Hal pertama tadi perlu ada kejujuran dan ketulusan di dalam menafsir, jangan dikacaukan oleh hal-hal yang cuma subjektif. Yang kedua, Saudara mau menafsir, Saudara masih sadar bahwa ada konteks, ada cara memahami yang sangat-sangat beda kalau orang itu mempunyai latar belakang budaya dan juga bahan pembicaraan yang beda. Saudara bicara dengan orang, Saudara mesti belajar memahami apa yang dia mau coba kemukakan dari sudut pandang dia, bukan dari sudut pandang Saudara. Kita berusaha mengerti orang dengan tepat, demikian juga waktu kita membaca Alkitab, kita berusaha memahami Alkitab dengan tepat. Paulus adalah tokoh penting karena dia menyadari tradisi Yahudi dibangun di atas kesalahan mengerti. Ini kalau dirangkum akan membuat Paulus menjadi penjahat bagi orang Yahudi, “Paulus kamu mengatakan apa?”, “saya mengatakan kamu salah mengerti Taurat”, “kamu bilang kami salah mengerti Taurat?”, “bukan cuma itu, kamu juga salah mengerti Mazmur”, “jadi Taurat dan Mazmur kami salah mengerti?”, “bukan hanya itu, kitab nabi-nabi pun kamu salah mengerti”. “Jadi kami salah mengerti seluruh Alkitab?”, Paulus mengatakan “iya”, “bagaimana bisa?”, “metode tafsirmu salah”, “mengapa metode tafsir kami salah?”, “karena metode tafsirmu, metode tafsir yang tidak memahami penulis Kitab Suci”. Paulus tokoh yang teliti sekali waktu baca Kitab Suci. Waktu orang mengatakan “kami tidak terima Yesus, kami tidak terima penginjilan kepada bangsa lain”, Paulus mengatakan “Kitab Sucimu sudah mengatakan tentang Yesus dan Kitab Sucimu sudah mengatakan tentang penginjilan ke bangsa lain. Mengapa kamu tidak baca? Bukankah di dalam Kitab Suci dikatakan Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunan Abraham akan jadi berkat bagi bangsa lain”. Di sini baru kita sadar ternyata Kitab Suci Perjanjian Lama bukan cuma untuk Israel, karena diawali dari Kitab Kejadian yang mengatakan Tuhan adalah Pencipta semua bangsa, ini yang Paulus khotbahkan di Kitab Para Rasul. Paulus mengatakan “Tuhan adalah Tuhanmu, Tuhanku adalah Tuhan orang Yunani”, mengapa? Karena orang Yunani berasal dari satu orang namanya Adam dan itu dari Kitab Suci”. Jadi Kitab Suci Perjanjian Lama adalah untuk semua bangsa, bukan cuma untuk Israel. Lalu pertanyaan kedua kalau Kitab Suci Perjanjian Lama adalah untuk semua bangsa, mengapa kebanyakan ceritanya tentang Israel? Paulus menjawab “bukan bagi Israel”. Mengapa bukan bagi Israel? Karena kalau kita baca cerita Israel, kita sedang baca cerita kita sendiri. Paulus mengatakan pelanggaran Israel itu adalah tipikal dari pelanggaran manusia. Tuhan sedang jadikan Israel itu cerminnya kita. Jadi Saudara bercermin dari Israel. Makanya kalau baca Alkitab dan menemukan tokoh jahat, jangan geleng-geleng kepala menghina tokoh itu, “Simson tidak bisa tahan diri”, lalu ada suara Roh Kudus mengatakan “itulah kamu”. “Jadi ini Simson Pardede? Kalau begitu saya dicerminkan oleh Simson”. Ini yang Saudara bisa baca, waktu baca Daud jangan cuma baca hebatnya dia, gantengnya dia, orang narsis kalau baca Daud “Daud ganteng mirip saya, saya juga mukanya lumayan agak kemerah-merahan dan elok” misalnya seperti itu. Tapi Saudara juga mesti baca kisah Daud yang jahat, kisah Daud yang menyeleweng, kisah Daud yang punya begitu banyak dosa. Dan Saudara sadar “saya juga bisa punya