Tuhan, tidak ada gunanya kita bertingkah laku baik kalau kita tidak kenal Tuhan, tidak ada gunanya mengaku kenal Tuhan kalau kita tidak bertingkah laku baik. Itu sebabnya semua orang Kristen harus kenal pokok-pokok iman dari Kekristenan. Banyak orang mengatakan “saya sudah sibuk kuliah, saya sudah sibuk pakai otak dan pikiran saya untuk kerja, saya sudah sibuk pikir hal-hal yang rumit waktu studi atau di kantor. Maka waktu saya ke gereja, saya ingin lepas dari itu, saya ingin santai, saya ingin tenang”, tapi saya akan beri tahu satu hal bahwa studi yang dalam bermula dari gereja. Kalau Saudara pelajari sejarah, universitas dimulai dari apa yang disebut sebagai sekolah di dalam gereja. Mengapa ada sekolah-sekolah di dalam gereja di abad ke-7, 8, 9 kemudian abad pertengahan? Karena orang-orang di gereja sadar pentingnya menggali firman dan menggali firman tidak bisa lakukan tanpa bisa baca dan tulis. Orang zaman dulu tidak banyak yang bisa baca dan tulis, sangat sedikit yang bisa. Maka gereja mempelopori belajar membaca dan menulis, “supaya kamu bisa mengerti Alkitab, kamu mesti tahu bagaimana membaca”. Lalu mereka juga yang mengajarkan bagaimana mengerti apa yang dibaca. Ada begitu banyak ilmu yang perlu dibagikan, ada begitu banyak pengertian yang tadinya hanya dimiliki oleh orang-orang ahli filsafat, sekarang dibagikan oleh gereja kepada orang-orang yang belajar menjadi pelayan Tuhan. Pelajaran yang menuntut orang untuk berpikir dimulai dari gereja. Sehingga kalau kita tidak mendedikasikan pikiran kita untuk mengerti Alkitab, kita akan menjadi orang Kristen yang timpang sekali. Jangan pikir kita sanggup menghadapi dunia, jangan pikir kita sanggup mengenal Tuhan kalau kita tidak konsentrasi untuk mengetahui apa yang Alkitab mau sampaikan.
Maka waktu Paulus mengatakan “inilah berita Injil”, dia mengaitkan bahwa Kristus yang adalah yang dipercaya oleh orang Kristen, Kristus ini adalah Penggenap dari seluruh Perjanjian Lama. Kalau Kristus ini menggenapi Perjanjian Lama, bukankah Perjanjian Lama itu untuk orang Israel? Bagaimana tema untuk Israel sekarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain juga? Apa gunanya bagi saya yang bukan Israel? Pelajari sejarah Israel. Maka kita masuk dalam 2 kesimpulan, pertama sejarah Israel tidak penting, yang penting adalah Kristus. Apa yang terjadi di Perjanjian Lama itu tidak penting, yang penting Kristus. Atau yang kedua, bahwa saya memahami Kristus sesuai Perjanjian Lama, lalu saya mesti menjadi Israel supaya saya nyambung dengan Perjanjian Lama. Kedua-duanya ditolak oleh Paulus. Maka kalau kita mau kenal Kristus, kenal dulu argumen Perjanjian Lama dalam dirinya sendiri, baru nanti kita bisa belajar apa yang mau disampaikan Perjanjian Baru tentang Kristus.
Paulus mengatakan dalam Surat Roma, “Kristus adalah yang saya beritakan”, Injil ini tentang Yesus Kristus. Siapa Yesus Kristus? Menurut daging Dia keturunan Daud, Anak Daud. Menurut roh kekudusan, Dia adalah Anak Allah yang berkuasa, seperti yang dinyatakan lewat kebangkitanNya. Jadi Paulus mengatakan Kristus adalah Anak Daud dan Anak Allah. Anak Daud dapat dari Kitab 2 Samuel 7, Tuhan menjanjikan kepada Daud akan punya dinasti yang memimpin Israel dan Anak Daud akan memerintah selama-lamanya. Anak Allah didapat dari Mazmur 2, Tuhan berkata bahwa Dia akan menundukan semua musuh-musuh ke bawah kaki dari Sang Anak, “AnakKu Engkau, Engkau telah Kuperanakan pada hari ini, mintalah kepadaKu dan Aku akan memberikan semua bangsa menjadi milikMu”, ini Mazmur 2. Dua ini digabungkan oleh Paulus. Yang dimaksud dengan Anak Daud adalah Kerajaan Israel akan Tuhan pulihkan di dalam Kristus, spesifik Kerajaan Israel. Kalau Saudara memperhatikan alur ini dan bertanya “pak, tadi kita baca ayat apa ya, kenapa ke sini?”, saya akan mengatakan “kalau kita langsung ke sini, poin utama Paulus akan hilang”, karena Saudara bisa menafsirkan ayat 28,29,30 secara etika saja dan itu bisa kelihatannya bagus. Banyak orang merasa khotbah itu bagus karena menyentuh hidup. Tapi saya akan memberi tahu khotbah itu bagus kalau membuat Saudara semakin mengerti Alkitab, bukan mengerti hidup. Semakin mengerti Alkitab dulu baru mengerti hidup. Kalau mengerti hidup dulu baru mengerti Alkitab, itu namanya salah mengerti hidup. Maka banyak khotbah yang tidak menyentuh Alkitab sebenarnya sedang mengajarkan tentang salah mengerti hidup. Ini semua perlu proses, semua orang mengalami proses ini termasuk hamba Tuhan. Saya pun sedang belajar bagaimana memahami Alkitab, lalu memahami bagaimana harus bertingkah dalam hidup. Bagaimana menjalankan panggilan, bagaimana menghadapi situasi seperti ini? Semua berada dalam kerangka pikir Alkitabiah. Maka Paulus sedang mengatakan bahwa Kristus adalah Anak Daud, Dia adalah Penggenap Kerajaan Israel, Kristus adalah penggenap Mazmur 2, Anak Allah, :AnakKu Engkau, Engkau telah Kuperanakan pada hari ini”. Orang-orang dari zaman Augustinus sampai Luther mengatakan hari ini adalah di dalam kekekalan. “Engkau Kuperanakan pada hari ini”, hari ini sama dengan kekal, jadi Kristus adalah Anak Allah yang kekal. Calvin beda sendiri, kalau Saudara membaca tafsiran Calvin, Saudara akan merasa tafsirannya dangat modern dan maju. Tapi Saudara harus tahu tafsiran Calvin bukan modern dan maju, tapi juga kontroversial pada zamannya. Calvin mengatakan Mazmur 2 bukan bicara tentang kekekalan, Anak Allah dinyatakan sebagai Anak Allah ketika Dia sudah bangkit, ini keunikan teologi Calvin. Jadi kapan Mazmur 2 menjadi genap? Pada waktu Yesus bangkit. Pada waktu Yesus bangkit, Allah mengatakan “naiklah ke sini, duduk di sebelah kananKu”, baru Tuhan mengatakan “di sini Kamu tunggu sampai musuh Kutaklukan kepadaMu”. Lalu Tuhan minta bangsa-bangsa. Jadi bangsa-bangsa mulai diberikan kepada Kristus pada waktu Dia sudah bangkit. Jadi ini bukan di dalam kekekalan, tapi ini bicara kebangkitan dan kenaikan Yesus, di sebelah kanan Allah. Ini menarik sekali. Apa yang ditafsirkan Calvin cocok dengan apa yang Paulus katakan. Anak Daud, menurut 2 Samuel 7, Anak Allah menurut Mazmur 2. Anak Daud berkait dengan Israel, Anak Allah berkait dengan bangsa-bangsa lain, dan ini temanya Roma. “Kamu orang Kristen?”, “iya”, “Kristen Yahudi atau non-Yahudi?”, “non”, “non-Yahudi? Kamu dari mana?”, “saya dari Roma” atau “saya dari Turki” atau “saya dari Mesir”. “Apakah saya tidak boleh jadi Kristen?”, “boleh”, “tapi Kristen percaya kepada Yesus, Mesias orang Yahudi, Anak Daud, apakah saya harus menjadi Yahudi dulu atau boleh langsung jadi Kristen tanpa jadi Yahudi?”, Paulus mengatakan “boleh langsung”, kalau boleh langsung berarti Perjanjian Lama tidak penting? Ini yang Paulus tekankan bagaimana orang Kristen mengerti bahwa dia boleh menjadi Kristen tanpa harus jadi Yahudi, tapi tetap mengambil Perjanjian Lama sebagai bagian penting dalam hidupnya, inilah inti dari Surat Roma. Jadi kalau Saudara baca Surat Roma ada berita tentang Injil dan Taurat, Injil itu yang menyelamatkan, bukan Taurat. Ini cara Paulus untuk menyatakan kamu bisa bypass, tidak harus jadi orang Yahudi, bisa langsung jadi Kristen. Karena itu waktu KKR langsung ditantang “siapa yang mau Kristen?”, bukan “siapa yang mau jadi Yahudi dulu baru jadi Kristen?”. “Kalau boleh langsung, bukankah seluruh Perjanjian Lama bicara tentang Tuhan membentuk Israel? Bagianku dimana di situ, aku tidak berbagian di dalam pembentukan Tuhan di Perjanjian Lama, kalau begitu aku mengharapkan ada yang baru dinyatakan untuk membentukku”, Paulus mengatakan “tidak, pembentukanmu yang Perjanjian Lama”, “saya siapa?”, “kamu orang Kristen”, “saya tidak ada kaitan dengan Yahudi, berarti Perjanjian Lama bukan untuk saya”, “tidak, itu untuk kamu”. Ini yang Paulus katakan, Yesus adalah yang menghubungkan keduanya, Dia adalah Anak Daud, Kerajaan Israel dipulihkan, dan Dia adalah Anak Allah, seluruh bangsa diberikan kepada Dia. Termasuk kita, yang dari bangsa-bangsa lain diberikan kepada Dia. Berarti Dia Raja atas Israel dan Raja atas bangsa-bangsa lain.
