Tuhan tidak menciptakan kita di dunia steril atau setelah kita beriman kepada Tuhan Yesus, Tuhan kirim perlindungan lalu ular tidak bisa berinteraksi dengan kita, tidak begitu. Kita akan terus bertemu dengan dia, kita akan berjumpa dengan ide-ide yang terdengar manis, kita akan berjumpa dengan keindahan yang dia pamerkan di depan kita dan mengatakan “lihat, ini bagus kan?”, semua keindahan dipamerkan tapi itu palsu. Inilah interaksi yang manusia harus hadapi dan tegaskan kembali komitmen kepada Tuhan. Umat sejati harus menaklukkan yang jahat, inilah tugas umat Tuhan. Tugas umat Tuhan adalah menang dengan berjuang. Maka Saudara tidak bisa mengatakan “terserah Tuhan”, itu seperti kembalikan PR yang Tuhan berikan, ini sesuatu yang ngawur. Tapi apakah kita sanggup mengalahkan kejahatan? Jawabannya tidak, Tuhan yang kerjakan. Namun, ini pengertian penting sekali, sesuatu yang kita nikmati dari pekerjaan Tuhan adalah ketika itu sudah terjadi, Saudara sadar itu Tuhan yang membuatnya. Tuhan yang membuat kita berhasil meninggalkan dosa. Tapi jangan pikir ini di awal, di awal minta tolong kepada Tuhan untuk menguatkan, tapi Saudara harus pikir bahwa kekudusan adalah tugas Saudara. Saudara boleh meminta tolong kepada Tuhan, tapi Saudara harus tanamkan dalam hati “bahwa meninggalkan dosa adalah tugas saya”. Kadang-kadang Tuhan memberikan belas kasihan begitu besar, tapi manusia penerima belas kasihan terus lupa siapa Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhan tidak seharusnya sebaik itu, Tuhan tidak seharusnya sesabar itu. Saudara kalau terus merasa diri layak menerima kebaikan dari Tuhan, akan sulit bersyukur, “Tuhan, mengapa saya kurang diberkati? Orang lain bisa ganti mobil, mengapa saya belum ganti sepeda?”. Saudara mengatakan “saya kurang diberkati oleh Tuhan”, lalu tanya ke Tuhan “mengapa belum diberkati?”, itu benar-benar keterlaluan. Bagaimana kita bisa bersyukur kalau kita terus merasa orang yang layak terima kebaikan Tuhan lalu lupa dosa kita sendiri. Kita punya tugas tinggalkan dosa, tinggalkan kecemaran, tinggalkan kehidupan yang lama. Kita tahu kita tidak mampu, tapi ini tugas. Kalau ini tugas saya, saya harus lakukan. Tapi bagaimana kalau saya tidak mampu? Kita bersyukur karena Tuhan penuh belas kasihan, Tuhan akan menuntun kita, sabar kepada kita. Tapi jangan permainkan kesabaran Dia. Dia sabar, tapi mari menjadi orang yang menikmati Tuhan dengan menghargai setiap kesabaran yang Tuhan berikan. Dengan mengatakan “Tuhan, di dalam kesabaranMu saya mau bertumbuh dan saya bersyukur karenanya”. Tuhan begitu penuh kemurahan hati, Dia menerima kita, Dia membentuk kita dan Dia layakkan kita menjadi milik Dia. Dia tuntun kita dengan penuh kesabaran. Dan waktu Saudara berjuang untuk tinggalkan dosa, berjuang untuk hidup yang baru, Saudara sadar akan ada progres. Ini yang Calvin tekankan Institute of Christian Religion, menyangkal diri setiap hari, pikul salib setiap hari. Waktu kita punya komitmen memperjuangkan itu, kita sadar 2 hal. Pertama kita sadar kelemahan, kedua sadar progres tetap ada. Mengapa tetap ada progres, mengapa saya bisa semakin cinta Tuhan? Saudara bisa tahan mendengar khotbah yang tidak terus-terusan tentang yang lucu-lucu, tentang motivasi hidup yang omong kosong. Kalau bukan Tuhan yang mempertumbuhkan, tidak mungkin punya konsistensi dan komitmen untuk datang kebaktian. Jadi Saudara akan sadar pertumbuhan akan tetap ada, tetap ada perubahan. Ini membuat kita sadar “saya umat pilihan, karena Tuhan sudah mengerjakan apa yang menjadi keadaan saya sekarang. Dan saya tahu Dia akan terus kerjakan sampai kesempurnaan”, ini yang Tuhan mau nyatakan. Maka doktrin predestinasi justru penting di sini. Saudara diingatkan kembali, saya dipilih oleh Tuhan, maka ada perubahan, maka ada pertumbuhan yang sudah