kecenderungan ke situ”. Kadang-kadang kita baca Raja Israel dan geleng-geleng kepala “kok jahat ya”, tapi Saudara coba pikirkan, kita ini tidak jahat karena kita tidak punya power, coba kalau punya, mungkin Saudara lebih jahat dari raja-raja itu. Saya ingat satu khotbah dari rekan saya di chapel waktu saya masih mahasiswa, dia mengatakan “alasan kita tidak jadi pembunuh adalah kita kurang mengerti bagaimana membunuh orang”, saya kaget waktu mendengarnya “mengapa khotbahmu mengerikan sekali”, tapi saya pikir-pikir benar juga. Saudara tidak punya keberanian dan kekuatan untuk membunuh orang, tapi Saudara ingin matikan orang dalam diri. Kalau Saudara membenci orang, Saudara sedang punya niat bunuh orang dan bagi Tuhan itu kejahatan yang tidak dibedakan, hati-hati. Saudara membenci orang, Saudara adalah pembunuh di dalam hati. “Saya tidak pernah bunuh orang”, iya, karena tidak ada keberanian, masih ada hati nurani, masih ada anugerah Tuhan yang mencegah. Tapi engkau sama jahatnya dengan orang yang membunuh orang. Maka hargai manusia. Waktu Saudara mengurangi penghargaan kepada manusia, Saudara meningkatkan niat membunuh dalam dirimu. Kebencian dan membunuh itu sama. Tuhan sudah mengingatkan Kain, “Kain, dosa sudah mengintip di depan pintu, dan dia akan sangat menguasai engkau”, kata yang dipakai itu vulgar sekali. Tuhan mengatakan “dosa sudah mengintip di depan pintu dan itu adalah hawa nafsu yang akan memperkosa kamu, dan buka pintu bagi dia”. Jadi Tuhan mengatakan kepada Kain “tahu tidak salahmu apa? Salahmu bukan karena korbanmu tidak diterima kamu salah. Salahmu adalah kamu selalu membuka pintu bagi yang akan menaklukan kamu”. Dosa jangan dibukakan pintu, Saudara mesti mengerti ini. Dosa jangan dibukakan pintu, apapun yang salah, tutup. Hatimu penuh kebencian, tutup dia. “Tidak bisa, saya mesti mengekspresikan”, jangan bodoh, jangan jadi makanannya setan. Setiap kali kita melanggar Tuhan, setan yang senang. Setan dan pasukannya itu selalu mengatakan “puji setan”, mereka sedang bersuka karena kita tidak tutup pintu bagi kejahatan. Tuhan sudah peringatkan Kain “di depan pintu hatimu ada si jahat yang kalau masuk dia akan perkosa kamu. Tapi kamu tetap buka pintu, ya sudah kamu diperkosa, dikalahkan, ditaklukan”. Lalu kita mengatakan “mengapa saya tidak bisa kalahkan diri ya? Saya tidak bisa menjadi orang baik”. Alkitab mengatakan manusia diciptakan untuk cinta kasih, apakah kita sudah mencintai, apakah kita sudah mempraktekkan kasih? Kalau belum tidak ada titik netral. Saudara mengatakan “saya sih belum mencintai, tapi saya tidak membenci”, tidak mungkin. Engkau hanya bisa mencintai atau menghancurkan orang. Kalau engkau tidak mencintai orang, engkau akan menghancurkan orang. Tidak ada titik netral. “Kalau begitu kesalahan saya apa?”, kesalahanmu adalah engkau selalu izinkan perasaan tidak benar menjadi mendominasi, hancurkan itu, ini yang Tuhan mau nyatakan. Maka di dalam peringatan dari Tuhan ada contoh bagi kita, di dalam kisah-kisah Kitab Suci ada pelajaran bagi kita, ini Paulus katakan di Roma 15, di bagian sebelumnya yang sudah dikhotbahkan. Maka Tuhan sudah menyatakan lewat Paulus bahwa semua kisah Perjanjian Lama adalah untuk orang Kristen, adalah untuk semua orang. Orang berkaca dari Perjanjian Lama dan menyadari “di dalam