Lalu mengapa 2 hal ini digabungkan? Apakah kita harus menjadi Israel? Tidak, tapi Saudara harus tahu Tuhan bentuk Israel lewat Perjanjian Lama, lewat Taurat, lewat firman di dalam seluruh Perjanjian Lama. “Bagaimana saya dibentuk?”, lewat Taurat dan seluruh Perjanjian Lama. “Bagaimana saya yang bukan Israel dibentuk lewat Perjanjian Lama?” dengan membaca Perjanjian Lama lewat penafsiran Kristus. Maksudnya penafsiran Kristus bukan penafsiran di Matius, Markus, Lukas, Yohanes, tapi penafsiran yang disoroti dari kacamata penggenapan yaitu Yesus sudah datang. Ini mungkin agak sulit, tapi Saudara harus paham. Bagaimana mengerti Perjanjian Lama? Dengan menjalankan lewat Kristus yang sudah genapi. Bagaimana melihat Perjanjian Lama lewat Kristus yang sudah menggenapi? Itu yang Paulus coba ajarkan. Maka dari pasal 1-11 Paulus berusaha menjelaskan “kamu yang dari Israel, Yesus itu Mesiasmu, Dia Anak Daud. Kamu yang dari bangsa-bangsa lain, Yesus itu Rajamu, Dia Anak Allah”. Tanda Dia Anak Allah adalah Dia sudah dibangkitkan. Dan Paulus banyak membahas tentang daging dan roh. Daging dan roh itu bukan fisik dan rohani, daging dan roh itu yang lama dan yang baru, ini konsepnya Paulus. Kalau dia bilang daging dan roh, selalu adalah yang lama dan baru, yang lama tidak tentu jelek, yang baru tidak tentu lebih bagus, di dalam pengertian Roma 1. Yesus menurut daging adalah Anak Daud. Yesus menurut roh adalah Anak Allah. Artinya Yesus menurut daging, keadaan yang lama, adalah penggenap Perjanjian Lama. Yesus menurut roh, yang dibangkitkan dari antara orang mati, artinya adalah Dia pemilik seluruh bangsa. Jadi antara Israel yang dipimpin Tuhan dan bangsa-bangsa lain yang dipanggil Tuhan harus disatukan. Dan apa yang Tuhan mau terjadi pada Israel akan dimiliki bangsa-bangsa lain di dalam Kristus. Apa yang Tuhan mau dari Israel? Yang Tuhan mau dari Israel adalah hidup yang benar. Ini tekanan Surat Roma. Bagi Paulus, orang Israel dikonfirmasi hati nurani lewat Taurat. Jadi Israel dibimbing oleh Taurat, yang adalah (seharusnya) cetusan hatinya Israel. Ini menarik, Tuhan yang memberikan Taurat kepada Musa, tapi menurut Paulus, Taurat adalah ekspresi hatinya orang Israel. Maka ketika Israel gagal menjalankan Taurat berarti ada perbedaan antara apa yang harusnya menjadi ekspresi hati dengan hati yang sesungguhnya. Taurat adalah ekspresi hati Israel, tapi apa yang ditulis di Taurat dilanggar oleh orang Israel. Maka problemnya di hati, tidak sesuai dengan ekspresinya. Itu sebabnya di Yeremia dikatakan “aku akan ganti hatinya orang Israel”, diganti karena yang lama gagal. Sebab ekspresi hati mereka beda dengan yang tertulis di dua loh batu. “Maka Aku mau hati yang sinkron dengan dua loh batu itu, Aku akan memberikan kepada mereka hati yang baru”. Di hati itu, hati daging itu tertulis persis apa yang tertulis di dua loh batu, itu yang Tuhan katakan di dalam Yeremia. Jadi Taurat adalah ekspresi hati Israel yang seharusnya terjadi, berarti Tuhan menekankan pentingnya hati nurani untuk dipimpin oleh firman.
Apakah hati nurani saja sudah cukup? Tidak, Saudara bisa membaca pembahasan tentang hati nurani yang terpolusi dari Pak Stephen Tong. Salah satu teologi Pak Tong yang penting adalah pembahasan hati nurani. Hati nurani gampang terpolusi, hati nurani gampang disingkirkan oleh kejahatan tapi hati nurani punya peran penting sekali. Dan ini yang Paulus katakan di dalam Roma 2, ini nanti kita akan bahas, dan juga Roma 1 bagian akhir, bahwa yang menyebabkan hati nurani manusia menjadi rusak adalah karena hati itu dihancurkan oleh keinginan lari dari Tuhan. Manusia tidak bisa berbuat baik bukan karena tidak punya hati nurani, tapi karena hati nuraninya sudah didesak oleh dosa yang menginginkan jauh dari Tuhan. Kita tidak ingin dekat Tuhan, kita ingin jauh dari Dia. Kita ingin hidup sendiri, kita ingin bebas dari Dia. Dan karena kita ingin menghindar dari Dia, maka hati nurani kita dihancurkan dari keinginan kita menghindari Tuhan, dia menjadi rusak. Hati nurani rusak karena kita menolak Tuhan. Tapi apakah hati nurani total rusak? Tidak, karena Tuhan tetap membangkitkan orang-orang yang akan mengingatkan kerusakan yang terjadi itu sebagai sesuatu yang harus disingkirkan dari kehidupan berbangsa. Israel rusak, tapi ada nabi-nabi yang berseru, “tidak boleh begini, bertobatlah”. Tapi Paulus akan mengatakan demikian juga di bangsa-bangsa lain, di bangsa-bangsa lain pun akan ada orang yang tidak setuju dengan praktek yang terjadi, karena praktek yang terjadi itu tidak pantas. Maka Paulus mengatakan di ayat ke-32, ”sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri tapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya”, hati nurani berada di dalam konflik. Orang yang tidak kenal Tuhan, hati nuraninya konflik, tahu mana yang baik tapi bisa setuju dengan komunitas, tahu ini salah tapi tidak berdaya untuk jalankan hal yang beda. Ini problem dari setiap orang yang sudah jatuh dalam dosa. Orang berdosa ada dalam komunitas yang berdosa dan komunitas berdosa itu perlu hati nurani di tengah-tengahnya. Tidak ada hati nurani di tengah masyarakat akan membuat masyarakat semakin hancur dan rusak. Paulus sedang membahas efek yang terjadi pada komunitas, seluruh manusia entah itu kota atau bangsa menjadi semakin rusak. Dan dia mengatakan di sini orang-orang berdosa itu mengganti persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar. Masyarakat yang mengganti persetubuhan yang wajar dengan tidak wajar itu adalah suatu yang pernah terjadi di Perjanjian Lama. Di Sodom dan Gomora, dan satu lagi di sebuah kota di Benyamin pada zaman Kitab Hakim-hakim. Dan kasus yang dibagikan baik di Sodom dan Gomora maupun di dalam Kitab Hakim-hakim sama-sama menyebutkan seluruh kota sudah rusak. Alkitab memberikan peringatan berapa bahayanya penyimpangan seksual itu. Penyimpangan seksual, kehidupan seks yang rusak adalah sesuatu yang cepat sekali mewarnai masyarakat dan mengubahnya. Setiap kali orang mengatakan “kami punya kecenderungan seks yang lain, harus didengar, harus punya tempat di masyarakat”, penyebarannya cepat sekali. Perlu ada hati nurani yang mengatakan “tidak, itu salah”. Penyebaran yang cepat mampu untuk membuat masyarakat hidup di dalam keadaan rusak, maka Paulus memberikan contoh. Mereka mencemarkan tubuh mereka, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan peremuan. Mengapa memakai contoh ini? Karena di dalam Perjanjian Lama diberikan contoh bahwa tindakan ini adalah tindakan yang dengan cepat mewarnai seluruh masyarakat. Dan Paulus mengatakan “dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran- pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan”, waktu Saudara baca ayat 29-32, Saudara akan mengetahui bahwa ini melanggar Taurat. Taurat melarang orang untuk melakukan apa yang dikatakan di ayat 29 “lalim, jahat, dengki, membunuh, menipu, fasik, bicara sembarangan, fitnah, sombong, tidak berakal, tidak setia, tidak penyanyang”, itu semua dilarang Taurat. Tapi yang Paulus bagikan ini juga dilarang oleh hati nurani bangsa-bangsa lain. Saya ingin membagikan ini supaya kita semua mengerti, waktu Paulus mengatakan kalimat-kalimat di ayat 29 dan seterusnya, orang Romawi pun sebagian akan ada yang mengamini. Mereka akan mengatakan “ini benar, kita tidak seharusnya hidup seperti ini”. Dan Saudara bisa lihat seruan-seruan ini ada pada pujangga dari Kerajaan Romawi sendiri. Banyak orang di tradisi filsafat Romawi sangat benci dengan keadaan Kota Roma. Mereka mengatakan kalau Roma begini terus, mustahil akan bisa bertahan. Pemikir-pemikir seperti Seneca, pemikir-pemikir di zaman yang lebih kuno, pemikir-pemikir yang keluar dari tradisi Kerajaan Roma sama-sama mengutuk kebiasaan-kebiasaan orang Roma. Mereka bukan Kristen, mereka tidak mengerti Paulus, banyak dari mereka yang hidup sebelum Paulus. Tapi beberapa dari mereka menulis kalimat-kalimat seperti ini “Roma tidak akan bertahan lama, kalau Roma seperti ini terus, tidak lama lagi mereka akan hancur”. Mengapa kita bisa tahu ada pujangga Roma yang tulis ini? Salah satunya adalah karena Augustinus mengutip mereka. Di dalam Buku City of God, Augustinus memberikan pembelaan bahwa hancurnya Roma bukan karena Kristen, hancurnya Roma sudah diprediksi oleh banyak orang, pemikir-pemikir penting di zaman yang dulu. Maka Augustinus mengutip “ini ada orangmu sendiri, ada pujanggamu sendiri yang mengatakan Roma sudah terlalu rusak, brutal, jahat, penuh hawa nafsu”. Jadi banyak orang meskipun bukan Kristen memunyai panggilan di dalam anugerah Tuhan menjadi hati nurani untuk masyarakatnya. Bisakah ini terjadi di Indonesia? Bisa, Tuhan bisa memakai pujangga Islam, misalnya, untuk mengkritik keadaan rusak yang terjadi di Indonesia. Tuhan bisa memakai pujangga yang bukan Kristen untuk memikirkan keadaan yang terjadi, ketidak-adilan, kerusakan, lalu mulai adakan kritik sosial. Kritik sosial sangat penting, suara untuk mengkritik kebiasaan yang tidak beres itu sangat penting. Dan banyak orang memanfaatkan panggung seni untuk melakukan itu. Indonesia akan ada berada terus dalam keadaan korup, dimana orang akan minta uang untuk sesuatu, Saudara sudah memenuhi syarat-syarat tapi tetap harus ada uang. Dan itu yang akan terjadi terus, kecuali ada hati nurani yang berani muncul meskipun akan dibungkam.
