Kita akan membaca pesan natal dari Injil Yohanes, mari kita membaca Yohanes 1: 8-15, demikian Firman Tuhan “dia bukan terang itu tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya tetapi dunia tidak mengenalNya. Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya. Tetapi semua orang yang menerimaNya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yaitu mereka yang percaya dalam namaNya. Orang-orang yang diperanakan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru katanya: inilah Dia yang aku maksudkan ketika aku berkata kemudian daripada aku akan datang Dia yang telah mendahului aku. Sebab Dia telah ada sebelum aku”. Di dalam Injil Yohanes ada pemaknaan yang melampaui peristiwa di bumi. Yohanes memberikan background kalau mau dikatakan, atau penjelasan lebih tepatnya, tentang apa yang sudah menjadi tradisi yang umum dari kitab Injil sinoptik. Beberapa orang penafsir Yohanes melihat Yohanes sebagai kitab yang memberikan penjelasan kepada apa yang mungkin tidak bisa ditampilkan dengan mudah dari kisah Injil. Ada beberapa hal yang kitab Injil sinoptik yaitu Matius dan Lukas terutama, tentu Markus juga, memberikan penjelasan tapi belum begitu detail tentang apa yang yang terjadi pada peristiwa itu. Ini bukan berarti Matius, Markus, Lukas kurang akurat atau kurang teliti, tapi mereka memberikan tekanan yang berbeda. Namun ketika Matius, Markus, Lukas memberikan tekanan kepada satu hal, ada hal lain yang belum terjelaskan. Dan ini di beberapa bagian dijelaskan oleh Yohanes. Hal yang paling jelas adalah ketika Yesus masuk Yerusalem, kemudian semua orang mengelu-elukan Dia, semua orang berteriak “Hosana bagi Anak Daud”, kita mungkin berpikir di dalam Injil sinoptik hanya dikatakan Yesus datang dan semua orang menyambut Dia. Tapi Injil Yohanes memberikan satu tambahan keterangan yaitu sebelum Yesus masuk Yerusalem, Dia membangkitkan Lazarus yang sudah mati 4 hari. Dan inilah yang memberikan kehebohan di seluruh Yerusalem. Demikian juga tentang peristiwa kelahiran, tentu Yohanes tidak bermaksud untuk mengoreksi tulisan yang sudah ada dari Matius dan Lukas tentang peristiwa kelahiran Yesus, tetapi dia memberikan tambahan penjelasan. Bukan berarti Matius dan Lukas kurang sempurna, Matius dan Lukas sempurna di dalam poin yang mereka mau tekankan, tetapi ada satu hal yang Yohanes mau berikan sebagai latar belakang. Karena sangat mungkin Saudara membaca kisah kelahiran dan beranggapan bahwa inilah permulaan dari kehidupan sang Firman. Tetapi Yohanes mengingatkan sebelum Dia datang ke dalam dunia, Dia sudah ada. Ini berarti di dalam gereja mula-mula ada kemungkinan doktrin menyimpang, bukan pengajar yang menyimpang. Rasul-rasul dan para penulis Kitab Suci memberikan penjelasan yang dari Tuhan, tetapi tangkapan orang, tafsiran orang sangat mungkin menyimpang. Dan sangat mungkin tafsiran itu membawa kepada pengertian bahwa Kristus adalah yang dilahirkan dan memiliki permulaan ketika Dia dikandung dan dilahirkan. Ini akan menjadikan pengertian tentang Kristus salah, karena kalau kita tidak tahu bahwa Dia adalah Sang Firman yang berinkarnasi, kalau Dia adalah Pribadi kedua dari Tritunggal yang datang ke dalam dunia, maka kita akan gagal mengenal poin Natal, kita gagal mengenal makna Natal.