terjadi. Doktrin predestinasi bukan untuk membuat Saudara melempar tanggung jawab dan mengatakan “Tuhan yang pilih, Tuhan yang kerjakan ke depan, terserah Tuhan”, tidak, Saudara berjuang, Saudara bekerja. Tapi Saudara sadar, waktu Saudara selesaikan pekerjaan ternyata Tuhanlah yang kerjakan ini selama itu. Apakah Tuhan cuma mengatakan “kamu mesti berubah, sekarang kamu punya hidup yang baru”, lalu Dia diam? Tidak. Kekudusan kita adalah pekerjaan Tuhan, tapi kalau kita lupa tanggung jawab, kita akan terjerumus di dalam sebuah keadaan yang memercayai nasib dan bukan Tuhan. Kita menjadi orang fatalis yang percaya kekuatan nasib meniadakan pilihan pribadi, meniadakan bijaksana diri, meniadakan pertimbangan ke depan. Tuhan lebih kuat dari nasib dan Tuhan adalah pribadi yang beserta dan menyertai kita. Ini yang kita sadari, Tuhan senantiasa bekerja di dalam diri saya. Tapi jangan pakai ini untuk pertimbangan kekudusan ke depan, membuat engkau menjadi pasif. Yang harus dilakukan adalah berjuang dengan segala intelektual yang Saudara miliki, segala kekuatan niat yang Saudara miliki untuk meninggalkan dosa. Banyak orang berstrategi dalam bisnis, berstrategi mengembangkan usaha, tapi mengenai mengalahkan dosa, “serahkan ke Tuhan, biar Tuhan yang mengatur”, tidak, Saudara mesti berstrategi. Dosamu apa, mengapa melakukan itu, bagaimana menanganinya, bagaimana mengalahkannya? Perlu ada pertimbangan karena Tuhan memberikan kepada kita intelektual. Lalu bagaimana punya niat, bagaimana mengembangkannya? “Saya mudah jatuh karena pergaulanku begitu busuk”, mengapa bergaul di situ, siapa yang memaksa bergaul di situ? “Kalau saya tidak bergaul di sini, nanti saya tidak punya jaringan untuk mendapatkan uang”. Kalau begitu silahkan sembah dewa uangmu dan korbankan kekudusanmu, silahkan pilih yang mana, pilih hidup atau mati. Jika engkau terus beralasan untuk memilih mati, selamat mati. Tapi jika engkau berjuang untuk pilih hidup, silahkan menikmati pimpinan Tuhan. Maka setelah Saudara berhasil mengalahkan dirimu yang lama, baru Saudara sadar ini Tuhan yang kerja, Tuhan melembutkan hatiku, Tuhan membersihkan jiwa saya, Tuhan membersihkan hati saya. Untuk apa Tuhan melakukan itu? Untuk menunjukkan kuasaNya kepada umatNya, sehingga umatNya sadar “saya punya Tuhan yang lain dengan berhala”. Ini yang kita perlukan, Saudara perlu taste of victory like this, Saudara perlu cicipan bahwa Tuhan yang mengerjakan dalam diri kita. Dan Saudara tahu tidak ada berhala, tidak ada sistem, tidak ada apa pun di dunia yang bisa membuat kita lebih baik. Tidak ada yang bisa membuat kita menjadi a better person, tidak ada yang bisa membuat kita lebih baik selain Tuhan. Maka kalau engkau menyembah uang, menyembah karier, menyembah apa pun, tidak jadi lebih baik, tapi semakin busuk, buruk, bobrok, kacau. Dan jangan pikir dosa itu hanya sesuatu yang kelihatan buruk yang disepakati publik. Banyak dosa yang menyembunyikan diri sangat baik, begitu pintar menyembunyikan diri sehingga kita tidak sadar. Sombong adalah salah satunya, kesombongan itu dosa yang bahaya sekali. Jika engkau semakin percaya kepada Tuhan, semakin tahu mesti runtuhkan kesombongan, mungkin Tuhan akan hantam dengan terus permalukan kita supaya kita sadar “saya tidak punya hati yang harusnya menyenangi kesombongan”, tidak ada gunanya sombong. Tuhan membentuk kita bukan hanya untuk menghindari diri, bukan hanya untuk mengalahkan dosa-dosa yang kelihatan jelek, tapi juga dosa-dosa yang secara diam-diam masuk dan seringkali kita toleransi. Maka mari berjuang melawan dosa. Dan kita akan sadar ketika kita sanggup melakukan, Tuhan sedang bentuk hati kita, Dialah yang mengontrol segala sesuatu, Dialah yang mengerjakan kehendakNya. Dan apa yang Tuhan sudah kerjakan membuat kita mengantisipasi pekerjaan final Tuhan.