Di mana hati nurani itu? Paulus mengatakan di setiap bangsa seharusnya punya hati nurani. Karena orang-orang akan setuju dengan poin-poin ini, hidup beres, hidup baik, hidup mengekang diri, itu ada dalam beberapa pemikir Romawi, di dalam beberapa pemikir Yunani, di dalam beberapa pemikir Tiongkok. Saudara baca ajaran dari Konghucu, dari Mencius, Saudara akan temukan ada banyak seruan hati nutani untuk sebuah budaya. Mencius pernah mengatakan rakyat lebih penting dari pada tanah, lebih penting dari raja juga. Raja tidak penting, rakyat yang penting, ini seruan di Tiongkok. Ini namanya bahkan hati nurani ada di budaya yang tidak kenal Tuhan. Maka Paulus mengatakan “yang saya nyatakan ini Tuhan sudah berikan ke semua bangsa. Semua bangsa harus hidup beres”. Tapi bisakah hidup beres? Tidak, karena hati nuraninya sudah dimatikan terus. Kalau hati nurani dimatikan terus, tidak akan ada harapan. Setiap kali hati nurani muncul kemudian dimatikan, muncul kemudian dimatikan. Maka Paulus mengatakan Israel tidak punya harapan karena begitu orang taat Taurat lalu menyebarkan berita untuk taat Taurat, dia mulai dibenci. Nabi-nabi mulai dibenci, orang-orang berkhotbah menyerang yang salah mulai dibenci, orang yang bicara jujur dan menyatakan kebenaran mulai dibenci. Benci akhirnya meningkat menjadi ingin membunuh. Ingin membunuh yang didukung oleh kemampuan, akhirnya benar-benar akan membunuh. Nabi-nabi dibunuh dan Israel semakin lama semakin hancur. Ketika hati nurani dibungkam, tidak diizinkan bicara, akhirnya bangsa semakin jahat. Tuhan mengatakan kepada nabi-nabiNya “akan ada kelaparan di Israel”, yaitu kelaparan firman karena Tuhan akan membuat firman tidak ada lagi, Tuhan akan mengurangi orang yang berseru, karena Tuhan sudah muak dengan Israel. Maka ketika firman tidak ada lagi, Israel pun dibuang. Yeremia menjadi hati nurani, tapi malah disuruh masuk sumur. Dibungkam, dipenjara, disuruh diam, diancam dengan kematian. Yeremia sudah bicara, lalu perkataannya dicatat. Ketika catatan itu sampai ke tangan raja, raja buang catatan itu ke perapian. Orang tidak mau mendengar firman, tidak mau mendengar hati nurani, tidak mau mendengar seruan bertobat, akhirnya seluruh bangsa dibuang. Seluruh bangsa dibuang karena suara Tuhan tidak pernah didengar. Mereka tidak mendengar karena nabi yang berbicara dimatikan. Jadi apa harapan bagi Israel? Tidak ada, karena hati nurani sudah dimatikan. Benar tidak ada harapan.
Tapi Paulus mengatakan “sebenarnya masih”, “mana harapannya?”, kalau ada suara hati nurani dimatikan, dibungkam, tapi setelah hari ketiga dia bangkit, itu baru ada harapan. Siapa harapan bagi Israel? Ketika sang hati nurani yang dimatikan kemudian bangkit, itu harapan. Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa lain? Sama, ketika hati nurani dimatikan tapi hari ketiga dia bangkit, baru ada harapan. Ternyata suara hati nurani yang paling jelas dan paling clear itu dibawa oleh Anak Daud dan Anak Allah. Mengapa Anak Daud dan Anak Allah bisa bawa suara ini? Karena meskipun Dia sudah mati, tapi Dia tetap bangkit. Dan suara hati nurani dari yang pernah mati kemudian bangkit, itulah yang akan memberikan pengharapan. Sebelum Paulus memberitakan tentang Krsitus, dia beritakan dulu bahwa seluruh bangsa mencari hati nurani yang anti dimatikan karena sekalipun dia mati, dia akan bangkit. Semua kerajaan perlu Yesus. Tanpa sadar bangsa-bangsa merindukan Dia, pulau-pulau mengharapkan ajaranNya meskipun tidak sadar, semua bangsa perlu hidup baik. Saudara kalau soroti Injil dengan cara ini, tiba-tiba Injil menjadi relevan untuk pergumulan kita. Maka Injil ada untuk mengubah hidup orang. Bisakah Israel menaati Taurat? Tidak bisa, tidak ada driving force-nya. Tapi Kristus yang bangkit menjadi driving force bagi Israel untuk menjalankan Taurat. Bagaimana dengan orang Kristen yang bukan Israel? Sama, Kristus yang bangkit menjadi driving force untuk orang menjalani hati nuraninya dengan setia kepada apa yang Taurat sudah bagikan. Apa yang dibagikan Taurat sebenarnya sudah selaras dengan hati nurani bangsa manapun. Jadi Paulus mengatakan Taurat itu ada di hati semua orang. Kita tidak sadar bahwa kita punya itu di dalam hati. Kita tindas, kita tidak peduli dan kita mau kerjakan apa yang kita mau. Ketika Tuhan memulihkan dengan kekuatan Dia yang sudah bangkit, Saudara akan mampu taati hati nurani lagi yang sekarang dibentuk kembali oleh firman. Firman yang ada di dalam Perjanjian Lama. Bagaimana mengertinya? Nanti Paulus akan coba rangkum di dalam pasal 12 dan seterusnya, indah sekali.
Jadi Paulus mencoba menegaskan dulu “ini identitasmu sebagai umat Kristus, baru nanti kamu akan tahu bagaimana melawan segala kebobrokan ini. Tapi tanpa Kristus, kamu tidak akan berdaya melawan segala kebobrokan ini”. Maka hari ini kita memelajari satu tema penting dari Paulus yaitu bahwa Tuhan ingin adanya bangsa-bangsa yang hidup dengan sejahtera. Tapi tidak sejahtera karena semua melakukan kelaliman, kejahatan, keserakahan, kebusukan, dan dengki. Bagaimana melawan ini? melawan ini bukan hanya dengan sekedar beriman kepada Kristus, tapi dengan iman kepada Kristus kita membentuk kehidupan yang penuh hati nurani. Saudara harus menjadi hati nurani di tengah masyarakat. Saudara harus berseru dengan mengatakan “ini tidak benar, kita mesti melawan ini”. Dan Saudara dengan sabar menyatakannya di dalam kehidupan Saudara. Ini mungkin berat, tapi saya akan kasi tahu satu hal, tanpa hati nurani, masyarakat kita akan mati.
Tapi kalau hati nurani itu tidak di back-up atau tidak diperbarui dan tidak dihidupkan oleh Kristus yang bangkit, hati nurani itu tidak akan sanggup bertahan. Pelan-pelan Saudara akan mati dan menjadi sama dengan orang-orang lain. Ini perjuangan besar dari kita semua. Saudara akan terjun ke dalam masyarakat atau sudah tentunya, Saudara akan menjadi hati nurani di situ. Kiranya Saudara mampu dipimpin Tuhan untuk membuat orang jahat tidak nyaman karena berada dekat dengan Saudara, dan membuat orang merasa tidak boleh mngerjakan apa-apa yang jahat karena ada Saudara yang dia tahu akan menegur. Tapi teguran diberikan dengan cara yang kadang-kadang tidak lansung ditanggapi dengan baik. Asalkan yang Saudara tegur benar-benar pantas ditegur. Jangan tegur berdasarkan selera, tapi tegur berdasarkan hati nurani. Martin Luther ketika disuruh mengingkari ajarannya di Worms, dia mengatakan “saya tidak akan melawan hati nurani saya, karena saya tahu yang saya nyatakan sesuai dengan Alkitab. Hati nurani saya sudah diikat oleh Kitab Suci dan tidak aman untuk melawan hati nurani saya. Maka saya tidak bisa melakukan apa yang diperintahkan dan kiranya Tuhan menolong saya”, itu yang ditekankan Martin Luther. Saudara jangan tegur orang hanya gara-gara selera pribadi “saya tegur dia karena sisirannya tidak cocok dengan saya. Sisirannya ke kiri, padahal saya ingin sisirannya ke kanan”, itu selera, Saudara tidak perlu tegur soal selera. Tapi Saudara perlu tegur yang tidak sesuai dengan hati nurani. Ada orang menindas orang lain, membully orang lain, memanfaatkan orang lain lalu mengambil keuntungan, ada orang tidak menjalankan keadilan, Saudara tahu itu semua tidak benar dan itu yang harus dipelihara. Saudara harus peka melihat di luar dan ke dalam, diri Saudara pun potensi melakukan apa yang busuk dan bobrok. Biarlah kita melihat Tuhan bekerja di masyarakat kita menggunakan orang Kristen sebagai hati nuraninya karena itu yang Paulus tekankan sebagai fungsi dari umat Tuhan. Apa guna umat Tuhan? Menjadi hati nurani.
Bagaimana kalau hati nurani kita sendiri hancur? Kamu tidak mungkin hancur hati nuraninya karena sudah ada Kristus yang bangkit, Kristus yang sudah bangkit harus menjadi Tuhanmu dan melalui Dia kamu mendapat kekuatan untuk menjadi hati nurani di tengah-tengah masyarakat. Maka yang Paulus katakan di sini, semua kejahatan, pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan, semua sebenarnya disadari oleh semua orang. Tapi mereka tidak berdaya untuk melakukan yang lain, mereka cuma tahu mengerjakan apa yang jahat ini. Mereka tidak berdaya untuk mengubah kebiasaan dari masyarakat. Kalau begitu bagaimana bisa ada pengharapan? Di dalam Roma 3 Paulus mengatakan bahwa kasih karunia sudah diberikan, Tuhan menyatakan anugerahNya, Kristus Yesus ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian. Semua orang telah berbuat dosa, Roma 3: 23, dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 24, dan oleh karena kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kita biasanya kaitkan Roma 3: 22-24 hanya berdasarkan kerangka teologi kita yang kurang melihat Roma 1 dan 2. Tapi kalau Saudara membaca surat ini secara keseluruhan, Saudara akan tahu bahwa Roma 3: 22-24 adalah kesimpulan dari pergumulan di Roma 1. Semua manusia sudah jahat, bagaimana bisa berubah? Di dalam Kristus, itu yang ditekankan oleh Roma 3: 22-24. Maka sebenarnya Paulus tidak pernah kontra perbuatan baik. Sebaliknya dia mengatakan “kamulah menjadi hati nurani masyarakat”. Tujuan kita diselamatkan bukan untuk masuk sorga, masuk sorga itu adalah bonus, buah yang otomatis kita dapatkan. Tapi tujuan Saudara diselamatkan adalah supaya Saudara menjadi hati nurani di tengah-tengah masyarakat ini, masyarakat yang bobrok dan jahat.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
- Khotbah
- 8 Aug 2019
Hidup di dalam Kekudusan Tuhan
(Imamat 10: 1-7)
Ini adalah sebuah perikop tragis, di mana sebelumnya mereka sedang bersukacita luar biasa. Setelah mereka 40 tahun di padang gurun, sekarang Tuhan sungguh memberkati mereka dengan menahbiskan imam bagi mereka. Dulu Musa yang memimpin seluruh tim yang begitu banyak, semua dipegang oleh Musa, semua keimaman dipegang oleh Harun. Sekarang mereka mulai menahbiskan imam-imam. Tapi di pasal 10, mereka berdukacita begitu besar karena mereka melihat imam yang baru mereka tahbiskan sekarang mati. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kita harus melihat ini dari perspektif Alkitab. Ketika kita membeli barang, semua barang diciptakan pasti ada fungsinya, ada kegunaannya masing-masing. Meskipun kegunaannya tetap bisa disalah-gunakan, tapi semua barang diciptakan ada kegunaannya. Begitu pula dengan manusia. Manusia tidak pernah diciptakan begitu saja tanpa ada fungsinya, karena itu sangat aneh dan sangat bertentangan dengan Alkitab. Scientist sering mengatakan seluruh bumi ini diciptakan dari proses bigbang saja tanpa Tuhan. Yaitu, partikel-partikel molekul kecil yang berkumpul menjadi besar dan meledak. Setelah meledak mulai jadi dunia dan sebagainya. Itu hal yang aneh. Kalau kita mau meledakan gedung atau apa pun, bisakah gedung itu kembali menjadi seperti awalnya? Tidak bisa, segala sesuatu yang meledak akan menjadi berantakan. Bahkan yang lebih aneh dikatakan manusia diciptakan bukan dari Allah, tapi terjadi dengan sendirinya dari ledakan itu. Maka bila manusia diciptakan demikian, manusia akan kehilangan tujuannya. Untuk apa manusia hidup kalau kita semua terjadi hanya karena ledakan? Tapi Alkitab tidak pernah berkata manusia terjadi dengan begitu saja. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia diciptakan begitu sempurna dengan tujuannya. Di dalam Katekismus dikatakan ada 2 tujuan manusia yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Jika manusia lepas dari 2 tujuan ini, maka manusia sudah gagal menjalankan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Selain itu, Alkitab juga bercerita bagaimana manusia memiliki fungsi menjadi orang-orang kudus. Maka tema kekudusan di dalam Alkitab adalah tema penting. Selain tema Kerajaan Allah, tema ini juga ditekankan berkali-kali dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Umat Tuhan adalah umat yang harus dikuduskan dan menjadi milik Allah. Ketika saudara menjadi orang percaya, Calvin mengatakan bahwa saudara menjadi umat Tuhan yang kudus, meskipun “kudus” bukan berarti saudara sudah sempurna. Tapi kudus berarti sudah menjadi miliknya Tuhan. Berbicara tentang kekudusan berarti kita bicara mengenai salah satu atribut Allah. Atribut ini yang menjadi pemisah antara Pencipta dan yang dicipta. Dari banyak atribut yang dimiliki Allah Tritunggal Dia hanya membagikan satu atribut yang paling penting kepada manusia yaitu kekudusan. Di dalam Alkitab dikatakan manusia harus menjaga kekudusannya sama seperti Allah yang Kudus. Ini yang membedakan antara Pencipta dan yang dicipta. Pencipta Mahakudus, yang dicipta ini belum kudus sempurna karena jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, Allah ingin manusia hidup kudus dan memuliakan Tuhan.
