Sekarang saya ingin bahas sedikit, apa bedanya hidup yang dikuasai berhala dengan hidup yang dikuasai Tuhan. Cuma 1 perbedaan utama, hidup yang dikuasai berhala adalah hidup yang tidak pernah ada kepuasan sejati. Di dalam kalimat dari seorang konselor yang juga seorang psikiater bernama Kerith Glass, dia seorang teolog. Sebenarnya dia seorang filsuf, dia belajar teologi Kristen tapi dari sudut pandang filsafat, dia mengatakan bahwa ketika seseorang menyelidiki segala efek dan segala aktivitas fisik yang dia miliki, maka gangguan yang terjadi itu selalu karena ada kekurangan yang dia sangat diidamkan tapi dia tidak miliki. Kemampuan mendeteksi kekurangan apa membuat kita sadar bahwa hal yang kita pikir kurang itu masih tidak tepat disebut kekurangan, tapi kalau kita gerak lebih lanjut bahwa ada Tuhan dibalik hal yang kita kurang, baru disitu kita mendapatkan pengertian tentang mengapa saya kurang. Kalimat ini mungkin agak sulit, saya coba bagikan dengan contoh, seumpama Saudara mengatakan “saya kok miskin ya, saya kurang uang, saya sangat sedih mengapa hidupku kurang uang”. Saudara, apakah benar problemmu kurang uang? “Iya problemnya kurang uang, kalau uangnya pas apalagi lebih, saya pasti akan senang”. Tapi Gerith Glass mengingatkan kalau kamu berhenti di uang, kamu tidak mengetahui problem utamamu. “Problem utama saya apa?”, problem utamamu adalah kamu kekurangan Tuhan. “Jadi saya kurang Tuhan?”, “iya, kamu kurang Tuhan”, “kalau begitu saya datang ke Tuhan dan semua beres?”. Tidak, mengapa tidak beres? Karena kamu harus datang ke Tuhan di dalam aspek yang kamu pikir kamu kurang. Kalau Saudara mengatakan “hidup saya tidak nikmat”, mengapa hidupmu tidak nikmat? “Karena saya tidak punya orang tua yang baik”, ini contoh untuk anak muda. “Orang tua saya kok seperti ini? Saya tidak suka, saya tidak menikmati hidup”. Jadi kamu kurang apa? “Saya kurang di dalam orang tua yang baik”. Tapi kamu harus tahu bahwa di balik kekuranganmu ada kekurangan akan Tuhan. Sekarang pertanyaannya, apa bedanya orang yang rasa kekurangan uang dengan orang yang rasa kekurangan orang tua? Sama-sama kekurangan Tuhan, tapi yang satu menganggap dia kekurangan orang tua. “Mengapa tidak ada orang tua yang baik?”, dia sebenarnya kekurangan Tuhan. Maksudnya bagaimana? Dia kekurangan aspek yang Tuhan mau salurkan lewat orang tua. Maka yang harus dia ketahui adalah aspek apa yang Tuhan mau salurkan lewat orang tua? Aspek teladan, aspek menjadi contoh, aspek cinta kasih dan keadilan yang seimbang, ini contoh tiga aspek yang Tuhan mau ada pada orang tua. Maka yang dia kurang bukan orang tuanya, tapi yang dia kurang adalah apa yang Tuhan mau kerjakan lewat orang tua karena mungkin kegagalan orang tuanya. Jadi orang tua mesti punya belas kasihan, cinta kasih dan keadilan yang seimbang. Orang tua harus menjadi teladan, orang tua harus menjadi contoh untuk kesabaran, pengendalian diri. Saudara mesti berhati-hati menjadi orang tua. Anakmu belajar jauh lebih banyak dari anakmu belajar di sekolah minggu, dan di gereja dan di sekolah. Anak belajar dari orang tua, orang tua tidak sadar, tapi anak terima itu bukan dari ajaran kita, tapi dari siapa kita. Anak akan melihat “oh papaku begini, mamaku begini”, dan dia terbentuk seperti itu. Saya pernah bicara dengan satu orang yang komplain tentang anaknya, akhirnya ketika di ujung komplain dia mengatakan “pak, sebenarnya saya sangat kesal dengan anak saya. Karena anak saya mengingatkan akan saya. Saya juga seperti itu”, “kok dia juga jadi seperti itu?”, “karena saya”, dia mengaku dosa