Natal bukan cuma kelahiran Sang Juruselamat, Natal juga adalah kedatangan Sang Juruselamat. Datang berarti Dia bukan berasal dari tempat di mana Dia berada ketika Dia lahir, Dia berasal dari tempat yang lain yang kita tidak bisa akses. Inilah yang mau ditekankan oleh Injil Yohanes, Yohanes membahasakan dengan cara yang sangat unik, kalau orang tidak mempunyai iman mereka akan melihat seolah-olah Yohanes dan Matius dan Lukas seperti berbeda. Matius, Markus dan Lukas seperti mempresentasikan Kristus yang adalah Nabi, yang adalah Pengajar, yang adalah pembuat mujizat, yang adalah tokoh penting tetapi sepertinya, saya katakan sepertinya ini yang mereka tafsir bukan kita tafsir, sepertinya Dia adalah manusia yang lebih tinggi dari yang lain, bukan Allah yang merendahkan diri. Karena sepertinya tidak ada pernyataan eksplisit dari Matius ataupun Lukas bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Orang-orang lain mungkin akan mempertanyakan hal itu, apakah benar Yesus adalah Allah? Siapa yang mengatakan Yesus adalah Allah? Di mana ada kalimat yang secara eksplisit menyatakan Yesus adalah Allah di dalam Injil Matius dan Lukas? Memang di Yohanes ada, tapi mungkin Yohanes kitab yang melawan Injil Matius dan Lukas sehingga sepertinya kita mesti pilih. Kamu kalau pilih sinoptik, Matius dan Lukas, kamu akan tolak Yohanes. Kalau kamu pilih Yohanes kamu akan tolak Matius dan Lukas, ini sepertinya yang terjadi. Tetapi Saudara dan saya mesti sadar akan beberapa hal bahwa mengatakan Yesus adalah Allah merupakan hal yang tidak ada gunanya. Karena kita perlu diberitahu Allah yang sejati itu apa, siapa lebih tepatnya. Di dalam konteks abad pertama, sebenarnya di konteks kita juga, orang masih salah mengerti tentang siapa Allah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah tidak akan menolong, karena ilah yang mereka percayai itu yang akan dikaitkan dengan Yesus. Saudara percaya dewa-dewa model apa, maka Yesus akan menjadi salah satu dewa. Mengatakan Yesus adalah Allah di dalam bahasa Yunani pakai kata Theos, ini tidak punya makna yang terlalu besar karena banyak orang akan punya konsepsi yang salah tentang Allah. Mereka percaya Allah itu banyak, dewa-dewa yang mereka percaya itu salah satu yang dipilih, dan Yesus itu cuma salah satunya. Kita lihat tradisi dari agama manapun di dalam tradisi penyembahan dewa-dewa, kita melihat banyak sekali kisah dimana manusia didewakan atau menjadi ilah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah itu tidak ada poinnya. Namun baik Matius maupun Lukas juga Markus memberikan begitu banyak kisah, narasi-narasi pendek di mana sebagian diantaranya adalah menyatakan keilahian Yesus. Kalau Saudara baca bagian-bagian seperti setan sujud lalu minta untuk tidak dihakimi, Kristus jalan di atas air, ketika Yesus mengklaim otoritas yang sama dengan otoritas Allah di dalam Kitab Taurat, ketika Yesus meminta, bahkan menuntut pengikutnya unutk mempunyai kesetiaan kepada Dia dengan sama besar dengan Tuhan di Perjanjian Lama menuntut pengikutNya setia kepada Dia. Ini membuktikan Yesus adalah Allah di dalam pikiran para penulis Injil sinoptik. Mereka tidak punya konsep yang rendah tentang keilahian Yesus. Maka kalau kita tidak mengerti tradisi Yahudi di Perjanjian Lama dan bagaimana mereka memahami Allah, kita akan luput membaca dari Matius dan Lukas bagian-bagian yang menekankan keilahian Yesus. Itu sebabnya kalau Saudara mau kalimat langsung “Yesus adalah Allah”, Saudara tidak akan temukan di Matius dan Lukas, karena itu tidak berguna bagi pembaca mula-mula. Banyak raja, kaisar mengklaim dirinya adalah Alalh atau Anak Allah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah bukan sesuatu yang penting kecuali Yesus adalah Allah di dalam pengertian orang Yahudi. Karena Allah di dalam Perjanjian Lama beda dengan ilah manapun.
