(Imamat 10: 1-7)

Ini adalah sebuah perikop tragis, di mana sebelumnya mereka sedang bersukacita luar biasa. Setelah mereka 40 tahun di padang gurun, sekarang Tuhan sungguh memberkati mereka dengan menahbiskan imam bagi mereka. Dulu Musa yang memimpin seluruh tim yang begitu banyak, semua dipegang oleh Musa, semua keimaman dipegang oleh Harun. Sekarang mereka mulai menahbiskan imam-imam. Tapi di pasal 10, mereka berdukacita begitu besar karena mereka melihat imam yang baru mereka tahbiskan sekarang mati. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kita harus melihat ini dari perspektif Alkitab. Ketika kita membeli barang, semua barang diciptakan pasti ada fungsinya, ada kegunaannya masing-masing. Meskipun kegunaannya tetap bisa disalah-gunakan, tapi semua barang diciptakan ada kegunaannya. Begitu pula dengan manusia. Manusia tidak pernah diciptakan begitu saja tanpa ada fungsinya, karena itu sangat aneh dan sangat bertentangan dengan Alkitab. Scientist sering mengatakan seluruh bumi ini diciptakan dari proses bigbang saja tanpa Tuhan. Yaitu, partikel-partikel molekul kecil yang berkumpul menjadi besar dan meledak. Setelah meledak mulai jadi dunia dan sebagainya. Itu hal yang aneh. Kalau kita mau meledakan gedung atau apa pun, bisakah gedung itu kembali menjadi seperti awalnya? Tidak bisa, segala sesuatu yang meledak akan menjadi berantakan. Bahkan yang lebih aneh dikatakan manusia diciptakan bukan dari Allah, tapi terjadi dengan sendirinya dari ledakan itu. Maka bila manusia diciptakan demikian, manusia akan kehilangan tujuannya. Untuk apa manusia hidup kalau kita semua terjadi hanya karena ledakan? Tapi Alkitab tidak pernah berkata manusia terjadi dengan begitu saja. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia diciptakan begitu sempurna dengan tujuannya. Di dalam Katekismus dikatakan ada 2 tujuan manusia yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Jika manusia lepas dari 2 tujuan ini, maka manusia sudah gagal menjalankan tujuan hidup yang sesungguhnya.


Selain itu, Alkitab juga bercerita bagaimana manusia memiliki fungsi menjadi orang-orang kudus. Maka tema kekudusan di dalam Alkitab adalah tema penting. Selain tema Kerajaan Allah, tema ini juga ditekankan berkali-kali dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Umat Tuhan adalah umat yang harus dikuduskan dan menjadi milik Allah. Ketika saudara menjadi orang percaya, Calvin mengatakan bahwa saudara menjadi umat Tuhan yang kudus, meskipun “kudus” bukan berarti saudara sudah sempurna. Tapi kudus berarti sudah menjadi miliknya Tuhan. Berbicara tentang kekudusan berarti kita bicara mengenai salah satu atribut Allah. Atribut ini yang menjadi pemisah antara Pencipta dan yang dicipta. Dari banyak atribut yang dimiliki Allah Tritunggal Dia hanya membagikan satu atribut yang paling penting kepada manusia yaitu kekudusan. Di dalam Alkitab dikatakan manusia harus menjaga kekudusannya sama seperti Allah yang Kudus. Ini yang membedakan antara Pencipta dan yang dicipta. Pencipta Mahakudus, yang dicipta ini belum kudus sempurna karena jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, Allah ingin manusia hidup kudus dan memuliakan Tuhan.


