Lalu di dalam bagian selanjutnya dikatakan bukan saja untuk kemurkaan Allah, bukan cuma karena kamu takut dimarahin Tuhan lewat pemerintah, tapi juga karena suara hati nurani. Dengan tulus kita mengatakan “saya perlu orang yang lebih mampu untuk atur saya”. Pemimpin punya kemampuan menginspirasi orang, mendorong orang ke arah yang dia mau, kalau jahat menjadi jahat, kalau baik menjadi baik, pengaruhnya besar. Dan pengaruh ini yang Tuhan berikan lewat orang-orang tertentu. Maka kalau jadi pemimpin, Saudara tidak boleh keluarkan kalimat “Mengapa orang ini seperti ini? Mengapa dia begini terus?”, kamu harus pimpin dia, termasuk para suami. Suami tidak boleh mengatakan “Mengapa istriku seperti ini?”, kamu harus pimpin dia. Kamu jadi sumber yang menginspirasi dia menuju kebaikan. Suami mesti punya kemampuan merayu, suami kalau tidak punya kemampuan merayu, terus bagaimana caranya membuat istri menjadi baik? Paksaan? Tidak boleh pakai cara itu. Ancaman? Alkitab mengatakan tidak boleh pakai cara itu. Hai suami, kasihilah istrimu, kalau kamu mau istrimu berubah, cintailah dia. “Dia kok cerewet?”, kalau begitu kamu inspirasi dia untuk menjadi pendiam, caranya bagaimana, silakan pikir sendiri. Tapi Saudara tidak boleh pakai kekerasan. Suami harus jadi pemimpin yang baik, pemimpin yang baik melakukan apa? Menginspirasi orang untuk berubah, menggerakan orang untuk berubah, bukan mengancam orang untuk berubah. Mengapa tentara takut sama raja? Karena raja kuasai banyak orang. Mengapa dia kuasai banyak orang? Bukan pakai gertakan, tapi pakai kesehatian. Yang lain boleh digertak, tapi tidak boleh ada yang tidak sehati. Raja yang tidak punya teman sehati sudah akan hancur tahtanya dalam beberapa hari. Raja mesti punya teman sehati, sehingga orang-orang takluk kepada dia. Ada yang takluk karena takut, ada yang takluk karena rela. Kalau Saudara jadi pemimpin, semuanya takluk karena takut, Saudara punya kepemimpinan cuma bertahan harian atau bahkan mungkin jam, sudah akan ada revolusi dan tidak ada yang peduli kamu, lalu kamu akan dibunuh. Ini yang jadi kasus dari banyak pemimpin.

Tapi Saudara kita tahu ada sisi lain dimana pemerintah itu harus dikritik. Alkitab banyak bicara soal kritik pemerintah dan kejahatan pemerintah, tapi Roma 13 ini unik, seperti satu ajaran yang mengagetkan, karena Paulus mengatakan hormati pemerintah. Mengapa? Karena arum, cerdik dari Tuhan lewat Roh Kudus penuh pada mereka, dengan hati nurani taat. Maksudnya rela taat, bukan takut baru taat. Ini yang Tuhan nyatakan di ayat yang ke-5. Dan ayat 6 dan 7 “Itulah sebabnya maka kamu membayar pajak”, maksudnya adalah ketaatanmu bukan untuk uang. Kamu taat pemerintah? “Saya taat pemerintah karena pemerintah membuat aturan yang membuat saya sukses”. Bayangkan kalau pemerintah membuat aturan siapapun orang yang agamanya Kristen, bisnisnya diberikan potongan pajak, kita mengatakan “ini baru pemerintah baik, ini pemerintah ideal”. Mengapa orang Kristen diberi potongan pajak? Itu jahat. Maka Paulus mengatakan takutlah dengan bukan uang motivasinya. Kamu rela taat sama pemerintah? “rela”, rela bayar pajak? “rela”, berarti kamu tidak mementingkan pemerintah demi ekonomimu. Kamu mementingkan pemerintah demi keadilan. Kamu mendukung pemerintah demi damai sejahtera, bukan demi kantongmu. Siapa yang setia sama pemerintah demi kantong, dia bukan orang Kristen yang baik. Siapa yang setia pada pemerintah demi damai sejahtera rakyat dan juga demi keadilan di tengah masyarakat, dia orang Kristen yang baik. Kiranya Tuhan membimbing kita makin mengerti bagaimana orang Kristen harusnya melayani Tuhan. Tuhan memberkati kita. 

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 5 of 5