Sekarang kita kembali ke problem tadi, ciptaan makin merosot. Lalu sepertinya iman itu makin kuat, “iman saya makin mengarah ke Tuhan, di dalam Kristus saya makin tinggi, di dalam ciptaan saya makin rendah”, apakah begitu? Tidak. Lalu apa yang menjembatani? Bagaimana aku bisa menikmati janji Tuhan ditengah-tengah realita yang sepertinya makin merosot? Kalau ini tidak boleh dipisahkan dengan Kristus, bagaimana aku memahami janji Tuhan? Di dalam Kitab Suci janji Tuhan itu paling kuat dipahami karena Allah secara aktif terlibat di dalam segala proses di dalam sejarah. Tuhan tidak pernah tidak terlibat. Kalau Saudara tanya apa yang Tuhan lakukan di dalam sejarah? Tuhan menyatakan diri itu salah satunya. Tuhan menyatakan diri dengan kehadiran RohNya. Ini yang menjadi pergumulan seorang teolog namanya Karl Barth di abad 20, dia mengatakan kalau Tuhan dan manusia itu beda, Holy other, Tuhan itu beda dengan kita. Lalu Tuhan itu menyatakan firman kepada kita dan firman itu pakai bahasa manusia. Lalu kita tangkap firman pakai bahasa manusia, kemudian kita ciptakan pengertian tentang Tuhan lewat bahasa yang kita terima, akankah pengertian kita tentang Tuhan itu sama dengan Tuhan? Waktu kita mendengar perkataan “Allah itu baik”, kita langsung imajinasikan Allah itu baik, baik konsep saya dan baik di dalam diri Allah itu sama tidak? Kalau sama berarti jangan-jangan Tuhan itu memang cuma bentukan kita. Kalau beda, terus apa gunanya kita tahu? Kalau sama berarti Tuhan dan pikiran kita sama, katanya Tuhan itu beda. Kalau beda berarti pengetahuan itu pun tidak berguna. Setiap firman yang kita dapat cuma bahasa manusia yang tidak mungkin membuat kita mengenal Tuhan. Tapi Barth mengatakan kita menerima firman bukan cuma dari pengertian kita, itu pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus yang menjadikan hal biasa menjadi berkait dengan yang Ilahi. Ini bukan dimulai dari Barth, ini dimulai dari Calvin. Calvin menekankan bahwa Roh Kudus adalah Roh yang membuat ciptaan dan Pencipta menjadi satu di dalam Dia. Makanya Kristus menjadi manusia karena pekerjaan Roh Kudus, ini yang kita akui di dalam pengakuan iman kita, Dia dikandung dari Roh Kudus. Roh Kudus yang membuat Kristus mempunyai tubuh manusia, tubuh yang dimulai dari dalam kandungan. Semua proses manusia dari di kandungan sampai mati di kayu salib, itu Kristus alami. Maka Kristus menjadi manusia, ini tema yang sangat indah, tetapi kemungkinan ini terjadi adalah karena pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus menyatukan yang manusiawi dari Kristus yaitu natur manusiaNya, dengan yang Ilahi dari Kristus, yaitu natur IlahiNya di dalam satu pribadi, yaitu Kristus. Dengan demikian kita tahu Roh Kudus adalah Roh yang menyatukan seluruh realitas surgawi dengan apa yang kita temukan di dunia ini. Maka Saudara kalau ditanya orang Kristen itu beriman kepada apa? Orang Kristen beriman kepada pekerjaan yang Allah senantiasa lakukan, bahkan sekarang. Kita tidak beriman kepada past work, pekerjaan Tuhan yang lalu. Kita tidak beriman kepada pekerjaan Tuhan yang sudah, tapi kita beriman bahwa Tuhan sekarang sedang bekerja, RohNya sedang bekerja. Bekerja membawa realita yang lama menuju ciptaan yang baru. Roh memperbarui segala sesuatu dan sekarang Dia sedang kerjakan itu. Itu sebabnya ketika Saudara beriman kepada Tuhan berarti Saudara beriman kepada pekerjaan Roh Kudus. Lalu apa yang Roh Kudus kerjakan? Roh Kudus menyatukan apa yang di dalam realm ciptaan dengan Tuhan dan ketika Tuhan hadir di tengah-tengah ciptaan, itulah keadaan baru yang Tuhan janjikan. Maka di tengah-tengah pergumulan, bahkan di tengah-tengah ratapan, Yeremia tetap berharap. Mengapa dia tetap berharap? Karena dia tahu Tuhan tidak pernah berhenti bekerja. Bahkan di dalam keadaan buruk pun Tuhan sedang bekerja. “Tuhan sedang bekerja ya? Saya sekarang dikuatkan sedikit karena perkataan Tuhan, tapi adakah cara lain Tuhan menguatkan kita?”