Dan Taurat ini bukan cuma mengekang dan membinasakan kita, Taurat ini pun membangkitkan kebencian di dalam kita. Ini unik, yang Paulus bahas di dalam ayat 5 dikatakan “waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa”, ini kata yang unik, hawa nafsu bisa juga ditafsirkan penderitaan. Dan Paulus akan pakai penderitaan di pasal 8 dengan kata yang sama. Jadi kata yang sama di pasal 8 berarti penderitaan, di pasal 7 artinya hawa nafsu. Menaati Taurat akan membuat Saudara mengalami penderitaan dengan pengharapan, pasal 8, “tidak akan ada apa pun yang memisahkan kita dari kasih Tuhan”. Sedangkan di pasal 7, kalau kamu tidak taat kepada Taurat, maka yang kamu alami bukan penderitaan tapi hawa nafsu, sangat unik. Hawa nafsu itu ada di ujung yang lain yang berlawanan dengan penderitaan. Penderitaan orang saleh itu bentur dengan hawa nafsu orang berdosa. Paulus mengatakan ketika kita hidup di dalam natur yang lama, kamu dirangsang oleh Taurat untuk menjalankan dosa, ini sesuatu yang aneh. Hawa nafsu dosa dirangsang oleh Hukum Taurat. Paulus mengatakan “Hukum Taurat membuatmu berdosa karena kamu ada di ujung yang lain dari kesetiaan”. Orang yang setia akan melihat Taurat dan mencintai Taurat. Orang yang melanggar akan membenci Taurat. Dan bagi Paulus tidak ada posisi netral, entah engkau mencintai perintah Tuhan atau engkau membenci dan sengaja akan melawannya. Jadi Paulus punya tafsiran tentang dosa yang berbeda dengan tafsiran etika. Orang-orang di dunia moral akan mengatakan kebobrokan tingkah laku itu adalah penyimpangan terhadap norma yang seharusnya, jadi kamu sedang melakukan penyimpangan. Tapi bagi Paulus, kita tidak hanya menyimpang dari Taurat, kita sengaja melawan Taurat, kita tidak tahu itu tapi itu yang kita lakukan. Paulus mengatakan “kamu tidak hanya menyimpang, kamu sengaja melawan Taurat”. Engkau mempunyai kecenderungan untuk sengaja memberontak kepada Tuhan. Sesuatu yang semakin muncul sebagai pemberontakan itu adalah ujung dari gunung es di dalam laut. Kelihatannya kecil, tapi apa yang di bawal laut itu yang lebih besar. Apa yang Tuhan inginkan, kita lawan dengan sengaja, kita tidak mau itu, kita berontak, kita bentur dengan yang Tuhan inginkan. Dan kita bukan cuma dalam posisi netral, kita berada dalam posisi bermusuhan dengan Tuhan. Itu sebabnya waktu Hukum Taurat mengatakan apa, jiwa kita mau melawan itu. Paulus menafsirkan kita ini berada dalam keadaan yang sangat rusak dulu, karena kita memberontak kepada Tuhan. Taurat yang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan cinta kita, sekarang justru membangkitkan perlawanan kita. Bukan Taurat yang jahat, tapi kita. Jadi apa yang baik, yang Tuhan siapkan untuk kita bergairah akan Tuhan, justru akan memancing gairah yang lain pada diri orang yang memberontak. Jadi ketika seseorang sudah berada di ujung yang lain, bentur dan berlawanan dengan kesetiaan kepada Tuhan, dia sedang berada dalam permusuhan dengan Tuhan. Dan setiap hal di dalam Taurat membangkitkan keinginan dia untuk melawan Tuhan. Tidak ada orang netral karena ini berkait dengan kasih dan komitmen.