contoh-contoh di Kitab Suci ada saya digambarkan. Dan saya bersyukur karena Tuhan berikan peringatan itu kepada saya, sehingga sebelum saya hancur dan dikuasai dosa, saya dipanggil untuk bertobat”. Maka tidak ada bagian dari Kitab Suci yang bukan untuk semua bangsa. Itu sebabnya Saudara bisa lihat Israel mendominasi, tapi Israel adalah contoh bagi kita. Dan itu sebabnya Paulus mengatakan di dalam Roma, kita sudah pelajari sama-sama di dalam Roma pasal 15, Paulus sudah memberikan metode penafsiran yang sangat penting, pasal 15:4, “sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu (Perjanjian Lama) telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”, ini yang menjadi tugas Paulus. Perjanjian Lama, seluruh kitab Taurat, Mazmur, Kitab Sejarah, Kitab Nabi-nabi adalah untuk kamu. Lalu bagaimana kita memahaminya? Mari pahami dengan teliti, mari pahami dengan berujung pada Kristus. Ini bangunan teologi yang dimulai oleh Paulus yang terus dibangun dalam sejarah gereja. Itu sebabnya Paulus mengatakan “saya adalah pelayan bagi kamu, supaya kamu mempersembahkan hidup kepada Tuhan supaya bangsa-bangsa menjadi milik Tuhan di dalam iman dan di dalam tingkah laku”. Lalu Paulus mengatakan di dalam ayat yang ke-16 juga, “supaya kamu diterima oleh Tuhan sebagai persembahan yang berkenan yang disucikan oleh Roh Kudus”, ini juga bagian penting. Roh Kudus membuat semua pengertian yang benar berdiam di dalam kita. Roh Kudus menggerakkan kita untuk menjalankannya. Roh Kudus adalah Roh yang selalu menjadi suara yang kecil karena kita memilih untuk tidak dengar Dia. Ketika Saudara mempunyai dosa dan kecenderungannya di dalam diri, Roh Kudus itu suara yang mengingatkan kita akan Firman “hei jangan lakukan itu, jangan katakan itu”. Dua hal, perbuatan dan perkataan yang buruk jangan dilakukan, yang buruk jangan dikatakan. Roh Kudus terus mengingatkan “jangan biarkan ada tindakanmu yang menunjukkan kamu milik setan. Jangan biarkan ada perkataanmu yang menunjukkan kamu milik setan. Sebab kamu bukan milik setan”. Di dalam pengertian kafir dari seluruh bangsa bangsa non-Yahudi, mereka menyembah berhala dan mereka percaya berhala punya kaitan untuk pilihan tindakan mereka. Mengapa kamu bertindak begini? “Ada dewa-dewa”. Mengapa kamu melakukan ini? “Ada dewa-dewa”. Mengapa kamu jahat? “Karena ada dewa-dewa”. Mengapa kamu jahat? “Karena ada dewa amarah dalam diri saya”. Mengapa kamu baik? “Karena ada dewa penyabar dalam diri saya”. Semua dikaitkan dengan dewa. Tapi Paulus mengatakan tidak ada dewa-dewa, yang ada adalah satu-satunya Allah Pencipta langit dan bumi. “Kalau cuma ada satu Allah, lalu bagaimana saya bisa memahami tindakanku dihadapan Dia?”, Paulus mengatakan “kalau Roh Kudus bekerja dalam dirimu, maka firman Tuhan akan mungkin kamu aplikasikan. Hanya kamu mesti dengar ketika Dia bekerja”. Kepekaan mendengar Tuhan adalah kepekaan mendengar suara Roh Kudus. Tuhan berikan kita Roh Kudus untuk menguduskan kita, Roh Kudus sudah membenarkan kita, menyatukan kita dengan Kristus, Lalu setelah itu Roh Kudus secara konsisten memberi nasehat. Kadang memberi nasehat melalui khotbah di mimbar, kadang melalui mengingatkan Firman di dalam hati kita. Tapi Dia tidak pernah tidak bekerja. Jangan tutup Dia, jangan membuat Dia diam, jangan buang nasehat. Maka Roh Kudus