Di dalam segala hal di dunia, pasti segala sesuatu ada aturan dan hukumnya masing-masing. Demikian juga dengan manusia, ketika saudara hidup tidak sesuai peraturan hidup dari Tuhan, maka saudara keluar dari semua itu dan hidupmu tidak akan berarti. Banyak sekali orang yang mengatakan “saya tidak mau Tuhan. Saya punya kekuatan sendiri. Saya tentukan sesuai diri saya sendiri” Maka yang terjadi adalah kehampaan dan kehancuran demi kehancuran terus dialami oleh manusia. Salah satu aturan mainnya Tuhan adalah umat Tuhan harus hidup kudus. Tidak ada kompromi, itu aturan mainnya Tuhan. Saudara sudah menjadi orang yang percaya kepada Tuhan, maka saudara harus hidup kudus. Kalau saudara tidak hidup kudus, saudara sudah menyalahi aturannya dan tidak lagi menjadi anak Tuhan. Dan hidupmu akan menjadi kacau. Pasal ini membahas kekudusan Tuhan yang tidak bisa dipermainkan sekalipun oleh hamba Tuhan. Kita membaca di bagian ini bagaimana hamba-hamba Tuhan begitu sombong dengan mengatakan “saya sudah menjadi hamba Tuhan maka saya bisa mengerjakan apa pun, saya bisa lakukan apa pun”, mereka tidak sadar sudah menghina kekudusan Tuhan. Bahkan umat Tuhan pun melakukan hal demikian. Mentang-mentang sudah Kristen, sudah dilepaskan dan diselamatkan oleh Tuhan, dan mengatakan bahwa “saya dikasihi Tuhan, maka saya bebas melakukan apa pun.” Tapi Tuhan tidak mau demikian, Tuhan mau hidup kita ada aturan mainnya. Ketika kita keluar jalur maka hidup kita tidak lagi memuliakan Tuhan dan tidak lagi sesuai fungsinya.


Kita melihat dalam hal ini beberapa aspek mengenai kekudusan Tuhan. Pertama adalah kekudusan menuntut ketaatan. Saudara tidak bisa mendapatkan kekudusan dari Tuhan kalau tidak taat kepadaNya. Kita lihat dalam ayat pertama, Nadab dan Abihu, mereka masing-masing memberikan persembahan dari perbaraannya. Saat itu, ketika orang Israel mau mempersembahan korban, mereka tidak bisa sembarangan menyalakan api lalu langsung membakar korban. Imam harus mengambil satu api yang khusus milik Tuhan. Api ini api yang kudus, di satu tempat perbaraan yang selalu menyala. Tapi yang dilakukan Nadab dan Abihu adalah menyalakan api sendiri, bukan dari apinya Tuhan. Tentu saja hal ini tidak diperintahkan oleh Tuhan. Bahkan, Matthew Henry mengatakan mereka tidak diperintah untuk membakar korban. Sudah menjadi ketetapan orang-orang Israel ketika imam mau memberikan persembahan, harus menunggu perintah dari Musa atau Harun. Tapi di sini tidak ada perintah Musa dan Harun. Niat hati mau memberikan persembahan, mereka malah dikutuk oleh apinya Tuhan. Hal-hal yang tidak Tuhan perintahkan, tidak bisa dikerjakan, karena itu bukan keinginan Tuhan. Ketaatan adalah mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Respon dari Tuhan ketika melihat Nadab dan Abihu melakukan apa yang tidak diperintahkan Tuhan adalah Tuhan menghukum mereka. Ini menjadi contoh hidup kita dalam Kekristenan, khususnya adalah ketika kita melayani Tuhan. Apakah Saudara sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan atau Saudara melayani Tuhan hanya ikut-ikutan? Segala hal yang Tuhan tidak perintahkan, segala yang Tuhan kehendaki supaya saudara tidak lakukan, saudara tidak boleh lakukan. Di dalam Matius dikatakan bahwa orang bisa saja membuat mujizat, orang bisa saja berbahasa seperti bahasa roh, terlihat begitu suci dan saleh di hadapan Tuhan. Tapi Tuhan mengatakan mengusir mereka karena mereka melakukan hal yang tidak diperintahkan Tuhan, melakukan hal yang bukan bagiannya disuruh oleh Tuhan. Nadab dan Abihu tidak melakukan yang disuruh Tuhan, maka Tuhan menghukum mereka dengan begitu keras.