Maka kalau Saudara selidiki diri, Saudara akan tahu kekuatan besar yang Saudara miliki untuk mencintai, itu Saudara akan berikan kepada yang lain. Saudara akan sadar sulitnya melawan cinta Saudara kepada yang lain. Kita sadar ini adalah penyimpangan, bukan hanya penyimpangan yang sedikit belok dari apa yang Tuhan mau, ini adalah bentur dengan apa yang Tuhan mau. Tidak ada dosa yang aman, tidak ada dosa yang tidak langsung berlawanan dengan Tuhan. Kata Paulus itu berlawanan dengan keinginan roh karena Injil adalah Tuhan yang mengulurkan tanganNya dan mengatakan “Aku menerima kamu”, lalu kita tepis tangan itu dan mengatakan “saya tidak perlu Engkau, saya perlu diterima oleh orang-orang disekitar saya.” Ini bentur dengan perintah Tuhan. Tidak ada yang tidak bentur. Semua yang kita kerjakan konflik langsung dengan perintah Tuhan, kita tidak sadar. Tapi Paulus memberi tahu, ini yang terjadi, Taurat membangkitkan dosa di dalam dirimu. Jadi salah Taurat? Bukan salah Taurat, tapi salah kamu. Kita tidak sadar bahwa kita membenci Tuhan sampai kita disadarkan oleh Tuhan. Benturan itu ada dalam komitmen hati, bukan ada pada hal-hal mistik klenik yang Saudara bisa alami. Perlawanan kita ada pada komitmen dan hati yang bukan diberikan kepada Tuhan, tapi diberikan untuk melawan Tuhan. Ini yang Paulus katakan, yang Saudara lakukan bukan dikuasai oleh hawa nafsu, yang Saudara lakukan itu dikuasai kebencian kepada Tuhan, engkau tidak suka Tuhan, engkau tidak mau Tuhan. “Tapi kalau saya tidak kenal Tuhan, bagaimana saya mungkin saya membenci Tuhan? Tapi Paulus dalam Roma 1 mengatakan tidak ada orang yang tidak kenal Tuhan, semua orang bisa mengenal Tuhan karena Tuhan menyatakan diriNya, ini Roma 1 jelas sekali menekankan, tidak ada orang tidak kenal Tuhan, mereka sengaja lari dari Tuhan sebab Tuhan menyatakan diriNya. Jadi kalau Tuhan sudah nyatakan, mengapa kita tidak mau kenal Dia? Kita sengaja bentur, kita sengaja melawan Dia. Maka Paulus mengatakan “dirimu yang lama diarahkan oleh Taurat untuk setia kepada Tuhan, tapi karena kamu menyimpang, Taurat menjadi musuhmu dan engkau yang musuh Tuhan, Yang Tuhan perintahkan engkau lawan dengan tindakanmu”.

Lalu apa harapannya untuk kita? Paulus mengatakan “kamu hanya mungkin mengalami mati”, penghakiman dan kematian, itu yang terjadi. Tapi Paulus mengatakan segala hal yang mengikat kamu di dalam keadaan yang lama sekarang tidak berlaku lagi. Taurat yang mengekang, mematikan kamu, sekarang berhenti mengekang dan mematikan kamu karena kamu sudah mati, pelanggaranmu yang lama sudah dibayar. Kristus mati bukan hanya untuk diriNya, Kristus mati untuk kita yang akan Dia selamatkan. John Owen memberikan salah satu sumbangsihnya dalam pengertian Kristologi, dia mengatakan engkau tidak bisa mengambil segala macam bentuk konteks perjanjian lalu terapkan ke Kristus, tidak nyambung. Apa yang Kristus lakukan waktu Dia datang ke dalam dunia adalah Dia sedang mempersiapkan keadaan baru bagi kita supaya kita tidak lagi hidup di bawah kutuk Hukum Taurat, supaya kita dibebaskan dari kutuk itu dan kita menjadi milik Dia sampai selama-lamanya. Jadi yang Kristus lakukan waktu Dia datang ke dunia adalah mempersiapkan sebuah keadaan dimana kita tidak lagi dalam kutuk Hukum Taurat tapi dalam keadaan dibebaskan, ini yang Dia lakukan. Dan