(Yohanes 10: 27-33)
Pada hari ini kita mempersiapkan untuk merenungkan tentang Paskah di hari Minggu nanti, dan saya ingin kita semua mengingatkan kembali apa yang Tuhan Yesus sudah ajarkan dalam Yohanes 10 ini. Dalam ayat 27 Tuhan Yesus mengatakan “domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”, Tuhan Yesus memakai perumpamaan relasi antara Dia dengan umat tebusanNya itu seperti seorang gembala dengan domba. Ini merupakan relasi yang sangat-sangat indah, begitu dekat, begitu intim antara Gembala sejati dengan dombaNya. Demikian pada zaman Tuhan Yesus, ada gembala yang mendaftar menjadi gembala, lalu ingin pekerjaan ini supaya dapat bayaran sementara sampai dia mendapat keuntungan lebih baik dari pekerjaan yang lain, dia akan tinggalkan domba-dombanya. Inilah keadaan yang harus kita lihat dalam contoh Tuhan Yesus mengenai sang gembala. Maka Yesus mengatakan “Aku Gembala, beda dengan orang yang menjadi gembala karena profesi. Sebab Aku adalah Gembala yang baik, yang rela kehilangan nyawaKu demi domba-dombaKu. Aku korbankan nyawaKu demi domba-dombaKu”. Pengorbanan yang Kristus berikan adalah pengorbanan satu-satunya yang mungkin membawa domba-dombaNya masuk dalam hidup yang kekal, tidak ada cara lain, tidak ada jalan lain, tidak ada kemungkinan lain manusia selamat kecuali melalui pengorbanan Kristus. Maka Kristus yang tahu kebutuhan domba-dombaNya, Dia mengatakan “Akulah Gembala yang sejati”. Dalam ayat 27 dikatakan “domba-dombaKu mendengarkan suaraKu”. Tuhan Yesus mengatakan ini untuk memberikan penjelasan mengapa ada orang-orang Yahudi yang menolak Dia, jawabannya adalah “karena mereka tidak termasuk kelompok domba-dombaKu”. Siapa masuk domba Tuhan dan yang tidak? Yang termasuk domba Tuhan akan mengakui siapa Tuhan Yesus, akan mencintai Dia dan akan bertumbuh dalam iman yang benar untuk mengikuti Tuhan Yesus, inilah domba. Domba yang sejati ikut ke mana gembala pergi, domba yang sejati melihat dan mencintai gembalanya karena menyadari cinta kasih yang diberikan sang gembala kepada domba-dombanya. Maka Yesus mengatakan “domba-dombaKu mendengarkan Aku”, Tuhan Yesus tidak harus merasa tersinggung, atau merasa rendah diri, atau merasa kurang signifikan karena ada orang-orang Yahudi yang menentang dan melawan khotbah-khotbah Dia. Waktu Dia memanggil orang, Dia memanggil dengan penuh ketulusan bahwa “Aku rela mengorbankan nyawaKu bagimu”, tetapi ketika orang-orang itu tidak datang, Tuhan Yesus tidak perlu merasa “mengapa pelayananKu kurang berhasil? Mengapa mereka tidak datang?”.

Tuhan Yesus dengan terus terang mengatakan “kalian tidak termasuk domba, maka kalian terus mendengar, sambil mendengar bereaksi melawan, setelah reaksi melawan, mau bunuh Sang Gembala, inilah yang mau kamu kerjakan”. Maka Tuhan Yesus menyatakan bahwa ada kelompok yang akan dengarkan Dia karena domba-domba ini adalah kelompoknya. Dan Tuhan mengatakan dalam ayat 27 “domba-dombaKu mendengar suaraKu dan Aku mengenal mereka”. Kalimat ini sangat indah, Tuhan Yesus mengenal siapa yang akan menerima karunia penebusanNya. Penebusan Tuhan Yesus bukan suatu penebusan yang inpersonal, yang tidak bersifat pribadi. Dia mati di kayu salib, lalu ditawarkan “ayo, siapa yang mati mau diselamatkan? Saya tidak kenal kamu, tapi silahkan datang untuk mendapat berkat”. Ini tidak seperti orang-orang yang bagi uang dari atas mobil, tidak seperti orang-orang yang lempar uang dari atas helikopter, lalu orang-orang sama rebutan tanpa dia tahu siapa saya yang ambil uang itu. Tuhan Yesus tidak bagi berkatNya tanpa adanya relasi. Tuhan Yesus mengatakan “Aku mengasihi domba-dombaKu”, maka Dia mati untuk siapa, Dia sudah tahu. Dia kenal siapa yang untuknya Dia rela mati. Itu sebabnya dalam ayat yang ke-11 dikatakan “Aku Gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya”, Dia kenal siapa domba-dombaNya. Saudara renungkan hal ini dengan sangat-sangat dalam, Tuhan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, waktu akan dipaku di kayu salib, Dia tahu persis untuk siapa Dia mati, Dia punya kasih dan pengenalan terhadap siapa yang akan menerima penebusanNya. Dia mati 2000 tahun yang lalu, tapi kita tahu di dalam kematianNya itu “saya dikasihiNya maka saya ditebus oleh Dia”, Saudara dikasihiNya, maka Saudara ditebus olehNya. Kristus mati dengan pengenalan siapa yang akan mendapatkan penebusanNya, ini hal yang indah sekali.