Di dalam segala hal di dunia, pasti segala sesuatu ada aturan dan hukumnya masing-masing. Demikian juga dengan manusia, ketika saudara hidup tidak sesuai peraturan hidup dari Tuhan, maka saudara keluar dari semua itu dan hidupmu tidak akan berarti. Banyak sekali orang yang mengatakan “saya tidak mau Tuhan. Saya punya kekuatan sendiri. Saya tentukan sesuai diri saya sendiri” Maka yang terjadi adalah kehampaan dan kehancuran demi kehancuran terus dialami oleh manusia. Salah satu aturan mainnya Tuhan adalah umat Tuhan harus hidup kudus. Tidak ada kompromi, itu aturan mainnya Tuhan. Saudara sudah menjadi orang yang percaya kepada Tuhan, maka saudara harus hidup kudus. Kalau saudara tidak hidup kudus, saudara sudah menyalahi aturannya dan tidak lagi menjadi anak Tuhan. Dan hidupmu akan menjadi kacau. Pasal ini membahas kekudusan Tuhan yang tidak bisa dipermainkan sekalipun oleh hamba Tuhan. Kita membaca di bagian ini bagaimana hamba-hamba Tuhan begitu sombong dengan mengatakan “saya sudah menjadi hamba Tuhan maka saya bisa mengerjakan apa pun, saya bisa lakukan apa pun”, mereka tidak sadar sudah menghina kekudusan Tuhan. Bahkan umat Tuhan pun melakukan hal demikian. Mentang-mentang sudah Kristen, sudah dilepaskan dan diselamatkan oleh Tuhan, dan mengatakan bahwa “saya dikasihi Tuhan, maka saya bebas melakukan apa pun.” Tapi Tuhan tidak mau demikian, Tuhan mau hidup kita ada aturan mainnya. Ketika kita keluar jalur maka hidup kita tidak lagi memuliakan Tuhan dan tidak lagi sesuai fungsinya.
Kita melihat dalam hal ini beberapa aspek mengenai kekudusan Tuhan. Pertama adalah kekudusan menuntut ketaatan. Saudara tidak bisa mendapatkan kekudusan dari Tuhan kalau tidak taat kepadaNya. Kita lihat dalam ayat pertama, Nadab dan Abihu, mereka masing-masing memberikan persembahan dari perbaraannya. Saat itu, ketika orang Israel mau mempersembahan korban, mereka tidak bisa sembarangan menyalakan api lalu langsung membakar korban. Imam harus mengambil satu api yang khusus milik Tuhan. Api ini api yang kudus, di satu tempat perbaraan yang selalu menyala. Tapi yang dilakukan Nadab dan Abihu adalah menyalakan api sendiri, bukan dari apinya Tuhan. Tentu saja hal ini tidak diperintahkan oleh Tuhan. Bahkan, Matthew Henry mengatakan mereka tidak diperintah untuk membakar korban. Sudah menjadi ketetapan orang-orang Israel ketika imam mau memberikan persembahan, harus menunggu perintah dari Musa atau Harun. Tapi di sini tidak ada perintah Musa dan Harun. Niat hati mau memberikan persembahan, mereka malah dikutuk oleh apinya Tuhan. Hal-hal yang tidak Tuhan perintahkan, tidak bisa dikerjakan, karena itu bukan keinginan Tuhan. Ketaatan adalah mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Respon dari Tuhan ketika melihat Nadab dan Abihu melakukan apa yang tidak diperintahkan Tuhan adalah Tuhan menghukum mereka. Ini menjadi contoh hidup kita dalam Kekristenan, khususnya adalah ketika kita melayani Tuhan. Apakah Saudara sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan atau Saudara melayani Tuhan hanya ikut-ikutan? Segala hal yang Tuhan tidak perintahkan, segala yang Tuhan kehendaki supaya saudara tidak lakukan, saudara tidak boleh lakukan. Di dalam Matius dikatakan bahwa orang bisa saja membuat mujizat, orang bisa saja berbahasa seperti bahasa roh, terlihat begitu suci dan saleh di hadapan Tuhan. Tapi Tuhan mengatakan mengusir mereka karena mereka melakukan hal yang tidak diperintahkan Tuhan, melakukan hal yang bukan bagiannya disuruh oleh Tuhan. Nadab dan Abihu tidak melakukan yang disuruh Tuhan, maka Tuhan menghukum mereka dengan begitu keras.
Kemudian, ketaatan juga berarti kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan caranya Tuhan. Saudara di dalam kehidupan ini tidak bisa mencari segala sesuatu dengan cara sendiri ataupun ikut cara dunia. Belanda dulu negara yang sangat reformed, tapi sekarang sudah berubah menjadi negara LGBT karena tidak mencari cara Tuhan, tapi caranya sendiri. Kesalahan mereka adalah tidak membedakan orangnya dengan dosanya. Mereka mencampurkan semuanya dan menerima semuanya. Alkitab tidak mengatakan demikian. Kita mengasihi sesama kita, bukan mengasihi dosa mereka. Dosa harus ditegur dan bukan untuk dikasihi. Tapi kebablasan karena sekarang seluruh dunia memiliki cara untuk mengasihi semuanya. Akhirnya lambat laun gereja-gereja mulai rontok imannya, karena mereka mencari cara dunia. Bagaimana cara mengembangkan gereja? Pakai cara entertainment. Firman Tuhan digeser, bahkan sudah tidak ada salib di dalam gereja. Salib adalah simbol yang sangat penting di dalam gereja, karena iman manusia membutuhkan aspek simbol untuk terus dapat mengingatkan manusia. Manusia adalah manusia yang cepat lupa, dan kita diberikan indera oleh Tuhan agar bisa mengingat terus karya Tuhan. Maka di dalam gereja perlu ada salib. Perlu ada firman Tuhan untuk mengingatkan manusia kembali kepada Tuhan. Tapi ini semua sudah hilang, khotbah hanya menjadi hal moralitas saja dan sangat sedikit bagiannya di dalam ibadah. Gereja mau jadi apa? Gereja dipakai untuk berbisnis. Jemaat bergereja tidak sesuai dengan caranya Tuhan. Bahkan datang ibadah pun sering telat. Segala hal baik gereja, ibadah, berdoa, bahkan firman Tuhan, dipakai manusia sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak ikut aturan Tuhan. Ibadah bukan hanya firman Tuhan saja, ibadah itu dari awal sampai akhir, musik termasuk ibadah. Menurut Martin Luther, musik dan firman Tuhan dapat disejajarkan. Dia mengatakan bahwa di dalam musik terkandung pengakuan iman dan firman Tuhan yang kita percaya dalam hati. Maka pujian dalam ibadah juga penting, tidak bisa asal memilih lagu. Kita harus melakukan semuanya sesuai dengan caranya Tuhan. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita melakukannya dengan totalitas. Tidak ada ketaatan setengah-setengah, mau taat pada satu bagian saja dari firman Tuhan. Tidak ada yang seperti itu. Taat berarti seluruhnya, ketika saudara taat setengah itu sama dengan tidak taat. Taat berarti seluruh kehidupanmu diberikan kepada Tuhan. Kita lihat hal ini di dalam kehidupan imam. Mereka baru ditahbiskan menjadi imam, artinya hidup mereka dikhususkan semuanya untuk Tuhan. Karena itu ketika Nadab dan Abihu mati, Musa tidak menyuruh Harun, untuk mengangkat mereka. Hidup imam seluruhnya harus kudus untuk Tuhan. Bagi orang Israel, ketika bersentuhan dengan mayat, itu berarti tidak kudus, najis. Maka ketika Nadab dan Abihu mati, papanya sendiri tidak bisa angkat karena itu najis. Maka seluruh kehidupannya harus dipersembahkan kepada Tuhan.
