Paulus tidak mengatakan “Kristus sudah bangkit, perang selesai”, perang masih berlanjut, dosa tidak bisa mematikan kamu, kamu sudah mati di dalam Kristus, kamu sudah bangkit di dalam Kristus. Dosa akan berhenti mengganggu Saudara kalau Saudara sudah mati dan bangkit nanti. Dan kalau Saudara mati, setelah itu dihukum, maka dosa menang, dia sudah mematikan Saudara dan Saudara terpisah dari Tuhan selamanya, indirect conflict with God’s judgement. Kalau dulu berada dalam konflik dengan God’s creational order, maka Saudara nanti akan konflik dengan penghakiman Tuhan, itu yang akan membuat dosa. Tapi dosa tidak akan menang bagi kita, karena setelah kita mati, dia berhenti mengganggu kita. Dan setelah kita bangkit, diri kita yang baru semuanya menggantikan yang lama. Semua dosa sudah hilang dalam kita. Tapi sebelum itu terjadi, mari matikan dosa, tapi kalau Saudara mengatakan “tidak perlu pak, saya sudah pasti nanti bangkit, dan kalau sudah bangkit pasti sempurna”, iya, tapi dosa mengganggu kamu, apakah kamu mau hidup dalam gangguan? Kamu tidak mungkin nikmati menjadi manusia dengan dirongrong dan diganggu dosa, matikanlah dia. Matikan dia sebelum dia matikan kamu. Hancurkan dia sebelum dia menghancurkan kemanusiaanmu. Tidakkah kita sadar kalau selama ini kita belum menikmati menjadi manusia karena kita terus izinkan dosa menang? Mari berhenti membuat dia menang, matikan dia, kalahkan dia. Saudara tidak bisa nyaman, kecuali Saudara hidup di dalam cara yang Tuhan mau.

Sekarang mari lihat Taurat sebagai yang menuntun kita, sekarang engkau sudah rohani sama dengan Taurat. Taurat akan menuntun Saudara untuk menikmati Tuhan, mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Ini perang yang sedang kita jalankan sekarang dan perang ini bukan perang yang muluk-muluk. Ketika Saudara berperang melawan dosa, Saudara akan sadar Tuhan itu baik. Karena ternyata kemanusiaan kalau dijalankan versi Tuhan itu indah. Jika pernikahan dijalankan versi Tuhan, alangkah indahnya. Jika pendidikan anak dilakukan dengan versi Tuhan, alangkah baiknya. Saudara tidak menjadi orang yang terlalu ambil dari kebudayaan lokal kita, kontemporer kita, lalu menerapkannya dalam hidup, tidak. Saudara akan mencoba menjadi umat Tuhan yang melihat Taurat sebagai penata hidup Saudara supaya Saudara hidup bagi Dia. Dan hanya dari situ Saudara akan belajar mempunyai dampak otomatis keluar, ini kalimat yang indah sekali. Saudara tidak perlu memaksakan orang untuk tertarik sama Saudara, kebanyakan kita gagal di situ. Kita gagal menjadi pribadi yang menarik orang untuk ingin tahu apa itu Kekristenan. Kita menjadi orang yang ekstra menyebalkan karena egonya kita, dan mungkin tidak mau peduli apa pun, pokoknya diriku adalah diriku, saya paling utama. Tapi ketika Saudara mengalahkan dosa di dalam diri Saudara, Saudara mengalami apa yang orang lain ingin alami tapi dia tidak bisa. Jangan anggap ini sebagai mimpi “itu jauh sekali, saya tidak mungkin kesitu”, harus kesitu, harus mengalahkan dosa. Jadi Paulus mengingatkan kembali bahwa perjuangan kita adalah perjuangan mematikan dosa, dosa harus kalah. Tapi jangan lupa, dosa adalah musuh yang sangat brilian, dia akan hantam apa yang membuat Saudara bentur langsung dengan rancangan Tuhan. Tapi dosa akan membuat Saudara konflik langsung dengan itu. Mari kalahkan dia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 5 of 5