Allah di dalam Perjanjian Lama adalah Allah yang sejati, satu-satunya Allah yang sejati. Ini yang diusahakan untuk dijelaskan oleh Matius dan Lukas, mereka menjelaskan di dalam contoh-contoh kisah yang memberikan gambaran bahwa Yesus adalah Allah. Bagian-bagian seperti Yesus berjalan di atas air ini bagian yang banyak muncul di dalam Mazmur. Pertama, Allah di dalam Kejadian menenangkan lautan, lalu di dalam Mazmur Allah menginjak lautan dan menginjak Leviathan. Itu jelas jadi gambaran tentang Tuhannya orang Israel. Maka ketika Kristus dikisahkan dengan cara demikian, penulisnya ingin memparalelkan, membuat sejajar Yesus yang mereka kenal dengan Allah di Perjanjian Lama. Tetapi pembaca mula-mula yang tadinya banyak orang Yahudi, sekarang memberitakan Injil ke banyak orang. Banyak orang yang tidak punya tradisi Yahudi mulai percaya Yesus. Lalu dari orang yang tidak punya tradisi Yahudi menyebarkan lagi Injil kepada orang lain yang makin jauh dari tradisi Yahudi, tentang siapa Yesus. Akhirnya mulai ada pengertian yang kurang lengkap, ketika mereka membaca dari Injil mereka tidak melihat pengertian Yesus adalah Allah di dalam pengertian cara orang Yahudi atau di dalam cara Perjanjian Lama. Sehingga terutama di dalam Asia Minor di Turki, pengertian tentang Kristus yang adalah Ilahi itu tidak menjadi tekanan yang besar kalau ditemukan di dalam Injil. Itu sebabnya Tuhan membangkitkan Yohanes karena waktu Injil dibaca oleh orang-orang Asia Minor yang bukan Yahudi, mereka tidak lihat hal-hal yang menjadi simbol Ilahi di dalam kitab itu. Tapi Yohanes adalah seorang yang melayani di Asia Minor di Turki dan Tuhan bangkitkan dia di dalam usia yang sudah tua, dia menulis Injil bukan untuk koreksi Injil sebelumnya, tapi untuk memberikan konteks kepada orang-orang Asia Minor supaya ada jembatan antara pikiran mereka dengan tradisi Yahudi. Tapi Yohanes bukan cuma menulis untuk orang Asia Minor non-Yahudi, dia juga adalah pemimpin yang sangat penting di dalam tradisi yang disebut Johannine tradition, tradisi yang banyak dipengaruhi oleh Yohanes Pembaptis, ini orang-orang Yahudi. Jadi Yohanes sekali menulis, dia mau jangka orang non-Yahudi dan orang Yahudi di Asia Minor. Bagaimana caranya? Caranya adalah Injil Yohanes ini. Di dalam Injil Yohanes Saudara akan melihat penjelasan yang sangat cocok dengan orang-orang yang berpola pikir Helenis, Yunani. Saudara membaca Yohanes, Saudara melihat gambaran yang sangat cocok juga untuk orang-orang Yahudi. Ini adalah kitab yang sangat paradoks, di satu sisi sangat bersifat Yunani, disisi lain sangat bersifat Yahudi. Mirip dengan Kristus yang diberitakan, di satu sisi adalah Ilahi, di sisi lain adalah manusia. Itu sebabnya waktu Saudara baca Injil ini Saudara akan menemukan ada hal yang sifatnya seperti pecah, di satu sisi sangat Yahudi, di sisi lain mengapa pakai bahasa seperti Logos. Ini sesuatu yang membuat orang ingat tradisi dari pikiran Yunani. Maka Yohanes ingin memberikan konteks kepada orang-orang non-Yahudi dan juga penjelasan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Allah yang datang menjadi manusia.