Kedua, Harun tidak boleh mengangkat anaknya sendiri karena itu berarti berpihak kepada orang yang salah dihukum Tuhan. Oleh sebab itu, di ayat 3 dikatakan “Harun berdiam diri”. Di sana ia melihat dua anaknya mati saat itu juga. Anak-anak yang memiliki potensi begitu besar, tapi mereka dibunuh Tuhan. Di sini Harun tidak boleh berkabung. Apakah Tuhan kejam? Tentu tidak karena perkabungan bagi orang Israel berarti mereka harus memberikan abu di kepalanya, itu bicara tentang kenajisan juga. Ketika orang dinyatakan najis, mereka menaruh abu di kepalanya. Maka, ketika Harun berkabung, berarti ia melanggar perintah Tuhan dan bisa dibunuh juga. Oleh karena itu kita melihat bahwa seluruh kehidupannya diserahkan kepada Tuhan. Ini hal yang sangat berat, ketika kita menyerahkan kehidupan kita kepada Tuhan berarti kita tidak mengikuti keinginan kita. Saudara harus serahkan semua keinginanmu, ambisimu, hal yang saudara miliki, kepada Tuhan karena itu semua milik Tuhan. Maukah engkau serahkan kepada Tuhan? Ada dua hal terbesar menjadi hambatan seseorang menjadi Kristen. HPertma, P Pertama, menganggap bahwa menjadi orang Kristen berarti saya harus menjadi kaya. Kalau saya miskin, saya tidak bisa ke gereja karena akan minder dan malu. Kedua, menjadi orang Kristen takut miskin. Orang Kristen harus banyak memberikan persembahan, mengorbankan ini dan itu, takut jatuh miskin. Maka harta kekayaan menjadi problema paling besar orang menjadi Kristen, karena ikut Tuhan tidak mau mempersembahkan semua. Padahal Tuhan mengatakan “kasihi Tuhanmu dengan seluruh hidupmu, tenagamu, waktumu, pikiranmu, apa pun yang kamu punya serahkan kepada Tuhan”. Kemudian di ayat ke-5 dikatakan mereka masih berpakaian kemeja. Imam dikhususkan dari orang-orang Israel yang lain dengan cara diberikan pakaian yang khusus. Pakaiannya kudus yang Tuhan perintahkan. Karena simbol imam itu berarti mereka harus menjadi perwakilan manusia kepada Tuhan dan perwakilan Tuhan kepada manusia. Maka mereka memiliki otoritas dan identitas khusus sehingga mereka harus dikhususkan. Demikian juga orang Kristen, ketika kita percaya kepada Tuhan, kita punya identitas khusus. Kita tidak sama dengan dunia ini, kita punya mandat khusus untuk menjadikan seluruh Kerajaan Tuhan di bumi. Tapi kita lihat bahwa otoritas ini sudah disalah-mengerti, imam punya otoritas dari Tuhan tapi dia pakai untuk melawan Tuhan. Kita punya harta, kita pakai harta untuk melawan Tuhan. Kita bisa pakai seluruh kehidupan ini untuk melawan Tuhan. Otoritas yang sudah Tuhan percayakan itu tidak bisa sembarangan dipakai. Berkat Tuhan bukan tiket terusan, sekali diberkati maka seterusnya diberkati. Itu yang terjadi kepada Israel, ketika mereka disertai Tuhan tapi namun memberontak kepada Tuhan, melakukan apa yang mereka ingin lakukan sendiri, akhirnya Tuhan tidak lagi menyertai mereka. Karena itu kita harus sungguh-sungguh dalam mengikuti firman Tuhan. Gereja diberkati Tuhan bukan karena bukan karena hamba Tuhannya, tapi karena jemaat yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kita lihat kekudusan ini menuntut pada ketaatan. Seluruh hidup kita, semuanya taat di hadapan Tuhan, melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus terus bergantung kepada Tuhan.
Kedua kekudusan menuntut hal yang bersifat individual. Tidak bisa kekudusan itu bicara mengenai transfer kekudusan dari satu orang ke orang lain. Kekudusan bicara apa yang ada di dalam hatimu, itu tidak terikat oleh keluarga. Keluarga tidak menjamin engkau menjadi orang yang kudus. Kita melihat Nadab dan Abihu memiliki ayah seorang Harun dan paman seorang Musa yang dikuduskan oleh Tuhan. Kita lihat keluarga ini sangat diberkati Tuhan, tapi itu tidak menjamin mereka hidup kudus.
Semua orang bisa jatuh, tidak ada satu pun dari kita yang kebal terhadap dosa. Martin Luther mengatakan tidak ada seorang pun yang bisa memainkan dosa, tapi dosa itu mengikat dan mempermainkan manusia. Oleh karena itu, kekudusan bukan bicara keluarga siapa, bukan bicara keanggotaan gereja mana, bukan bicara seberapa banyak hartamu, bukan bicara seberapa besar kedudukan dan kuasamu, tapi kekudusan bicara hati sendiri seperti apa. Semua tentang kekudusan adalah tentang diri sendiri di hadapan Tuhan. Oleh karena itu kita jangan malas untuk melihat apa isi Alkitab, jangan malas untuk terus belajar firman Tuhan. Belajar firman Tuhan bukan hanya dari mulut pengkhotbah, bukan hanya ketika datang PA atau ibadah Minggu tapi dari Senin sampai Sabtu saudara tidak pernah membaca firman Tuhan, itu tidak ada gunanya. Karena Tuhan ingin kita bertumbuh setiap hari dengan firman Tuhan. Kita harus mengingat terus firman Tuhan, mengingat terus kebaikan Tuhan setiap hari. Jadi kekudusan adalah hal yang sangat individualistik. Saudara tidak bisa hitung-hitungan transfer kekudusan dari pihak lain. Alkitab tidak pernah menyatakan kekudusan ditransfer dari orang ke orang. Kekudusan bergantung pada diri sendiri, bagaimana saudara mengalami Firman Tuhan dan bertumbuh di hadapan Tuhan.
Ketiga, kekudusan berbicara tentang sikap hati. Dosa bagi orang Kristen berbeda konsep dengan orang lain. Mereka berkata dosa itu tentang baik dan buruk, urusan moral. Namun, Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa dosa bukan hanya baik dan buruk tapi tentang status, tentang hatimu. Dosa di Kitab Imamat bicara tentang sikap hati kita kepada Tuhan. Saudara bisa saja terlihat baik dari luar, tapi hatimu busuk di dalam. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus “saudara seperti kuburan indah yang di dalamnya ada tulang-belulang”. Sejak awal, Adam dan Hawa berdosa karena kondisi hati mereka melawan Allah. Jadi dosa Adam dan Hawa bukan makan buah tapi ketika hati mereka melawan Tuhan dengan memakan buah itu. Mereka sudah meragukan Tuhan dengan mengatakan “betulkah perintah Tuhan, betulkah firman Tuhan seperti itu?”, mereka ragu dan mulai terpengaruh hatinya untuk mengambil buah itu. Maka hati mereka melawan Tuhan, bukan perbuatan makan mereka yang menjadi masalah dalam dosa mereka, tapi dalam hati mereka sungguh-sungguh melawan Tuhan. Ketika Kain mempersembahkan korban kepada Tuhan, yang dilihat bukan karena korbannya apa. Ada yang mengatakan “mungkin karena Kain memberikan persembahan hasil pertanian maka Tuhan tidak menerima korban dia”, tapi Imamat mengatakan ada korban dari hasil pertanian. Jadi bukan tentang Kain mempersembahkan apa, tapi tentang hati Kain sungguh-sungguh atau tidak di hadapan Tuhan. Nadab dan Abihu ketika mereka mempersembahkan itu, mereka tidak sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan mempermainkan Tuhan. Mereka sombong, “sekarang saya sudah menjadi hamba Tuhan, saya sudah menjadi pemimpin Israel, maka saya bisa lakukan itu”. Jadi dosa bicara tentang kondisi hati kita melawan Tuhan. Hati yang melawan Tuhan ini ada di dalam setiap diri kita. Oleh karena itu disebut dosa turunan. Kita semua punya hati untuk egois dan tidak mementingkan Tuhan. Itu yang dikatakan Kitab Imamat, natur egois yang menjadi dosa besar di hadapan Tuhan. Karena semua dosa itu dimulai ketika kita melihat kepada diri.
Oleh karena itu kekudusan dalam Kitab Imamat dibagi menjadi 2, ada yang outer holiness, kekudusan dari luar, ada inner holiness yang berarti dari dalam, dari hati manusia. Dua hal ini dituntut oleh Tuhan. Mungkin saudara bisa sembunyikan kekudusan di luar, tetapi Allah mengerti seberapa kudus saudara sampai ke dalam hati. Kita melihat Nadab dan Abihu langsung disambar api, api yang sama yang telah menyambar korban bakaran, sekarang menyambar Nadab dan Abihu. Orang akan bertanya apakah Tuhan tidak punya belas kasihan? Bukan masalah belas kasihan tapi Tuhan mau menegaskan dosa tidak main-main. Ada orang Kristen yang berpikir, “berdosa tidak apa-apa, nanti kalau minta ampun kepada Tuhan, Tuhan akan ampuni kan. Sekarang saya mau senang-senang menikmati hidup saya, nanti kalau sudah mulai tua, sudah mulai sakit, saya minta ampun kepada Tuhan, pasti saya akan diterima”. “Jadi muda kaya raya, mati masuk sorga”, itu impian semua orang. Saudara tidak sadar seberapa besar dan berat konsekuensi dosa di hadapan Tuhan. Ketika saudara mempermainkan Tuhan, Ia akan bertindak dengan sangat keras. Allah kita adalah Allah yang kasih, tapi Ia juga adalah Allah yang adil. Aspek keadilan ini sering dilupakan orang walaupun sama pentingnya.
Dalam perikop selanjutnya, Itamar dan Eliazar juga salah memberikan persembahan. Musa memarahi mereka begitu besar namun Allah tidak membunuh mereka karena kesalahan mereka bukan tentang hati yang melawan. Tapi Nadab dan Abihu melakukan kesalahan karena hati yang melawan Tuhan maka mereka dihukum oleh Tuhan. Semua manusia sudah berdosa, itu yang dikatakan oleh Kitab Roma, manusia sudah jatuh dalam dosa dan hati manusia sudah memiliki natur egois, saudara tidak mungkin selamat tanpa Kristus. Hidup saudara sudah diikat oleh dosa dan keegoisan, saudara tidak mungkin bersama Tuhan tanpa Kristus. Karena itu Kristus datang ke dalam dunia ini membereskan masalah kekudusan manusia. Karena ketika Dia datang, Dia mati di atas kayu salib, Dia memberikan kekudusanNya kepada manusia, menggantikan kita. Seharunya kita dihukum, tapi Tuhan menggantikan kita. Setelah Tuhan bangkit, mendapat kemuliaan, kita ditarik oleh Tuhan ikut dalam kemuliaan dan kekudusan Dia. Tidak ada solusi lain di dalam seluruh kekudusan hidup, solusinya hanya Kristus, solusinya firman Tuhan, hidup saudara akan berjalan di jalan yang benar. Firman Tuhan membuat kita menjaga hati dan hidup kita. Maka kita harus kembali kepada Tuhan, kepada Alkitab, kepada kebenaran firman Tuhan, maka hidupmu akan menjadi berkat bagi banyak orang.
Bagaimana dengan sikap hati kita? Ketika saudara berhadapan dengan Kristus, apa yang saudara pikirkan? Ketika saudara datang ke gereja, hatimu seperti apa?”. Saudara pikir dengan cara sendiri dosa saudara bisa diampuni? Tidak, semua sesuai dengan caranya Tuhan. Apakah saudara sungguh-sungguh taat kepada Tuhan? apakah hidup saudara
sungguh-sungguh kudus di hadapan Tuhan? Kalau tidak, segera minta ampun kepada
Tuhan. Minta ampun bukan berarti mengatakan “Tuhan, ampuni saya”, tapi setelah
itu melakukannya lagi, itu mempermainkan Tuhan.