semua yang Dia lakukan dari lahir sampai mati di atas kayu salib mesti ditafsirkan dalam pengertian ini. Paulus mengatakan kematian Kristus mengakhiri kutuk dan juga hukuman Taurat bagi kita. Kita mengkhianati Tuhan dan Taurat seharusnya menyatakan murka Tuhan bagi kita. Itu sudah terjadi pada Kristus, tidak terjadi pada kita. Karena waktu Kristus mati, Dia yang melakukan segala yang diperlukan untuk kita membayar penyimpangan kita dari Tuhan. Matinya Kristus ada dalam perjanjian, Tuhan sudah siapkan sebuah perjanjian, dimana di dalam Taurat pun Tuhan izinkan adanya imam yang membawa darah Kristus. Maka bagi John Owen sangat penting mengenal Kristus sebagai Imam karena itulah yang sedang Dia lakukan, membawa umat pilihan untuk berada dibawah kekepalaanNya. Maka yang Kristus lakukan adalah meniadakan kesetiaan yang lama dengan diri kita yang lama, yang dirusakan oleh ketidak-setiaan kita sehingga kita menjadi mirip dengan Adam dan juga manusia di dunia ini. Waktu kita menjalankan kesetiaan bukan kepada Tuhan, Taurat mengutuk kita. Dan Kristus datang untuk mengembalikan kita dari keadaan itu kepada keadaan yang baru. Di dalam kekepalaan Kristus, kita sekarang diikat perjanjian dengan Dia. Ini yang unik, tadinya kita diikat perjanjian dengan Allah, kita menyimpang sehingga kita dibawah kekepalaan Adam, kita ada dalam natur keberdosaan kita. Lalu Kristus datang dan mengembalikan kita bukan langsung kepada Allah tapi kepada Dia. Ini yang mungkin membingungkan, Kristus menebus kita dari kutuk Hukum Taurat supaya kita menjadi milik Dia, menjadi milik Kristus. Jadi Taurat sekarang tidak lagi memunyai tuntutan atas kita, kita adalah orang-orang yang sudah mendapatkan kematian lewat matinya Kristus. Dan sekarang kita berada dalam keadaan baru, yaitu keadaan diikat dalam kesetiaan kepada Kristus. Ini yang Paulus katakan dalam ayat ke-6, sekarang kita melayani dalam keadaan baru. Kita sekarang milik Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati agar kita berbuah bagi Allah. Jadi keadaan lama kita sudah berhenti, ketidak-setiaan kita kepada Tuhan sudah berhenti, dan sekarang kita milik Kristus, sekarang kita diikat dalam perjanjian yang baru. Perjanjian yang baru dengan Kristus, bukan lagi yang lama. Perjanjian baru ini adalah titik mula yang baru dimana Taurat akan kembali mengarahkan kita untuk menjadi umat yang mencintai Tuhan, fungsi Taurat tetap sama. Jadi yang Paulus tekankan di sini adalah kita mati dalam keadaan kita yang lama, bukan mati bagi Taurat. Bagi Taurat yang dimaksudkan Paulus adalah dalam pandangan Taurat kita mati. Karena aneh kalau Paulus memberikan contoh bahwa hukum berlaku ketika dua orang masih hidup, berarti orang itu diikat perjanjian dengan orang lain dan hukum itu yang memastikan perjanjian itu. Tidak ada orang diikat perjanjian dengan hukum itu sendiri. Sehingga kalau Saudara membaca “kita ini sudah mati bagi Taurat”, tadinya kita menikah dengan Taurat lalu kita mati, sekarang kita bangkit, kita menikah dengan Kristus, itu tidak nyambung. Taurat memelihara relasi kita dengan Tuhan, dan kita hancurkan itu, maka Taurat mengekang kita dan Paulus mengatakan “bukan cuma Taurat mengekang kita, kita pun mengekang Taurat, kita mau bentur dengan Taurat”. Tapi kita mati di dalam Kristus, Taurat tetap ada, peraturan.

« 3 of 4 »