Selain pasal 10, juga di pasal 17, Tuhan Yesus mengatakan “untuk domba-domba yang lain, untuk orang-orang yang akan percaya melalui pemberitaan mereka, untuk mereka juga Aku berdoa”. Tuhan Yesus mempunyai doa yang sangat personal, untuk orang-orang percaya pada waktu itu dan untuk orang-orang percaya pada waktu yang akan datang. Inilah besarnya cinta kasih Tuhan. Saudara tidak akan menemukan cinta kasih seperti ini di mana pun, karena hanya Dia yang bisa memberikan nyawaNya untuk memberikan hidup bagi kita. Lalu dalam ayat 28 dikatakan “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya”. Bagaimana Yesus memberikan hidup kekal? Ayat 11 mengatakan dengan menyerahkan nyawaNya, ini tema dasar Kekristenan yang kita harus tahu. Saudara harus bertumbuh dengan pengertian Kristen, bermula tentang penebusan. Karena Kekristenan tanpa pemahaman akan penebusan Kristus adalah Kristen palsu, Kekristenan yang hanya menekankan ajaran etika adalah Kekristenan yang palsu. Kekristenan yang mengajarkan kekuatan saya untuk memperoleh dan merebut hidup kekal adalah Kekristenan yang palsu. Kekristenan yang mengajarkan kasih, relasi antar manusia, membangun keluarga yang baik, membangun politik yang baik, membangun ekonomi yang baik, tapi tidak mengajarkan penebusan Kristus sebagai yang utama adalah Kekristenan yang kacau. Itu sebabnya kalau kita kembali ke Alkitab, hal utama yang Tuhan Yesus tekankan adalah “Aku memberi hidup kekal kepadamu dengan Aku memberikan nyawaKu kepadamu”. Ini merupakan hal yang dari Perjanjian Lama terus-menerus dinubuatkan. Perjanjian Lama dengan ketat mengatakan upah dosa adalah maut, dari Kejadian kita sudah tahu efek dari dosa adalah maut. Di dalam Kejadian 3, Adam dan Hawa makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, karena itu mereka mati. Di dalam pasal yang ke-5 dinyatakan efek kematian yang sampai pada semua keturunan manusia, termasuk keturunan Seth yang mencintai Tuhan. Orang cinta Tuhan tetap mengalami kematian, orang saleh tetap harus mati, orang yang besar tetap harus mati, orang bawahan tetap harus mati, orang kaya, orang miskin, orang sukses, orang gagal, semua tetap harus mati. Itu sebabnya kelahiran dan kematian menjadi titik yang membuat sama semua orang di dunia ini. Iman melihat Tuhan yang tidak kelihatan, iman mempercayai pengorbanan Kristus yang sudah berlalu dan kita tidak saksikan sendiri. Iman mengajarkan kepada kita untuk menerima setiap perkataan pengajaran Tuhan untuk kita amini dengan sesungguh-sungguhnya. Jadi apa yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Suci, kita terima dengan iman. Dan iman bukan hanya penerimaan terhadap fakta, iman juga adalah keberserahan total terhadap fakta yang sudah kita terima. Itu sebabnya pengertian teologis tidak menjamin kita menjalani hidup yang beres, sudah terlalu banyak orang mengaku mempunyai teologi yang benar, dengar khotbah yang benar setiap minggu, mendapatkan pengertian kerangka worldview reformed yang baik, tapi begitu masuk ujian, baru tahap pertama langsung hancur, karena tidak sadar bahwa iman adalah pengetahuan yang dia miliki lalu yang kepada pengetahuan tentang Allah itu dia harus merebahkan diri. Keberserahan kepada Pribadi Allah yang Agung ini namanya trust, iman mengandung unsur trust, mempercayakan. Apa yang saya alami saya percayakan kepada Tuhan, apa yang harus saya jalani saya pertanggung jawabkan kepada Tuhan. Titik ini