akan selalu menasehati “jangan lakukan, jangan katakan, jangan berbuat, jangan bertindak, jangan lakukan ini. Lakukanlah yang Tuhan mau”, itu suara yang akan selalu ada dan suara itu akan selalu kita bungkam dengan banyak ide dan pikiran yang kadang-kadang sangat kacau. Sudah dengar nasehat bagus, dibuang, mengapa dibuang? Karena kita lebih pilih kebodohan dari pada nasehat bagus dari Roh Kudus. Maka Paulus mengatakan “tugas saya adalah sebagai alat yang dipakai Roh Kudus untuk membuat kamu juga menjadi murid Tuhan, lewat pekerjaan Roh Kudus”. Roh Kudus bekerja pada Paulus memberikan pengajaran, Roh Kudus bekerja dalam diri kita menerima pengajaran itu. Roh Kuduslah yang segel pengertian Firman di dalam hati kita. Calvin ketika dia berkhotbah, dia sangat percaya khotbah dia adalah khotbah yang hanya berhasil kalau Roh Kudus pakai. Maka dia punya satu prinsip yang dipegang terus, setiap kali dia berkhotbah yaitu dia hanya akan khotbahkan firman dan dia tidak akan membiarkan dirinya masuk ke dalam terlalu banyak. Dia terus khotbahkan Firman dan khotbah dia begitu condence dan kadang-kadang tidak terlalu kelihatan kontekstual. Khotbahnya itu sepertinya umum, dia tidak terlalu banyak address permasalahan di Jenewa. Dia tidak pernah mengatakan misalnya “saudara sekalian, hari ini kita menghadapi ini di Jenewa, saya akan memberikan Firman ini untuk keadaan ini”, tidak. Dia menelusuri firman Tuhan dan hanya membagikan apa yang bagian itu memang maksudkan. Mengapa dia lakukan itu? Dia percaya Roh Kudus menggerakkan itu. Tapi di dalam abad-abad selanjutnya, khotbah para reformator yang paling memberkati itu khotbah Calvin. Mengapa khotbah Calvin? Karena waktu Saudara baca khotbah Calvin, Saudara tidak merasa khotbah ini untuk zaman yang lain. Saudara merasa khotbah itu untuk zaman Saudara. Bayangkan kalau dia terlalu banyak bawa kondisi Jenewa di dalam khotbahnya. Kalau dia bawa kondisi Jenewa, misalnya dia berkhotbah “saudara hari ini kita berduka, maka firman ini untuk kita”. Kita yang baca tidak mengerti mengapa ini dikatakan begini, berduka apa? Saya tidak berduka jadi firman ini bukan untuk saya”, ada kesan itu. Maka Calvin berkotbah dengan menekankan pesan dari firman Tuhan dan dia serahkan Roh Kudus untuk sambungkan ke dalam hidup. Jadi Saudara ingat baik-baik, Roh Kudus akan memakai firman untuk nyambung dengan kehidupan Saudara, cuma Saudara perlu kepekaan. Kadang-kadang orang mengatakan “saya tidak mengerti Kitab Suci, bagaimana ini diaplikasikan? Saya kurang mengerti khotbah hari ini, bagaimana ini diaplikasikan?”. Satu-satunya cara Saudara bisa mengerti bagaimana mengaplikasikan adalah latih dia untuk mendengar suara Roh Kudus. Suara apa? Suara tiba-tiba ada bisikan angin “Aku Roh Kudus”, apakah begitu? Tentu tidak. Suaranya adalah suara yang mengingatkan firman. Kalau Tuhan memberikan peringatan, dengarkan. Kalau Tuhan mengatakan kepada Saudara “jangan lakukan”, jangan lakukan. Kalau Tuhan peringatkan “berani lakukan”, berani lakukan. Ini mesti ada, kita mesti peka mendengar bagaimana Roh Kudus membentuk kita melalui firman yang sudah kita dengar. Maka Paulus mengatakan “saya dianugerahkan Tuhan menjadi pengajarmu, karena saya mau ubah cara berpikir yang terlalu banyak dikuasai berhala, sekarang dikuasai oleh Tuhan”.

« 4 of 5 »