sendiri. “Karena saya begitu maka anak saya jadi begitu”. Maka hati-hati, orang tua itu kadang-kadang bodoh, mohon maaf tapi ini benar. Kadang-kadang kita bodoh, kita tidak tahu bahwa apa yang kita lakukan setiap hari itulah pengajaran paling kuat untuk anak. 15 dan 20 tahun lagi engkau akan menuai apa yang engkau tabur sekarang. Saudara menabur cinta kasih, Saudara menabur kesabaran, Saudara menabur pengendalian diri, lihat anakmu 15-20 tahun dari sekarang. Menjadi orang yang cinta kasih, orang yang penuh penguasaan diri, orang yang stabil. Tetapi engkau tidak stabil, engkau kacau, engkau penuh dengan kekacauan. 15-20 Tahun lagi engkau melihat anak yang menduplikasi dirimu di dalam kekacauan. Apakah pasti akan begini? Tidak tentu, Tuhan beranugerah, intervensi di dalam memberikan berkatNya. Tapi Saudara jangan mengatakan “kalau Tuhan ingin memberikan anugerahNya, berarti aman”, anugerah itu tidak harus Tuhan beri. Ada orang-orang yang dibesarkan di dalam keluarga yang luar biasa kacau tapi bertumbuh menjadi sangat baik. Ada orang bertumbuh secara normal, “kalau orang tua kacau, saya juga ikut kacau. Orang tua penuh dengan takut akan Tuhan, saya juga akan takut Tuhan”. Perhatikan baik-baik, anak tidak pakai telinga saja untuk mendapat pengajaran, anak juga pakai mata untuk melihat. Jadi dia tidak dapat apa yang Saudara katakan, dia dapat apa yang Saudara praktekan di dalam hidup. Itu sebabnya sangat penting untuk mengetahui bagaimana pembentukan Tuhan berikan kepada orang tua untuk datang kepada anak. Maka kalau orang mengatakan “saya kurang orang tua yang baik”, salah, yang kamu kurang itu Tuhan. Tetapi yang kamu kurang adalah aspek contoh dari orang tua. Jadi jangan cuma cari orang tua baik, tapi tidak tahu bahwa orang tua harusnya berperan membawa Tuhan. Misalnya kalau ada 1 orang mengatakan “saya salah pilih pacar”, mengapa salah pilih pacar? “Karena pacar saya ternyata kurang pintar simpan uang”, ini contoh, kalau ada kasus yang sama, itu hanya kebetulan. “Pacarku kurang pintar simpan uang, dapat uang berapa habis, dapat uang berapa habis. Saya khawatir dengan masa depan saya”, kalau begitu kamu khawatir dapat pacar yang salah lalu menikah dengan orang yang salah”, “Iya”, terus bagaimana memperbaikinya? Kalau Saudara mengatakan “perbaikinya adalah putusin pacar lalu cari pacar yang berhemat, yang kalau beli bunga pun bunga yang sudah layu atau yang diambil dari pesta pernikahan”, ini namanya hemat. Bukan itu solusinya, solusinya apa? Solusinya adalah cari pacar yang mengetahui tugas untuk mengatur itu sebagai tugas dari Tuhan. Harap kita bisa mengerti kaitannya, Saudara perlu Tuhan tetapi perlu Tuhan di dalam dimensi yang diberikan oleh hal yang Saudara kurang. Kalau orang mengatakan “saya kurang uang, makanya saya tidak bahagia”, itu salah, kamu kurang iman akan pemeliharaan Tuhan, itu yang kurang. Karena uang itu lambang dari pemeliharaan Tuhan. Tuhan akan pelihara kamu dan kalau Tuhan pelihara kamu, bertanggung jawab dalam pemeliharaan itu. Uang adalah contoh Tuhan memelihara, tapi uang juga adalah ujian bagaimana kamu puas, sukacita dan mengatur dengan bertanggung jawab keuangan yang Tuhan berikan. Itu yang seharusnya jadi problem, “problem saya bukan kurang uang, problem saya adalah kurang memaknai mengenal Tuhan lewat uang”. “Problemku bukan orang tua yang salah atau jelek, problemku adalah aku kurang memaknai Tuhan di dalam keberadaan orang tua”, inilah yang harus terjadi di dalam pengertian kita. Orang-orang kafir, dia tidak punya dewa yang benar. Dewa yang salah, itu yang mereka