Kemudian, ketaatan juga berarti kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan caranya Tuhan. Saudara di dalam kehidupan ini tidak bisa mencari segala sesuatu dengan cara sendiri ataupun ikut cara dunia. Belanda dulu negara yang sangat reformed, tapi sekarang sudah berubah menjadi negara LGBT karena tidak mencari cara Tuhan, tapi caranya sendiri. Kesalahan mereka adalah tidak membedakan orangnya dengan dosanya. Mereka mencampurkan semuanya dan menerima semuanya. Alkitab tidak mengatakan demikian. Kita mengasihi sesama kita, bukan mengasihi dosa mereka. Dosa harus ditegur dan bukan untuk dikasihi. Tapi kebablasan karena sekarang seluruh dunia memiliki cara untuk mengasihi semuanya. Akhirnya lambat laun gereja-gereja mulai rontok imannya, karena mereka mencari cara dunia. Bagaimana cara mengembangkan gereja? Pakai cara entertainment. Firman Tuhan digeser, bahkan sudah tidak ada salib di dalam gereja. Salib adalah simbol yang sangat penting di dalam gereja, karena iman manusia membutuhkan aspek simbol untuk terus dapat mengingatkan manusia. Manusia adalah manusia yang cepat lupa, dan kita diberikan indera oleh Tuhan agar bisa mengingat terus karya Tuhan. Maka di dalam gereja perlu ada salib. Perlu ada firman Tuhan untuk mengingatkan manusia kembali kepada Tuhan. Tapi ini semua sudah hilang, khotbah hanya menjadi hal moralitas saja dan sangat sedikit bagiannya di dalam ibadah. Gereja mau jadi apa? Gereja dipakai untuk berbisnis. Jemaat bergereja tidak sesuai dengan caranya Tuhan. Bahkan datang ibadah pun sering telat. Segala hal baik gereja, ibadah, berdoa, bahkan firman Tuhan, dipakai manusia sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak ikut aturan Tuhan. Ibadah bukan hanya firman Tuhan saja, ibadah itu dari awal sampai akhir, musik termasuk ibadah. Menurut Martin Luther, musik dan firman Tuhan dapat disejajarkan. Dia mengatakan bahwa di dalam musik terkandung pengakuan iman dan firman Tuhan yang kita percaya dalam hati. Maka pujian dalam ibadah juga penting, tidak bisa asal memilih lagu. Kita harus melakukan semuanya sesuai dengan caranya Tuhan. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita melakukannya dengan totalitas. Tidak ada ketaatan setengah-setengah, mau taat pada satu bagian saja dari firman Tuhan. Tidak ada yang seperti itu. Taat berarti seluruhnya, ketika saudara taat setengah itu sama dengan tidak taat. Taat berarti seluruh kehidupanmu diberikan kepada Tuhan. Kita lihat hal ini di dalam kehidupan imam. Mereka baru ditahbiskan menjadi imam, artinya hidup mereka dikhususkan semuanya untuk Tuhan. Karena itu ketika Nadab dan Abihu mati, Musa tidak menyuruh Harun, untuk mengangkat mereka. Hidup imam seluruhnya harus kudus untuk Tuhan. Bagi orang Israel, ketika bersentuhan dengan mayat, itu berarti tidak kudus, najis. Maka ketika Nadab dan Abihu mati, papanya sendiri tidak bisa angkat karena itu najis. Maka seluruh kehidupannya harus dipersembahkan kepada Tuhan.