membuat kita melihat ada sesuatu yang melampaui dunia ini, sebab Tuhan tidak bisa dinilai dan dilihat berdasarkan cara saya menilai dunia ini. Waktu Tuhan menciptakan dunia ini, Dia tidak termasuk bagian dalam dunia ini, meskipun Dia menyatakan kemuliaanNya, menyatakan pemeliharaanNya, menyatakan pernyataan tentang keagunganNya dalam ciptaan, tapi Dia tidak termasuk yang ada di dalam ciptaan. Lalu kalau saya bisa percaya walaupun tidak melihat, dari mana saya percaya? Dari kesaksian para saksi. Kesaksian para saksi ditemukan lewat Kitab Suci dan hanya lewat Kitab Suci. Itu sebabnya Tuhan tidak ijinkan Yesus Kristus dikenal lewat bumbu. Tuhan tidak ijinkan Yesus Kristus dikenal lewat sumber selain saksi. Maka dari mana saya bisa tahu Yesus hanya lewat saksi? Tapi semua saksi sudah mati. Saksi sudah mati, tapi tulisannya masih ada. Ini adalah kesaksian para saksi yang menyaksikan apa yang dilakukan Yesus, yang hidup waktu Tuhan Yesus hidup, yang memberitakan apa yang Yesus lakukan dan mereka saksikan. Maka Yohanes di dalam suratnya mengatakan “apa yang kami saksikan dengan mata, yang kami raba dengan tangan tentang Firman yang hidup, itulah yang kami beritakan kepadamu”. Jadi kita mempunyai kesaksian dari orang-orang yang mendengar apa yang Yesus katakan, yang menyimpan ajaranNya, yang mencatat lalu dikumpulkan menjadi kisah yang utuh tentang kehidupan Kristus, itulah yang kita dapatkan. Maka siapa yang menjadi domba Tuhan, dia akan tahu ada Allah yang menyatakan panggilanNya bagi domba-dombaNya, ada Allah yang mengutus Kristus untuk hadir di tengah dunia ini, untuk memanggil domba-dombaNya, untuk mengumpulkan semuanya menjadi satu kelompok, satu kawanan di dalam pimpinan seorang Gembala yang rela menyerahkan nyawa. Kristus rela menyerahkan nyawa bagi kita, karena Dia tahu ini yang kita perlukan, kita sudah hidup di dalam dosa, kita sudah jatuh dalam kesalahan, kita sudah dibuang oleh Tuhan.

Maka kalau Tuhan Yesus tidak peduli kita, apakah kita bisa selamat? Ini mesti kita renungkan baik-baik, kalau Tuhan Yesus tidak mau menjadikan diriNya Gembala atas domba-domba yang tanpa alasan bisa Dia kasihi, bisakah kita selamat? Kita selalu take it for granted bahwa Tuhan Yesus wajib tebus saya, Tuhan Yesus wajib pilih saya, Tuhan Yesus wajib mati di kayu salib untuk tebus saya. Apa kewajiban Tuhan untuk lakukan itu? Tidak ada. Apa hak kita terima penebusan Kristus? Tidak ada. Kalau Yesus putuskan “Aku tidak mau peduli kalian, biar kalian binasa, Aku tidak hutang apa pun. Kalau engkau dihakimi, engkau dihakimi berdasarkan jahatmu, engkau akan dihakimi berdasarkan apa yang memang pantas engkau dapatkan, Aku tidak salah kalau menghakimi engkau, dan Aku tidak punya kewajiban untuk tolong kamu”. Kita terlalu anggap remeh anugerah. Orang yang menganggap remeh anugerah, tidak menghargai anugerah, selalu buang anugerah, selalu hina setiap kesempatan yang datang, dan selalu anggap apa yang saya dapat layak untuk saya dapat. Maka waktu sesuatu itu diambil dari saya, saya marah. Tapi fakta di Alkitab mengatakan Yesus tidak harus menjadikan kita dombaNya. Di dalam Alkitab banyak sekali contoh orang-orang yang Yesus kesampingkan, Dia mengatakan “kamu tidak mau dengar Aku karena kamu bukan dombaKu”. Tuhan Yesus mengatakan “karena Bapa tidak tarik kamu kepadaKu maka kamu tidak termasuk domba-dombaKu”. Dan kalau itu dijatuhkan, orang tidak punya kemungkinan untuk selamat.