Apa kesenangan hidup manusia? Jeremy Begbie mengutip teolog lain mengatakan, “iman adalah mendengar musik masa depan, tetapi menarinya sekarang” Kalau musiknya masa depan, mengapa menarinya sekarang? Karena sangat yakin musiknya akan datang. Ini namanya iman, Saudara sangat yakin Tuhan akan perbaiki segala sesuatu. Lalu mengapa bersenang sekarang? Karena sekarang saya mulai mencicipi kenikmatan dari pekerjaan final Tuhan nanti. Begbie mengatakan seni adalah cicipan yang menguatkan kita akan masa depan sempurna dari Tuhan. Jadi kalau Saudara mengatakan “saya senang lagunya bagus”, kita tanya “bagusnya kenapa?”, kalau itu memberikan cicipan dari kesempurnaan pekerjaan Tuhan di masa depan yang dimasukkan ke dalam pergumulan kita saat ini, itu lagu bagus. Tapi kalau tidak ada kaitan dengan pergumulan saat ini, lalu berkaitan dengan kesempurnaan masa depan, itu lagu yang sempit, mungkin bisa menghibur tapi tetap sempit. Kalau kita percaya Tuhan akan kerjakan segala sesuatu dengan tuntas, sempurna pada akhirnya, dan kita akan menuju ke sana karena umat pilihan, kita akan menikmati dibentuk oleh Tuhan sekarang, menikmati apa yang Tuhan sudah lakukan saat yang lalu, menikmati apa yang Tuhan sudah lakukan sampai sekarang dan berjuang untuk menjadi lebih baik di hari-hari depan. Dan waktu kita berjuang dan berhasil, kita kembali mengatakan “ini Tuhan, Tuhan yang kerjakan”. Dan inilah cara Tuhan mau dipermuliakan di tengah umatNya. Tuhan mau dipermuliakan di tengah umatNya dengan menang bersama umat. Ini pembedaannya, Tuhan mau dipermuliakan di tengah umat dengan cara menang bersama umatNya. Lalu bagaimana dengan orang yang bukan pilihan? Mengapa Tuhan memilih orang untuk dibinasakan, mengapa ada yang Tuhan pilih untuk selamat tapi sebagian Tuhan pilih untuk dibinasakan? Pertama setiap orang berdosa bertanggung jawab atas dosanya, Tuhan bukan pencipta dosa. Westminster Confession of Faith menyatakan ini jelas sekali, Allah bukan penyebab dosa, Allah tidak mencipta dosa, Allah tidak bertanggung jawab untuk kecemaran pikiranmu, itu bukan tanggung jawab Allah. Jadi orang memberontak melawan Dia adalah pemberontakan yang memang dilakukan oleh manusia kepada Tuhan. Mengapa kita percaya Allah memilih sebagian selamat dan sebagian tetap dalam kebinasaannya, bukankah Tuhan yang memilih? Memang, tapi cara Tuhan memilih orang selamat, beda dengan cara Tuhan menyatakan pilihanNya atau membiarkan sebagian yang lain, yang tidak dipilih berada dalam keadaan binasa. Kadang dalam tradisi Reformed ada yang mengatakan “Tuhan cuma pilih yang selamat, yang binasa itu cuma dilewatkan”, sama saja, berarti Tuhan tetap memilih kedua-duanya, karena ini hanya ada 2 opsi.

« 3 of 4 »