imani. Maka tindakan mereka adalah tindakan yang tidak nyambung antara iman kepada Tuhan, iman kepada dewa dan tindakan. Maka Paulus mengatakan “kamu sudah menyembah Tuhan, maka kamu menerima banyak aspek dari Tuhan. Kamu tahu Dia mencintai kamu, maka kamu akan mempraktekkan cinta”, simple. Mengapa engkau sulit mencintai? Karena engkau tidak tahu kalau engkau dicintai. Orang yang galau karena kekurangan cinta kasih adalah orang yang kurang sadar kalau dia sudah dicintai Tuhan. Lalu bagaimana? Saya sudah mengerti saya dicintai Tuhan secara pengetahuan, tapi mengapa saya tetap merasa kosong kalau tidak dicintai? Karena engkau memang perlu pernyataan cinta Tuhan lewat sesamamu. “Jadi saya tetap perlu sesama? Perlu. Maka Tuhan mengatakan cintai Tuhan dan cintai sesamamu. Kamu tetap perlu sesamamu”. “Kalau aku tidak menemukan sesama yang baik, aku pasti akan kekurangan Tuhan? Aku tetap akan kurang dalam hidup?”, iya, engkau akan kurang cara Tuhan memelihara kamu lewat sesamamu. “Kalau begitu saya perlu sesama yang baik”, betul. Bagaimana bisa punya sesama yang baik? Bisa punya sesama yang baik adalah dengan engkau lebih dulu jadi sesama yang baik, ini prinsip Kristen. Tuhan yang lebih dulu mencintai, maka Saudara yang berinisiatif mencintai. Kalau Saudara mengatakan “pernikahanku tidak baik, what should I do?”, yang harus kamu lakukan adalah menjadi pasangan yang baik dulu. Kalau ini saja tidak dilakukan, Saudara jangan berharap pasanganmu menjadi baik. Harap pikiran ini bisa Saudara pahami baik-baik. Konflik orang tua-anak, sahabat dengan sahabat, hamba Tuhan dengan hamba Tuhan, pengurus dengan pengurus, pengurus dengan hamba Tuhan, suami dengan istri, anak dengan anak, atau siapapun selalu akan menjadi makin baik teratasi jika Saudara ambil inisiatif bertindak dulu, ini penting. Kalau Saudara tuntut orang lain bertindak dulu “kamu bertindak”, Saudara tidak akan dapat pertolongan. Dirimu dulu bertindak dan jangan tuntut orang, siapa suka tuntut orang, dia sedang timbul kesulitan, makanya dia akan terus makin kacau. Mengapa makin kacau? Karena dia tidak bisa lihat perbaikan dari luar. Kalau keluar tidak bisa diperbaiki lalu bagaimana? Perbaiki dirimu, jadi teman yang baik supaya bisa dapat teman. “Saya sudah jadi teman yang baik, tapi tetap tidak ada teman”, tunggu, tunggu 5 tahun, tunggu 10 tahun, tunggu waktu yang lebih panjang. Belasan tahun menabur jadi teman yang baik, belasan tahun menabur jadi orang yang baik demi orang lain, nanti akan terasa hasilnya. Tapi kalau orang bodoh, ya sudah, dia menghancurkan relasi sendiri, dia terus membuat kacau segalanya dan dia tuai sendiri. Sudah dituai tapi tetap merasa stress “mengapa hidupku begini?”, itu yang kamu tabur. Maka tabur posisimu apa, lakukan itu. Tuhan sudah memberikan perintah, kalau kamu orang tua, kamu lakukan apa. Kalau kamu sahabat, kamu lakukan apa. Kalau kamu suami, kamu harus lakukan apa. Kalau kamu istri, kamu harus melakukan apa. Coba lakukan bagianmu. “Saya suah lakukan tapi tetap tidak ada perbaikan”. Tunggu, namanya menabur tidak bisa langsung. Maka siapa yang sudah menerima berkat dari Tuhan, dia harus menerapkan itu. “Saya sudah dicintai Tuhan, saya mesti belajar mencintai. Saya sudah mengenal Tuhan yang adil, saya mesti belajar adil. Saya dapat belas kasihan dari Tuhan, saya mesti praktekkan belas kasihan tiap-tiap hari”. Dan kalau Saudara mempraktekkan itu, baru Saudara sadar Roh Kudus sedang bekerja di dalam diri Saudara, menjadikan Saudara umat yang diperkenalkan oleh Tuhan, ini tugasnya Paulus. Biarlah pengenalan akan