Pertobatan berarti engkau berbalik 180 derajat dari hidupmu yang lama. Itu baru
namanya minta ampun. Alkitab mengatakan firman Tuhan akan mengubah hati dan hidup manusia. Sudah berapa
banyak Firman yang saudara dengar, apakah hatimu berubah, atau selama ini hatimu
begitu-begitu saja? Itu yang harus kita perhatikan bersama-sama. Kekudusan
berbicara mengenai sikap hati kita, ketaatan, diri kita di hadapan Tuhan. Dan
kiranya kita sebagai gereja-Nya yang kudus dan am, dipisahkan dari yang tidak percaya Tuhan. Bukan berarti tidak bisa bergaul dengan mereka, tapi tujuan dan fungsi hidup kita berbeda
dengan mereka. Orang lain mencari kesenangan hidup, saudara mencari kesenangan Tuhan. Orang lain mencari
kemuliaan diri, saudara mencari kemuliaan
Tuhan. Kiranya ini dapat membuat kita semakin berpikir selama ini hati kita
seperti apa. Dan ke depan mari bersama-sama
kita sebagai satu gereja Tuhan, memiliki satu hati di hadapan Tuhan untuk
mengerjakan pekerjaan yang diberikan Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)
- Surat Roma
- 8 Aug 2019
Apakah itu Kematian?
Tema utama dari Surat Roma adalah Injil. Injil dinyatakan untuk memberikan pengharapan, Injil diberikan untuk membuat orang sadar bahwa diri mereka yang sekarang adalah yang tanpa harapan dan diri mereka perlu solusi dari Tuhan. Paulus memakai interaksi antara segala problem yang dibagikan dalam kitab nabi-nabi dengan solusi yang juga dinyatakan oleh kitab nabi-nabi. Paulus tidak mendirikan teologi yang mulai dari nol, Paulus tidak membangun pemikiran yang lepas dari pemikiran sebelumnya. Dia membangun di atas pemikiran para nabi dan para penulis Taurat, Mazmur dan lain-lain. Seluruh penulis Perjanjian Lama memberikan dasar untuk Paulus lanjutkan. Maka tema problem dan solusi adalah tema yang Paulus bahas di dalam Surat Roma, ada problem dan ada solusi. Apakah ada kabar baik? Kabar baik adalah ada solusi terhadap problem yang kamu alami. Tapi manusia tidak akan merasa dia akan mengerti solusi kalau dia tidak mengerti problem, dia tidak akan merasa senang dapat solusi kalau dia tidak tahu problemnya. Orang tidak tahu problem mereka, maka mereka tidak melihat pengharapan di dalam berita Injil. Kalau Saudara salah mengerti problem, Saudara akan salah punya pengharapan. Dan waktu kita ingin sesuatu yang Tuhan tidak janjikan, akhirnya antara apa yang kita ingin dengan apa yang Tuhan janjikan, tidak klop. Dan kalau ini tidak sama, maka Saudara sulit punya pengharapan. Dan Paulus menafsirkan dengan sangat tepat bahwa para nabi berbicara tentang problem utama yaitu mati.
Problem utama manusia adalah kematian. Dan kematian ini bukan sekedar keadaan mati secara fisik, tapi kematian ini berada dalam keadaan tidak bisa keluar dari belenggu yang keras yang menjauhkan kita dari Tuhan. Ketika orang memutuskan jauh dari Tuhan, dia tidak hanya jauh dari Tuhan saja, tapi dia akan masuk dalam kekuatan besar yang menarik dia jauh dari Tuhan. Sekali orang memutuskan jauh dari Tuhan, maka akan ada kuasa besar yang tarik dia jauh, inilah kuasa kematian. Dan kuasa kematian seringkali disampaikan dalam bentuk metafora atau gambaran. Banyak gambaran menggambarkan tentang kematian. Di dalam Perjanjian Lama, kematian dilukiskan sebagai kuasa yang sudah aktif sejak kita masih hidup. Kematian bukan sesuatu yang terjadi setelah kita tidak berfungsi normal secara fisik. Perjanjian Lama tidak tertarik membahas kematin fisik saja. Perjanjian Lama membahas kematian di dalam banyak gambaran. Dan salah satu gambaran adalah tenggelam, ditelan dan gambaran lain adalah dibuang. Pembuangan identik dengan kematian, waktu Israel menolak Tuhan dan menyembah berhala, Tuhan buang mereka. Dan pembuangan ini membuat mereka tidak hidup. Maka Perjanjian Lama sebenarnya menjelaskan dalam bentuk gambaran yang indah sekali dan menakutkan. Indah karena membuat kita mengerti begitu banyak cara Tuhan berkomunikasi dengan kita. Menakutkan karena ternyata yang dikomunikasikan adalah keadaan kita yang mati. Waktu Israel dibuang ke Babel, waktu itu ada gambar kematian yang dibagikan oleh Yesaya, Yeremia, maupun Yehezkiel. Di dalam Yehezkiel dikatakan dia melihat tulang-belulang manusia dan Tuhan mengatakan “inilah Israel”. Israel seperti tulang-belulang, mereka sudah mati meskipun mereka hidup di Babel. Mereka mati karena mereka tidak punya Tuhan. Mereka mati karena mereka tidak menikmati apa yang Tuhan mau berikan di dalam hidup. Saudara jangan salah kenal Tuhan. Tuhan adalah Allah yang mau memberikan kelimpahan di dalam hidup. Tapi kelimpahan Tuhan sering disalah-mengerti. Orang pikir kelimpahan yang Tuhan berikan adalah sesuatu yang sulit, kosong dan menyedihkan, karena kita lebih senang kelimpahan palsu dari dunia ini. Dunia menawarkan kelimpahan palsu dan itu yang kita mau tangkap. Tapi Tuhan menyatakan “kamu mati kalau kamu tidak ada di dalam Tuhan”. Kematian seperti ini adalah kematian yang tidak terasa di dalam hidup manusia, kecuali manusia menyadari berkat yang Tuhan berikan kemudian. Ini gambaran yang sangat indah di dalam Surat Roma. Kalau kita berada dalam keadaan rusak dan mati, jauh dari Tuhan, kita tidak tahu berapa indahnya hidup, kita tidak tahu berapa indahnya berada di dalam Kristus, karena kita tidak pernah punya pembanding. Saudara hanya punya satu cara hidup, satu cara memandang dan satu cara memandang pengalaman yaitu berada di luar Tuhan. Dan waktu kita menjalani seperti ini, kita seperti punya kesenangan, seperti bisa punya pengharapan, seperti bisa punya kekuatan, seperti bisa punya makna, tapi itu semua palsu. Kemarin saya mendapat berkat dari perspektif Vik. Jethro bahwa gambaran yang Alkitab berikan berupa cerita adalah gambaran untuk membuat kita bercermin. Cerita Alkitab bukan jendela untuk melihat kita keluar, tapi cerita Alkitab adalah cermin untuk membuat kita melihat diri kita, baru kita sadar diri kita begitu jelek, diri kita begitu kotor, diri kita tidak ada pengharapan, diri kita perlu Tuhan tapi kita malah menyembah berhala. Berapa bodohnya penyembahan berhala itu. Ketika orang membentuk dari kayu atau batu lalu sujud pada apa yang dia bentuk, bukankah itu kebodohan yang besar. Semua hilang karena semua sudah melakukan apa yang mereka mau. Semua orang mengerjakan kehendaknya sendiri, akhirnya tidak ada yang tunduk kepada Tuhan dan manusia menjadi hancur dan rusak. Itu sebabnya Paulus menekankan bahwa problem utama manusia itu mati.
Kalau problemnya mati, karena kehidupan yang rusak ini, bagaimana ada solusi? Solusi dari kematian bukan hidup, karena hidup tidak ada ketika orang sudah mati. Solusi dari kematian adalah bangkit. Itu sebabnya Paulus mengatakan di Surat Roma “saya memberitakan Injil dan Injil itu adalah Sang Kristus dinyatakan secara kedagingan sebagai keturunan Daud”. Dari daging keturunan Daud, tapi dari Roh Kekudusan Dia adalah Anak Allah yang berkuasa yang dibangkitkan dari antara orang mati. Siapa Kristus? Anak Daud secara fisik. Siapa Kristus? Anak Allah, mengapa Dia disebut Anak Allah? Karena Dia bangkit. Jadi kebangkitan Kristus adalah solusi, kunci untuk hidup yang beres kembali. Saudara jangan percayakan hidup yang beres dengan cara-cara dan teknik yang ada di dunia ini. Dunia ini puany versi kw dari kasih, keadilan, kekudusan. Sehingga kalau tidak dari Tuhan, semua versi itu akan menyeleweng dan akhirnya rusak. Semua orang perlu Kekristenan, semua orang perlu the resurrection one, kalau pakai bahasa teologi. Semua orang perlu Dia yang sudah bangkit. Indonesia perlu apa? Indonesia bukan perlu apa-apa, tapi Indonesia perlu siapa. Siapa yang diperlukan Indonesia? Indonesia perlu Dia yang bangkit karena Indonesia sedang mati. Manusia perlu Dia yang bangkit, karena kita semua sedang mati. Kita mati karena kita tidak peduli Tuhan. Ini berita yang sangat penting untuk kita pahami. Kita mati bukan karena kita melakukan tindakan yang jahat terlebih dahulu. Kita mati karena kita berhenti beribadah kepada Tuhan, berhenti menyembah Tuhan, berhenti dibentuk Tuhan, berhenti menikmati Tuhan di dalam datang kepada Tuhan. Waktu Israel diperbudak dengan kejam di Mesir, mereka tidak punya harapan. Lalu mereka mengatakan “oh Tuhan, kami minta Tuhan bebaskan kami”, dan Tuhan benar-benar bebaskan mereka. Bagaimana cara Tuhan membebaskan mereka? Dengan cara melepaskan mereka dari belenggu Mesir kemudian letakan mereka ke dalam keindahan memperhamba diri dalam beribadah kepada Tuhan. “Aku akan keluarkan kamu dari Mesir supaya kamu beribadah kepadaKu di gunung ini”, Tuhan mau Israel beribadah kepada Tuhan di Gunung Sinai. Mengapa mesti beribadah? Karena ini jalan keluar dari mati. Kamu tadinya mati di Mesir, tapi kamu akan menikmati hidup dalam beribadah kepada Tuhan. Itu sebabnya di pasal 1 ini Paulus menjelaskan kalau manusia berhenti beribadah kepada Tuhan, mereka akan beribadah kepada berhala. Tuhan pasti akan diganti oleh berhala, karena kita adalah ciptaan Tuhan yang secara unik memunyai tempat, waktu dan perspektif. Saudara dan saya unik karena kita ini lokal, ini tema yang ditulis oleh Craig Bartholomew dalam buku yang berjudul “Where The Mortals Dwell”, dimana para mortal itu berdiam, mortal itu maksudnya adalah manusia. Manusia perlu tempat dan tempat kita terbatas. Saudara pasti akan menempati tempat, tidak mungkin tidak. Kalau Saudara ingin melintasi batas Saudara dan ingin menjadikan diri Saudara semacam ilah, Saudara akan jatuh dalam ilusi yang menyedihkan. Saudara harus tahu keterbatasan dan Saudara perlu yang lain, Saudara perlu komunitas, Saudara perlu orang-orang di sekitar Saudara, tapi yang jauh lebih penting adalah Saudara perlu Tuhan. Karena kalau tidak ada Tuhan, kita akan terus terbatas. Dan kalau kita perluas keterbatasan kita dengan berelasi dengan manusia, kita tetap hanya punya perspektifnya ciptaan, kita tidak punya perspektif sang pencipta. Dan untuk ciptaan melihat dari perspektif sang pencipta itu mustahil. Person perlu person, pribadi perlu pribadi, perlu ada relasi antar kelompok atau pribadi supaya kita bisa menjadi manusia. Tapi lebih dari itu kita juga perlu relasi antara kita dengan Allah yang saling berelasi, Allah Tritunggal. Kalau kita tidak percaya Allah Tritunggal, kita hanya berelasi dengan sesama manusia, kita pasti akan kosong hdupnya. Orang yang tidak beribadah kepada Allah Tritunggal akan kosong hidupnya, sadar atau tidak sadar, inilah kematian. “Kalau begitu saya akan menyembah berhala, saya akan mengganti Tuhan dengan yang palsu. Lalu saya sendiri menjadi kosong karena yang palsu itu”. Kekosongan terbentuk di dalam kebobrokan berelasi.