Orang akan dihakimi berdasarkan semua kejahatan yang sudah dia kerjakan dan tidak ada yang bisa menolong. Tapi Tuhan Yesus mengatakan dalam ayat 28 “Aku mengasihi domba-dombaKu dan Aku berikan hidup yang kekal”, Tuhan Yesus tidak harus tapi Dia pilih untuk lakukan itu. Maka Yesus mengatakan “Aku Gembalamu, Aku kenal siapa engkau dan Aku menyerahkan nyawaKu bagimu”, ini ayat yang indahnya luar biasa. Ayat 28 “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka”. Cara satu-satunya Tuhan Yesus menolong adalah Dia mengambil nasib yang harus kita miliki, Dia menjadi manusia, menjadi wakil kedua membawa manusia yang percaya kepadaNya ke dalam keselamatan. Tapi untuk melakukan itu Dia harus dihancurkan di dalam keadilan dan murka Tuhan. Inilah pengertian yang harus kita pahami, Tuhan dengan karakter yang agung di dalam kasih, adil dan suci, Dia menghancurkan Kristus di atas kayu salib supaya kita boleh kembali kepada Dia. Maka setelah wakil pertama gagal, wakil kedua dengan taat maju ke kayu salib, setia menanggung hukuman yang diberikan kepada Dia dan dengan demikian membuat murka Tuhan dihabiskan kepada kita melalui diberikan kepada Kristus. Dengan demikian kita sudah tidak lagi dihukum. Di dalam Surat Roma, Paulus mengatakan tidak ada penghukuman bagi orang-orang yang di dalam Kristus, siapa yang dihukum lagi? Apakah Bapa yang menghukum? Bapa sudah menghukum di dalam Kristus. Murka sudah dicurahkan habis, mana lagi murkaNya?, cawan Tuhan mau ditimpakan kepada kita, sudah habis. Kapan ditumpahkannya? Kepada Kristus. Maka setiap orang yang sudah berada di dalam Kristus tidak lagi berbagian di dalam murka Tuhan, karena sudah Dia curahkan kepada Kristus. Inilah pengertian dari Kekristenan yang sejati, Kristus menanggung seluruh murka yang Tuhan mau berikan kepada domba-dombaNya, seolah-olah mau mengatakan “Aku mengasihi domba-domba itu, Aku tidak mau mereka berjalan ke pembantaian”. Tapi yang Kristus kasihi adalah domba-domba yang jahat. Kalau kita pakai istilah domba, terkadang kita ge-er, domba itu kan makhluk yang lucu, tidak bersalah, yang datang kemudian dibelai-belai. Jangan lupa, kita dianggap domba tapi kita bukan domba, kita punya mulut seperti ular kalau kata Alkitab, kita punya lidah mendayu-dayu seperti setan, kata Alkitab, kita punya sikap jahat seperti serigala, yang mengatakan adalah sastrawan Romawi “manusia adalah serigala bagi manusia lain”. Jadi Saudara domba? Domba apa yang seperti ini? Domba yang bisa gigit satu sama lain, domba yang bisa makan daging domba yang lain, domba yang tarik seluruh harta domba yang lain demi memperkaya diri, domba yang kalau sudah duduk yang dipikirkan adalah bagaimana tarik uang rakyat, “domba” seperti ini dibilang domba? Dan Saudara kalau mengingat hidup Saudara yang dulu atau mungkin sekarang masih dijalani, Saudara tahu dengan persis :”saya tidak cocok disebut domba, masakan domba seperti ini?”, saya yakin domba binatang yang tidak cocok untuk menggambarkan sifat dosa yang ada di dalam diri Saudara. Tapi ini keunikan Kristus, Dia melihat kita dalam status setelah Dia sempurnakan.