Kedua, Harun tidak boleh mengangkat anaknya sendiri karena itu berarti berpihak kepada orang yang salah dihukum Tuhan. Oleh sebab itu, di ayat 3 dikatakan “Harun berdiam diri”. Di sana ia melihat dua anaknya mati saat itu juga. Anak-anak yang memiliki potensi begitu besar, tapi mereka dibunuh Tuhan. Di sini Harun tidak boleh berkabung. Apakah Tuhan kejam? Tentu tidak karena perkabungan bagi orang Israel berarti mereka harus memberikan abu di kepalanya, itu bicara tentang kenajisan juga. Ketika orang dinyatakan najis, mereka menaruh abu di kepalanya. Maka, ketika Harun berkabung, berarti ia melanggar perintah Tuhan dan bisa dibunuh juga. Oleh karena itu kita melihat bahwa seluruh kehidupannya diserahkan kepada Tuhan. Ini hal yang sangat berat, ketika kita menyerahkan kehidupan kita kepada Tuhan berarti kita tidak mengikuti keinginan kita. Saudara harus serahkan semua keinginanmu, ambisimu, hal yang saudara miliki, kepada Tuhan karena itu semua milik Tuhan. Maukah engkau serahkan kepada Tuhan? Ada dua hal terbesar menjadi hambatan seseorang menjadi Kristen. HPertma, P  Pertama, menganggap bahwa menjadi orang Kristen berarti saya harus menjadi kaya. Kalau saya miskin, saya tidak bisa ke gereja karena akan minder dan malu. Kedua, menjadi orang Kristen takut miskin. Orang Kristen harus banyak memberikan persembahan, mengorbankan ini dan itu, takut jatuh miskin. Maka harta kekayaan menjadi problema paling besar orang menjadi Kristen, karena ikut Tuhan tidak mau mempersembahkan semua. Padahal Tuhan mengatakan “kasihi Tuhanmu dengan seluruh hidupmu, tenagamu, waktumu, pikiranmu, apa pun yang kamu punya serahkan kepada Tuhan”. Kemudian di ayat ke-5 dikatakan mereka masih berpakaian kemeja. Imam dikhususkan dari orang-orang Israel yang lain dengan cara diberikan pakaian yang khusus. Pakaiannya kudus yang Tuhan perintahkan. Karena simbol imam itu berarti mereka harus menjadi perwakilan manusia kepada Tuhan dan perwakilan Tuhan kepada manusia. Maka mereka memiliki otoritas dan identitas khusus sehingga mereka harus dikhususkan. Demikian juga orang Kristen, ketika kita percaya kepada Tuhan, kita punya identitas khusus. Kita tidak sama dengan dunia ini, kita punya mandat khusus untuk menjadikan seluruh Kerajaan Tuhan di bumi. Tapi kita lihat bahwa otoritas ini sudah disalah-mengerti, imam punya otoritas dari Tuhan tapi dia pakai untuk melawan Tuhan. Kita punya harta, kita pakai harta untuk melawan Tuhan. Kita bisa pakai seluruh kehidupan ini untuk melawan Tuhan. Otoritas yang sudah Tuhan percayakan itu tidak bisa sembarangan dipakai. Berkat Tuhan bukan tiket terusan, sekali diberkati maka seterusnya diberkati. Itu yang terjadi kepada Israel, ketika mereka disertai Tuhan tapi namun memberontak kepada Tuhan, melakukan apa yang mereka ingin lakukan sendiri, akhirnya Tuhan tidak lagi menyertai mereka. Karena itu kita harus sungguh-sungguh dalam mengikuti firman Tuhan. Gereja diberkati Tuhan bukan karena bukan karena hamba Tuhannya, tapi karena jemaat yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kita lihat kekudusan ini menuntut pada ketaatan. Seluruh hidup kita, semuanya taat di hadapan Tuhan, melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus terus bergantung kepada Tuhan.


Kedua kekudusan menuntut hal yang bersifat individual. Tidak bisa kekudusan itu bicara mengenai transfer kekudusan dari satu orang ke orang lain. Kekudusan bicara apa yang ada di dalam hatimu, itu tidak terikat oleh keluarga. Keluarga tidak menjamin engkau menjadi orang yang kudus. Kita melihat Nadab dan Abihu memiliki ayah seorang Harun dan paman seorang Musa yang dikuduskan oleh Tuhan. Kita lihat keluarga ini sangat diberkati Tuhan, tapi itu tidak menjamin mereka hidup kudus.