Maka Paulus mengaitkan antara kecemaran tidak beribadah kepada Tuhan dengan kecemaran penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual adalah tanda penyimpangan yang parah sekali, ini yang ditekankan di dalam Surat Roma. Kita tahu yang ditekankan di dalam sejarah, termasuk zaman kita sekarang, banyak orang yang menekankan kewajaran relasi homoseksual. “Ini kan kecenderungan yang dulu dianggap tidak boleh, sekarang boleh”. Saya akan kritik pendapat itu dengan mengingatkan dari dulu homoseksualitas itu sudah kontroversial. Di dalam sejarah ada seorang yang bernama Sappho, ini adalah seorang sastrawan Yunani Kuno, dia berasal dari Pulau Lesbos. Pulau Lesbos ada di Laut Aegean, dekat ke Turki. Sappho seorang perempuan, penyair yang pintar sekali, dia seringkali memberikan pernyataan kasih erotis antara dia dengan perempuan lain. Dia terus bicara tentang relasi antara perempuan dan perempuan dengan cara yang penuh hawa nafsu, dengan keindahan cinta dan juga seksualitas. Sebab itu orang curiga dan membaca karya ini dan mengatakan “mengapa kamu mendukung perempuan dengan perempuan, mengapa tidak perempuan dengan laki-laki?”, lalu dia mengatakan dalam pembahasannya bahwa banyak sekali keindahan di dalam perempuan yang hanya perempuan bisa pahami. Sehingga kalau perempuan dekat dengan perempuan, mengagumi, saling menikmati tubuh masing-masing, itu indah sekali. Dia bahas puisi sehingga banyak sekali kontroversi, ada yang mengatakan Sappho tidak bermaksud menekankan relasi perempuan dengan perempuan, tapi sebagian mengatakan Sappho adalah pendorong relasi antara perempuan dengan perempuan. Sappho dari Lesbos, berarti dia penduduk Lesbos, penduduk Lesbos disebut dengan Lesbian, kata itu mulai dari situ karena karya atau pekerjaan Sappho. Dia mendorong relasi yang indah antara perempuan dengan perempuan, atau dalam tradisi ada Kaisar Hadrian, ini adalah kaisar yang memerintah di awal abad ke-2. Kaisar Hadrian sangat jatuh cinta dengan anak muda yang bernama Antonius. Kaisar Hadrian bertemu dengan Antonius ketika berada di sebuah perayaan, dia lihat anak muda ini dan dia tanya siapa anak muda itu, orang mengatakan anak muda itu bernama Antonius, dia sedang belajar untuk menjadi seorang yang berguna di masyarakat, dia masih muda, baru memasuki usia awal 20. Kemudian Hadrian mengatakan “saya ingin berbicara dengan dia”. Lalu mereka berdua menjadi akrab dan kemana-mana Hadrian pergi, dia akan mengajak Antonius. Kemana Hadrian pergi, di situ ada Antonius. Relasi mereka semakin dekat, Hadrian menunjukan kepada Antonius segala yang dia kerjakan sebagai kaisar dan dia jauh lebih dekat dengan Antonius dibandingkan dengan siapa pun. Kemudian dia menyatakan kekagumannya kepada Antonius, dia mengatakan “kemudaan Antonius, gantengnya dia, fisiknya dia, semuanya tidak bercacat, sehingga saya tidak pernah kekurangan kesukaan memandang dia. Saya tidak pernah ingin ada momen tidak melihat dia”, ini ekspresi yang menakutkan. Lalu Antonius mengalami kecelakaan, tenggelam dan meninggal. Kaisar Hadrian sangat kosong hidupnya dan mengatakan “saya ingin Antonius hidup selama-lamanya, maka saya harus menjadikan dia dewa yang melihat saya, mengamati saya, dan tetap dekat di hati saya”, ekspresi homoseksual seperti ini sangat wajar sepertinya berada di dalam tradisi Roma. Tapi yang melawan kebiasaan ini juga ada, ada orang bernama Asirtophanes dari Yunani, dia menghina semua bentuk homoseksualitas sebagai penyelewengan dari natur, “kamu tidak bisa mengesahkan relasi homoseksual dan mengatakan ini alami. Secara fisik pun itu sudah tidak mungkin bisa. Kamu tidak bisa menikmati seks kecuali kamu adalah laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan laki-laki tidak mungkin menikmatinya dengan cara yang wajar, perempuan dengan perempuan tidak mungkin menikmatinya dengan cara yang wajar. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu kunci untuk adanya relasi seksual”. Dia banyak menyindir orang-orang yang memunyai kecenderungan homoseksual karena pada waktu itu ada kelompok Yunani yang menganggap homoseksual itu adalah ide tertinggi. Karena yang paling tinggi itu dewa-dewa, nomor dua laki-laki, nomor tiga adalah kuda-kuda yang bagus, setelah itu perempuan. Maka kalau kamu laki-laki, kamu mencintai perempuan berarti kamu mencintai orang yang secara step, kedudukan lebih rendah dari dewa, dari laki-laki dan lebih rendah dari kuda yang bagus. Jadi kalau kamu mencintai perempuan kamu berada dalam level yang kurang tinggi, kalau kamu tidak menikah dan mencintai dewa-dewa, kamu berada di dalam level dewata. Tapi kalau kamu mencintai sesama laki-laki, kamu berada di level normal, laki-laki itu lebih tinggi dari kuda perempuan. Maka kalau kamu senang laki-laki, seleramu bagus. Ini yang dihina oleh Aristophanes, dia mengatakan penyelewengan ini tidak bisa dianggap indah, ini adalah kebodohan. Tidak hanya Aristophanes, Plato juga mengalami perubahan isu. Di awal filsafatnya Plato sangat menjunjung relasi antara laki-laki dan laki-laki sebagai ideal yang tinggi. Saudara lihat saja kalau orang Yunani melukiskan keindahan manusia, pasti laki-laki yang berotot, jarang perempuan seksi. Sekarang zaman sudah berubah, laki-laki berotot kurang laku kecuali untuk minuman energy drink, sekarang adalah perempuan yang seksi. Kalau dulu perempuan jarang digambarkan untuk menjadi objek yang dilihat. Heran, orang Yunani agak lain di dalam tradisi klasiknya, semuanya adalah laki-laki yang berotot. Ideal seperti ini yang dianggap mengesahkan homoseksualitas, ini yang disetujui oleh Plato di awal. Tapi di dalam buku Nomos, Plato mengkritik kebiasaan ini, dia berubah pendirian. Dia mengatakan “setelah saya gumulkan, saya lihat, saya amati, tidak ada hal yang wajar dari laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki. Itu adalah hal yang sangat tidak alami, sangat terpaksa dan sangat tidak cocok”. Jadi kontroversi antara homoseksualitas dan anti-homoseksualitas bukan hal yang baru. Kemudian kelompok homoseksualitas sebagai kelompok eksklusif yang dianggap terpinggirkan dan perlu disanjung kembali, perlu diangkat kembali, itu sudah ada dari dulu, bukan baru ada sekarang. Kaum LGBT berteriak “bela hak kami”, itu dari dulu sudah ada. Maka perdebatan seperti ini adalah perdebatan yang menyertai sejarah manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Homoseksualitas adalah dosa dan tidak ada cara melihatnya dengan cara yang lain. Imamat 18 sangat menekankan ini, 1 Korintus 6 juga sangat menekankan ini. Demikian juga Roma 1, tapi banyak orang mengatakan “Roma 1 itu bicara tentang homoseks yang tidak setia, homoseks yang setia disetujui oleh Paulus. Coba baca: mereka meninggalkan kewajaran dan menyala-nyala dalam birahi. Itu berarti homoseks yang brengsek, tapi ada homoseks yang setia dan itu oke”. Tapi kita tanya “ayatnya dimana?”, “Paulus tidak sempat tulis”, “kalau Paulus tidak sempat tulis, kamu tahu dari mana?”, “itu karena Paulus di sini sedang marah kepada orang yang seksnya sembarangan”, “apakah seks laki-laki dengan laki-laki itu bukan seks sembarangan?”, “bukan”, “mana ayatnya?”, “Paulus belum sempat tulis”. “Mengapa Paulus belum sempat tulis?”, “karena kami belum membela hak kami”. Tapi Saudara membaca ayat ini, Saudara tidak bisa lari dari penafsiran bahwa kejelekan relasi homoseksual adalah latar belakang tulisan Paulus. Tradisi Yahudi yang sangat anti dengan homoseksual itu yang menjadi latar belakangnya di sini. Jadi kita harus membacanya dengan tepat, Paulus sedang menyindir homoseksualitas.