Tuhan tercermin dalam hidupmu, biarlah segala contoh dari Kitab Suci masuk ke dalam hatimu, biarlah Roh Kudus memberikan kepekaan kepada engkau untuk sadar pentingnya menjalankan firman, dan biarlah kekuatan dari Tuhan membuat engkau terus menabur tanpa menjadi lelah, terus menabur, terus menabur, terus menabur, dan pada harinya kamu akan menuai. Adakah orang yang menabur dan tidak menuai? Tidak mungkin. Bahkan orang yang menabur sampai mati pun dia akan menuai di dalam kebangkitan. Salah satu orang yang sibuk menabur dan tidak menuai sama sekali itu Abraham. Abraham ikut Tuhan, pindah dari satu tempat ke tempat lain, ini seperti diospek sama Tuhan. Sudah settle, diperintahkan untuk pindah, “mengapa mesti pindah?”. Harus membereskan banyak hal, bawa binatang ternak semua, ajak hamba-hamba, ini pasukan besar, ini kelompok yang besar sekali, pindah itu tidak mudah. Tapi Tuhan mengatakan “pindah”. Sudah pindah, ternyata kekeringan. Sudah kekeringan, lari ke Mesir. Sudah lari ke Mesir, ditindas oleh Firaun. Akhirnya kembali lagi ke Kanaan. Pindah ke satu tempat dan ke tempat lain, Abraham terus setia. Lalu dia bertanya, “Tuhan, Engkau janji akan memberikan anak, kapan?”, “tunggu, pindah dulu”, pindah lagi. Jadi kerjaan Abraham adalah menge-pack terus, ini panggilan dia. Sudah beres tinggal di tempat, disuruh pindah lagi. Nanti Israel waktu keluar Mesir mengalami apa yang Abraham alami. Jadi Israel dan Abraham sama, “sudah bereskan barang, kita pindah lagi”, terus seperti itu. Lalu Abraham bertanya “Tuhan, kapan Tuhan akan memberikan anak?”, “tunggu”, pindah lagi dan pindah lagi. Sampai dia umur 100 baru dapat anak. Sudah dapat anak, Tuhan mengatakan “nanti keturunanmu yang akan mendapat berkat tanah ini”, “lalu saya bagaimana?”, “kamu akan dikumpulkan bersama nenek moyangmu”, sampai mati dia tidak dapat. Mau jadi Abraham? Saudara mengatakan “mau”. “Mau dalam hal apa?”, “mau dalam hal pindah-pindah, sampai mati tidak dapat janji Tuhan?”, “itu tidak seru, masa sampai mati tidak dapat janji?”. Tapi Tuhan mengatakan Abraham akan dibangkitkan dan akan bersuka bersama Kristus, ini jawabannya. Jadi Saudara menabur saja. Kalau tidak dapat bagaimana? Jangan khawatir, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang mau setia ikut Dia. Ini pengertian mesti kita pegang, Tuhan tidak pernah tinggalkan orang yang mau setia ikut Dia. “Mana? Saya sudah setia, tidak dapat”, tunggu, sabar, lihat cara Tuhan memberikan kesabaran di dalam sejarah. Kapan Kristus datang? Kristus tidak datang ketika Adam jatuh dalam dosa, beberapa hari kemudian Kristus datang. Adam sudah jatuh dalam dosa, satu bulan kemudian datang kiriman express dari sorga “Akulah Juruselamat, Aku akan mati bagimu Adam”, tidak seperti itu kan. Jadi Adam berdosa, lalu keturunan dari keturunan manusia lama sekali menanti Penyelamat. dan Penyelamat datang di dalam zamanya Kristus, Dialah Juruselamat. Jadi Saudara lihat kesabaran Tuhan kepada manusia itu besar sekali. Maka mari kita belajar ketekunan dan kesabaran Tuhan. Tekun mengerjakan apa yang baik. Paulus mengatakan “inilah yang akan saya katakan, kamu jadi persembahan yang diterima oleh Tuhan yang disucikan oleh Roh Kudus”. Ayat 17-18 dan selanjutnya kita akan bahas di pertemuan yang berikut, karena bagian-bagian yang lain juga perlu digali dengan penggalian yang cukup panjang. Hari ini pesan Kitab Suci yang saya bagikan sampai disini. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan cinta Tuhan untuk kita jalankan dalam hidup.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)