Semua orang bisa jatuh, tidak ada satu pun dari kita yang kebal terhadap dosa. Martin Luther mengatakan tidak ada seorang pun yang bisa memainkan dosa, tapi dosa itu mengikat dan mempermainkan manusia. Oleh karena itu, kekudusan bukan bicara keluarga siapa, bukan bicara keanggotaan gereja mana, bukan bicara seberapa banyak hartamu, bukan bicara seberapa besar kedudukan dan kuasamu, tapi kekudusan bicara hati sendiri seperti apa. Semua tentang kekudusan adalah tentang diri sendiri di hadapan Tuhan. Oleh karena itu kita jangan malas untuk melihat apa isi Alkitab, jangan malas untuk terus belajar firman Tuhan. Belajar firman Tuhan bukan hanya dari mulut pengkhotbah, bukan hanya ketika datang PA atau ibadah Minggu tapi dari Senin sampai Sabtu saudara tidak pernah membaca firman Tuhan, itu tidak ada gunanya. Karena Tuhan ingin kita bertumbuh setiap hari dengan firman Tuhan. Kita harus mengingat terus firman Tuhan, mengingat terus kebaikan Tuhan setiap hari. Jadi kekudusan adalah hal yang sangat individualistik. Saudara tidak bisa hitung-hitungan transfer kekudusan dari pihak lain. Alkitab tidak pernah menyatakan kekudusan ditransfer dari orang ke orang. Kekudusan bergantung pada diri sendiri, bagaimana saudara mengalami Firman Tuhan dan bertumbuh di hadapan Tuhan.


Ketiga, kekudusan berbicara tentang sikap hati. Dosa bagi orang Kristen berbeda konsep dengan orang lain. Mereka berkata dosa itu tentang baik dan buruk, urusan moral. Namun, Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa dosa bukan hanya baik dan buruk tapi tentang status, tentang hatimu. Dosa di Kitab Imamat bicara tentang sikap hati kita kepada Tuhan. Saudara bisa saja terlihat baik dari luar, tapi hatimu busuk di dalam. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus “saudara seperti kuburan indah yang di dalamnya ada tulang-belulang”. Sejak awal, Adam dan Hawa berdosa karena kondisi hati mereka melawan Allah. Jadi dosa Adam dan Hawa bukan makan buah tapi ketika hati mereka melawan Tuhan dengan memakan buah itu. Mereka sudah meragukan Tuhan dengan mengatakan “betulkah perintah Tuhan, betulkah firman Tuhan seperti itu?”, mereka ragu dan mulai terpengaruh hatinya untuk mengambil buah itu. Maka hati mereka melawan Tuhan, bukan perbuatan makan mereka yang menjadi masalah dalam dosa mereka, tapi dalam hati mereka sungguh-sungguh melawan Tuhan. Ketika Kain mempersembahkan korban kepada Tuhan, yang dilihat bukan karena korbannya apa. Ada yang mengatakan “mungkin karena Kain memberikan persembahan hasil pertanian maka Tuhan tidak menerima korban dia”, tapi  Imamat mengatakan ada korban dari hasil pertanian. Jadi bukan tentang Kain mempersembahkan apa, tapi tentang hati Kain sungguh-sungguh atau tidak di hadapan Tuhan. Nadab dan Abihu ketika mereka mempersembahkan itu, mereka tidak sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan mempermainkan Tuhan. Mereka sombong, “sekarang saya sudah menjadi hamba Tuhan, saya sudah menjadi pemimpin Israel, maka saya bisa lakukan itu”. Jadi dosa bicara tentang kondisi hati kita melawan Tuhan. Hati yang melawan Tuhan ini ada di dalam setiap diri kita. Oleh karena itu disebut dosa turunan. Kita semua punya hati untuk egois dan tidak mementingkan Tuhan. Itu yang dikatakan Kitab Imamat, natur egois yang menjadi dosa besar di hadapan Tuhan. Karena semua dosa itu dimulai ketika kita melihat kepada diri.


Oleh karena itu kekudusan dalam Kitab Imamat dibagi menjadi 2, ada yang outer holiness, kekudusan dari luar, ada inner holiness yang berarti dari dalam, dari hati manusia. Dua hal ini dituntut oleh Tuhan. Mungkin saudara bisa sembunyikan kekudusan di luar, tetapi Allah mengerti seberapa kudus saudara sampai ke dalam hati. Kita melihat Nadab dan Abihu langsung disambar api, api yang sama yang telah menyambar korban bakaran, sekarang menyambar Nadab dan Abihu. Orang akan bertanya apakah Tuhan tidak punya belas kasihan? Bukan masalah belas kasihan tapi Tuhan mau menegaskan dosa tidak main-main. Ada orang Kristen yang berpikir, “berdosa tidak apa-apa, nanti kalau minta ampun kepada Tuhan, Tuhan akan ampuni kan. Sekarang saya mau senang-senang menikmati hidup saya, nanti kalau sudah mulai tua, sudah mulai sakit, saya minta ampun kepada Tuhan, pasti saya akan diterima”. “Jadi muda kaya raya, mati masuk sorga”, itu impian semua orang. Saudara tidak sadar seberapa besar dan berat konsekuensi dosa di hadapan Tuhan. Ketika saudara mempermainkan Tuhan, Ia akan bertindak dengan sangat keras. Allah kita adalah Allah yang kasih, tapi Ia juga adalah Allah yang adil. Aspek keadilan ini sering dilupakan orang walaupun sama pentingnya.