Ayat 29 Yesus menyatakan bahwa Bapa yang akan menarik domba-dombaNya kepada Dia lebih besar dari siapa pun dan seorang pun tidak ada yang bisa merebut mereka dari tangan Bapa. Yesus waktu mengambil kita dari penghakiman Allah, sedang tidak bertengkar dengan Bapa. Jadi bukan berarti Bapa ingin menghakimi kita lalu Yesus mengatakan “jangan”, lalu Bapa mengatakan “harus”, Anak mengatakan “tidak, Aku akan rebut dari Kamu, Kita berkelahi kalau perlu”, bukan. Tapi Yesus mengatakan “yang menghantar domba-domba ini ke pelukanku itu Bapa sendiri. Waktu Tuhan Yesus mengatakan “BapaKu menarik mereka kepadaKu, BapaKu memberikan mereka kepadaKu”, lalu ayat 30 “Aku dan Bapa adalah satu”. Orang Yahudi langsung ambil batu mau lempar Tuhan Yesus, karena ini perkataan sedang menyakan Yesus dengan Allah. Orang yang membaca Alkitab lalu mengatakan “mana? Yesus tidak pernah mengklaim diri sebagai Allah, itu teologi Kristen bukan ajaran Alkitab, itu ajaran gereja bukan ajaran Alkitab” yang bicara ini adalah orang yang tidak mengerti bagaimana menafsirkan tulisan. Maka waktu Yesus mengatakan “Aku dan Bapa adalah satu”, mereka ambil batu tapi gentar. Tidak ada seorang pun yang melempar Yesus karena waktunya memang belum tiba. Lalu Yesus membela diriNya, Yesus msaih beri kesempatan untuk mereka percaya, Yesus mengatakan “kamu lempar Aku alasannya apa?”, saya tidak pernah habis pikir mengapa orang bisa benci Yesus. Karena kita percaya di dalam Perjanjian Lama dikatakan kebangkitan mulia itu milik orang-orang benar, dan kalau dia menghujat Tuhan, ini dosa nomor satu besarnya, Dia tidak mungkin bangkit dalam kemuliaan. Maka klaim Dia bahwa Dia adalah Allah adalah benar dan Dia tantang kepada orang Yahudi “buktikan klaimKU salah, apakah Aku menyatakan siapa diriKu, tapi tidak menghidupi statusKu? Kalau begitu silahkan marah. Tapi kalau Aku menyatakan siapa diriKu dan Aku menjalankan dengan bukti, klaim tentang siapa Aku, engkau tidak punya alasan untuk menolak”.

Ayat 33 kita menemukan fakta otang yang menolak akan tetap menolak, bukti apa pun yang diberikan. Sedangkan para domba yang sejati akan menerima Dia karena Tuhan beranugerah kepada kita. Dan Saudara ingat baik-baik, siapa yang menjadi dombaNya itu akan menjadi satu kawanan yang dikasihi Kristus. Tuhan Yesus mengasihi Saudara dan saya waktu Dia mati di kayu salib. Tuhan Yesus mengasihi Saudara dan saya, dan itu menjadi motivasi Dia untuk turun ke dalam dunia. Tuhan Yesus mencintai Saudara dan saya, dan ini menjadi pendorong bagi Dia untuk tetap bertahan ketika Dia disiksa dan dipaku. Jaminan keselamatan Yesus katakan dalam ayat 27, 28, pasti tidak akan binasa karena Kristus yang berdoa kepada Bapa dan Kristus selalu didengar. Bayangkan Yesus selalu didengar oleh Allah, kira-kira kalau Yesus di sebelah kanan Allah, pokok doanya apa? Apa yang Dia doakan? Alkitab mengatakan yang Dia doakan adalah kita domba-dombaNya. Kristus menjadi Pengantara sampai saat ini. Saudara menjadi orang Kristen tapi tidak menghargai berkat ini, sayang sekali. Kalau kita merenungkan kematian Kristus, kita sadar Dia yang memanggil kita menjadi dombaNya dan Dia yang sudah berkorban bagi kita, tidak ada hal apa pun yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)