Lalu mengapa homoseksual dan lesbian sangat dibenci oleh Tuhan? Karena tidak pernah ada dalam rencana Tuhan. Kalau tidak ada dalam rencana Tuhan, mengapa ada orang yang seperti itu? Paulus sudah beri tahu “karena dari dulu kamu sudah lari dari Tuhan”. Ketika orang lari dari Tuhan, segala penyimpangan akan terjadi. Dan ketika orang sudah menyimpang, dengan bisa sembarangan lempar ke Tuhan, ini jahat sekali. “Tuhan mengapa saya begini?”, “dari dulu kamu yang lari dari Tuhan”, “iya, tapi tidak boleh begini. Saya boleh lari dari Tuhan, tapi tidak boleh hidup seperti ini”, “kamu yang lari, Tuhan sudah mengatakan kamu akan mati kalau tidak menyembah Tuhan”. Putus menyembah Tuhan membuat manusia menjadi sembarangan, dan sembarangan itu memunyai kekuatan untuk membuat Saudara menjadi inhuman, membuat Saudara kehilangan kemanusiaan. Kemanusiaan hilang karena Saudara tidak lagi kait dengan Tuhan Sang Sumber kemanusiaan itu. Manusia disebut gambar Allah, dan tanpa Allah, manusia bukan gambar yang baik. Kerusakan dosa membuat manusia tidak bisa kembali ke Tuhan, tidak sanggup jalani hidup dan akhirnya berada dalam kehancuran. Dan Paulus mengatakan satu contoh kehancuran adalah kamu berada dalam relasi yang rusak secara seks. Seksualitas hal yang sangat penting. Menjadi manusia berarti menjadi laki-laki dan menjadi perempuan, Tuhan sudah menyatakan itu dari awal. “Maka diciptakannya dia laki-laki dan perempuan, diciptakannyalah mereka”. Tuhan menciptakan manusia dengan peran sebagai laki-laki, dengan fisik sebagai laki-laki dan dengan kecenderungan seorang perempuan. Dan Tuhan menciptakan seorang perempuan dengan peran seorang perempuan, fisik seorang perempuan dan kecenderungan seorang perempuan. Laki-laki punya hal yang secara unik ada pada laki-laki, perempuan memunyai hal yang secara unik ada pada perempuan, baik fisik maupun batin. Laki-laki memunyai fisik yang beda dengan perempuan, perempuan juga memunyai fisik yang beda dengan laki-laki. Ketika Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, Tuhan ingin laki-laki dan perempuan saling mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lain, saling menyatakan kasih, relasi, kesetiaan dan juga kehangatan emosi, kehangatan fisik dan keintiman. Baru setelah itu Tuhan mau percayakan keturunan. Tuhan tidak mau mempercayakan keturunan kepada pasangan yang tidak menjalankan fungsi laki-laki dan perempuan yang baik dalam pernikahan. Itu sebabnya kekacauan dan kerusakan di bidang seks adalah cara paling efektif dipakai setan untuk merusak manusia. Manusia akan rusak karena seksnya menyimpang. Orang yang seksnya menyimpang tidak mungkin jadi orang tua yang baik, tidak mungkin bisa jadi teladan, kecuali dia benar-benar bertobat dan kembali kepada Tuhan. Tanpa ada pertobatan dari kehidupan seks yang rusak, tidak ada harapan bagi generasi selanjutnya dalam kemanusiaan. Setan sedang menghancurkan bukan hanya satu dua orang, setan sedang menghancurkan kemanusiaan. Sadarkah Saudara akan hal ini? Dia penghancur kemanusiaan, dia penghancur gambar Allah yang ada di bumi, dia punya proyek lebih besar dari pada cuma sekedar mengganggu Saudara. Kalau Saudara bertemu setan yang hobinya cuma mengganggu Saudara pindah-pindahkan barang, Saudara tidak perlu pedulikan dia, dia itu setan bodoh yang tidak mengerti apa itu panggilan setan dalam rencana kepala setan. Setan memunyai concern untuk membuat kemanusiaan rusak, membuat sepertinya tidak ada harapan lagi, dan itu yang sedang dia kerjakan. Manusia begitu pintar menciptakan banyak hal yang akan membuat energi untuk kehidupan kita, energi yang sama bisa digunakan untuk membunuh orang. Setan ingin manusia berhenti di dunia ini. Dan cara lain adalah biar manusia hidup rusak sehingga ada komunitas anak yang hanya dibesarkan oleh mamanya, anak yang hanya dibesarkan oleh papanya, dan ini bukan karena salah satu meninggal tapi karena hidup seks yang tidak beres. “Ayo kita membuat keluarga yang suaminya tidak saling setia, istri juga tidak setia. Mari kita lihat masyarakat akan menjadi apa”, “itu tidak apa-apa, kita kan tidak harus ada papa dan mama, papa atau mama saja sudah cukup. Keluarga rusak itu tidak apa-apa, nanti anak-anak akan bertumbuh dengan cara yang mudah, anak-anak itu biarkan besar begitu saja, nanti akan ada penebusan, bawa ke Kristus dan semuanya akan beres. Jadi mari kita hidup rusak karena ada penebusan”, ini dari setan semuanya. Akhirnya manusia mengabaikannya dengan melampiaskan seks seenaknya, melampiaskan semaunya, melampiaskan tanpa kontrol, melampiaskan tanpa ingatan akan Tuhan. Berapa rusaknya kita sudah dihancurkan oleh setan, setan membuat sangat rusak. Lalu mulai ada kecenderungan tidak puas “saya mulai tidak puas dengan perempuan, harus dengan perempuan dan laki-laki, saya harus dengan 5 perempuan, saya harus dengan banyak orang”, keliaran seperti ini adalah cara setan merusak kita. Dengan membuat potensi yang ada dalam diri kita keluar tanpa tertahankan. Potensi untuk mengasihi, keindahan kehangatan, keindahan seksualitas, semua dimiliki oleh manusia, manusia punya drive untuk hal yang berbau seksualitas dalam pernikahan. Tapi dia perlu mengekangnya, perlu untuk menahan diri. Yang iblis katakan adalah “berhenti kekang diri, kalau kamu punya desire lampiaskan, kalau kamu punya kecenderungan seks yang menyimpang, orang harus maklum, pokoknya terserah kamu. Kamu punya kecenderungan apa, masyarakat harus mendengarkannya, kamu tidak boleh diabaikan, tidak boleh disepelekan, kamu itu penting, kamu berarti, kamu berharga”. Manusia itu penting dan berharga di dalam tujuan Tuhan, bukan di dalam kesewenang-wenangan sendiri. Sehingga ketika manusia jalankan kehidupan dengan sebebas-bebasnya, seenak sendiri, dia sedang kerja sama dengan setan untuk menghancurkan kemanusiaan. Kemudian orang mulai membuat peraturan, mulai paksa negara untuk setujui pernikahan ini, hak dan kewajiban juga diatur oleh negara dan pernikahan ini dianggap sama mengikat, sama penting dan sama indahnya dengan pernikahan orang biasa. Dan semua modal untuk mempopulerkan gerakan ini dimasukan kemana-mana. “Mari membuat film kartun yang membuat anak-anak celik matanya bahwa laki-laki dan laki-laki atau perempuan dan perempuan itu oke. Keadaan romantis ketika seorang perempuan melihat perempuan lain, lalu tiba-tiba ada pelangi, ada burung berkicau, kemudian jatuh cinta antara laki-laki dengan laki-laki, antara perempuan dengan perempuan, ini semua rusak. Alkitab mengatakan ada dosa yang terjadi dan itu fakta, mari kembali ke Alkitab, mari kekang diri. Kalau ada orang mengatakan “saya punya kecenderungan ini, mengapa harus dikekang?”, saya akan kasi tahu bahwa semua orang bertugas untuk mengekang diri. Mungkin orang yang tidak punya kecenderungan homoseksual, bebas dari keinginan untuk berelasi intim dengan sesama jenis, dia tidak punya keinginan itu, tapi dia punya keinginan yang lain, dia harus batasi dirinya. Orang yang mudah marah, sedikit-sedikit langsung emosi, pokoknya lampiaskan dulu, menyesal kemudian, dia harus belajar mengekang diri. Ada orang terlalu egois, dia harus belajar mengekang diri. Ada orang yang terlalu mudah jatuh cinta sama orang, dia harus mengekang diri. Ada orang yang terlalu mudah dekat dengan orang, lalu jauh, lalu dekat lagi, lalu cari yang lain lagi, dia harus mengekang diri. Dia mesti kalahkan diri. Dosa akan kalahkan kita kalau kita tidak kalahkan dosa itu dulu.
Itu sebabnya seorang tokoh penting dari Inggris mengingatkan kita bahwa kalau kamu tidak sibuk mematikan dosa, dosa akan akan matikan kamu. Mari matikan dosa, mari matikan kecenderungan apa pun yang tidak sesuai firman. Kembali ke Alkitab, lalu katakan kepada diri, saya mau taat kepada Tuhan. “Saya tidak mau taat diri, saya tidak mau taat hawa nafsu saya, saya tidak mau taat kecenderungan yang jahat dalam diri saya. Saya tidak mau, saya bukan milik setan lagi, saya bukan milik dunia. Sekarang saya adalah milik Tuhan”. Itu sebabnya Paulus mengingatkan semua orang sudah mati, semua orang sudah rusak. Dan contoh paling jelas yang Paulus pakai adalah relasi homoseksual, ini buktinya kalau manusia sudah sangat rusak. Homoseks dipakai Paulus untuk menggambarkan dosa yang paling najis dan menjijikan bagi Tuhan, baru kemudian ada dosa-dosa yang lain yang juga najis dan menjijikan di dalam kemanusiaan dan juga bagi Tuhan, yaitu penuh kelaliman, kejahatan, keserakahan, kebusukan, dengki, pembunuhan dan lain-lain, pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat, tidak berakal, dan lain-lain. Semua ini adalah contoh bahwa kamu sudah mati. Tapi yang Tuhan lakukan adalah menghidupkan kamu kembali dalam Kristus Sang Mesias. Jadi Paulus ingin mempresentasikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang bisa bertindak. Tuhan bertindak dengan membangkitkan Kristus. Setelah Tuhan membangkitkan Kristus, bagaimana orang bisa dipulihkan dari matinya? Dengan beriman. Iman itu berarti percaya Tuhan sanggup dan Tuhan mau dan Tuhan sudah bertindak. Bertindak membangkitkan, ini pengertian Paulus di dalam Surat Roma. Apa itu iman, harap Saudara mengerti dengan jelas perspektif dari Roma. Bagi Paulus dalam Surat Roma iman adalah percaya bahwa Allah sanggup, mampu, mau dan sudah bertindak. Tindakan yang di dalam Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dirumuskan oleh Paulus sebagai tindakan membangkitkan. Israel sudah mati tapi Tuhan akan membangkitkan, manusia sudah mati tapi Tuhan akan membangkitkan. Apa buktinya mati? Homoseksualitas, hawa nafsu dan semua kecenderungan yang melawan Tuhan dan menghancurkan sesama yang kita miliki, itu tandanya kita mati. Lalu bagaimana kita bisa hidup? Alkitab mengatakan kalau kamu beriman bahwa Tuhan sanggup, mau dan sudah membangkitkan Kristus. Maka kebangkitkan Kristus harus diimani sebagai tindakan Tuhan membangkitkan kita semua. Mau mengubah kita dari cara hidup yang sia-sia menjadi orang-orang yang menjalankan cara hidup yang penuh pengekangan diri, yang penuh ketaatan kepada Tuhan, yang penuh penghormatan kepada kekudusan, itu yang Tuhan kehendaki. Harap ini boleh menggugah kita dan mendorong kita untuk mengerti keadaan lama di dalam daging dan keadaan baru di dalam kebangkitkan Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)