Dalam perikop selanjutnya, Itamar dan Eliazar juga salah memberikan persembahan. Musa memarahi mereka begitu besar namun Allah tidak membunuh mereka karena kesalahan mereka bukan tentang hati yang melawan. Tapi Nadab dan Abihu melakukan kesalahan karena hati yang melawan Tuhan maka mereka dihukum oleh Tuhan. Semua manusia sudah berdosa, itu yang dikatakan oleh Kitab Roma, manusia sudah jatuh dalam dosa dan hati manusia sudah memiliki natur egois, saudara tidak mungkin selamat tanpa Kristus. Hidup saudara sudah diikat oleh dosa dan keegoisan, saudara tidak mungkin bersama Tuhan tanpa Kristus. Karena itu Kristus datang ke dalam dunia ini membereskan masalah kekudusan manusia. Karena ketika Dia datang, Dia mati di atas kayu salib, Dia memberikan kekudusanNya kepada manusia, menggantikan kita. Seharunya kita dihukum, tapi Tuhan menggantikan kita. Setelah Tuhan bangkit, mendapat kemuliaan, kita ditarik oleh Tuhan ikut dalam kemuliaan dan kekudusan Dia. Tidak ada solusi lain di dalam seluruh kekudusan hidup, solusinya hanya Kristus, solusinya firman Tuhan, hidup saudara akan berjalan di jalan yang benar. Firman Tuhan membuat kita menjaga hati dan hidup kita. Maka kita harus kembali kepada Tuhan, kepada Alkitab, kepada kebenaran firman Tuhan, maka hidupmu akan menjadi berkat bagi banyak orang.


Bagaimana dengan sikap hati kita? Ketika saudara berhadapan dengan Kristus, apa yang saudara pikirkan? Ketika saudara datang ke gereja, hatimu seperti apa?”. Saudara pikir dengan cara sendiri dosa saudara bisa diampuni? Tidak, semua sesuai dengan caranya Tuhan. Apakah saudara sungguh-sungguh taat kepada Tuhan? apakah hidup saudara sungguh-sungguh kudus di hadapan Tuhan? Kalau tidak, segera minta ampun kepada Tuhan. Minta ampun bukan berarti mengatakan “Tuhan, ampuni saya”, tapi setelah itu melakukannya lagi, itu mempermainkan Tuhan. Pertobatan berarti engkau berbalik 180 derajat dari hidupmu yang lama. Itu baru namanya minta ampun. Alkitab mengatakan firman Tuhan akan mengubah hati dan hidup manusia. Sudah berapa banyak Firman yang saudara dengar, apakah hatimu berubah, atau selama ini hatimu begitu-begitu saja? Itu yang harus kita perhatikan bersama-sama. Kekudusan berbicara mengenai sikap hati kita, ketaatan, diri kita di hadapan Tuhan. Dan kiranya kita sebagai gereja-Nya yang kudus dan am, dipisahkan dari yang tidak percaya Tuhan. Bukan berarti tidak bisa bergaul dengan mereka, tapi tujuan dan fungsi hidup kita berbeda dengan mereka. Orang lain mencari kesenangan hidup, saudara mencari kesenangan Tuhan. Orang lain mencari kemuliaan diri, saudara mencari kemuliaan Tuhan. Kiranya ini dapat membuat kita semakin berpikir selama ini hati kita seperti apa. Dan ke depan mari bersama-sama kita sebagai satu gereja Tuhan, memiliki satu hati di hadapan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)