. Ada, cara lain adalah sakramen. Sakramen itu yang dinyatakan supaya Saudara dan saya bisa terus melihat dengan mata ada tanda yang membuat kita mempersiapkan diri untuk realita yang sempurna itu. Apa yang dialami ketika kita ikut Perjamuan Kudus? Yang dialami adalah kita semua dapat pecahan roti. Jadi kita dapat roti kecil, roti kecil melambangkan apa? Melambangkan bahwa bagian yang Saudara terima itu dipecah dari yang utuh. Saudara menerima pecahannya, kita ini mendapat pecahan. Mendapat pecahan berarti saya cuma dapat bagian, saya ini cuma sebagian, bukan sebagian separuh, bagian kecil sekali. Dan kalau saya mau menjadi utuh, saya mesti bersekutu dengan yang lain, tidak bisa tidak. Saudara perlu persekutuan karena Saudara cuma pecahan kecil. Lalu pecahan kecil ini pecahan kecil apa? Pecahan kecil roti. Kemudian di cawan ada cairan anggur, roti dan anggur. Roti dan anggur ini melambangkan? Benar ini melambangkan tubuh dan darah Kristus, tapi di dalam pengertian yang lebih luas, roti dan anggur ini melambangkan keadaan ciptaan setelah diolah manusia. Saudara mendapat roti, bukan gandum dan bulir-bulirnya. Dan Saudara dapat anggur sudah diolah menjadi minuman, bukan dapat buahnya. Kita tidak mengunyah gandum dan mengunyah anggur. Mengapa roti? Roti sudah diolah. Roti itu melambangkan ciptaan baru. Gambarannya seperti ini, untuk orang makan roti dia mesti mengolah dulu, ini menjadi seperti gambaran dari pekerjaan Tuhan, untuk ada dunia ciptaan yang baru, Tuhan akan kerja dulu, ada mengolah. Gambaran roti sering dipakai untuk gambaran seperti ini kan, Kerajaan Tuhan seperti adonan roti yang ditaruh ragi, proses membuat roti yang dipakai. Demikian juga anggur, anggur itu adalah olahan manusia. Jadi di dalam roti dan anggur Tuhan menyatakan tanda, tanda bahwa ciptaan baru akan Tuhan kerjakan dan ciptaan baru itu tidak mem-bypass manusia. Roti dan anggur yang dipakai, orang yang kerjakan ini, ini roti dihasilkan oleh manusia, bukan turun dari surga. Ini menjadi simbol bahwa pekerjaan tangan manusia tetap akan Tuhan pakai untuk membuat realita baru itu terjadi. Tuhan tidak mengabaikan perjuangan kita dan Tuhan tidak abai untuk membawanya menuju kesempurnaan. Jadi ketika kita ikut Perjamuan Kudus, kita bukan cuma ingat masa lalu Kristus mati. Kita berharap kepada Tuhan lewat tanda yang kita pegang ini, bahwa realitas ciptaan baru itu nyata, dan roti ini yang menjadi simbol. Bagaimana bisa roti ini menjadi simbol? Karena pekerjaan tangan manusia. Tapi apakah pekerjaan tangan manusia saja cukup? Tidak, Roh Kudus yang mengaitkan simbol ini dengan Kristus. Maka setelah Saudara pegang roti dan anggur, lalu Saudara makan, Saudara harus tahu yang membuat menjadi signifikan itu Roh Kudus. Dengan kata lain, Roh Kudus-lah yang membuat apapun yang Saudara kerjakan yang kelihatan kecil dan tidak berarti menjadi tanda bagi ciptaan baru. Hal yang kita kerjakan sehebat apa pun itu kecil dan tidak berarti. Ada orang yang pekerjaannya kelihatan besar, mungkin menjadi hamba Tuhan besar, atau mungkin menjadi pengusaha sukses yang mempengaruhi karyawan yang jumlahnya sampai ratusan ribu misalnya. Tapi ada juga orang yang kerjaannya kecil, mungkin bersih-bersih atau menyapu, misalnya, atau apapun lah yang dianggap kecil oleh dunia ini. Tapi apakah signifikansi pekerjaan kita itu ditentukan oleh penilaian dunia? Tidak, karena di dalam pandangan Tuhan semua pekerjaan itu kecil. Tapi justru itulah Perjamuan Kudus menjadi tanda bahwa pekerjaan paling kecil yang dihasilkan orang membuat roti kecil ini dan membuat anggur ternyata bisa Tuhan pakai untuk memaknai ciptaan baru. Itu sebabnya ketika Saudara ikut perjamuan Saudara, bukan cuma mengingat masa lalu. Tapi Saudara dikuatkan karena kita akan menikmati Kristus yang mati, menikmati karena ini adalah awal dari ciptaan baru sampai Tuhan datang kembali, ini yang dikatakan Paulus, sampai Tuhan datang kembali. Kapan Tuhan datang kembali itu? Nanti ketika Dia pulihkan seluruh ciptaan. Sambil kita menunggu, kita melakukan apa? Kita dikuatkan. Bagaimana kita dikuatkan? Dengan simbol. Simbol itu menguatkan karena kalau Saudara lihat, misalnya di dalam relasi manusia, simbol itu lebih menguatkan daripada penjelasan. Orang bisa menjelaskan “aku mengasihimu”, tetapi sepertinya penjelasan itu tidak membuat orang terharu sekali, sampai akhirnya diberikan pemberian yang menyatakan cinta kasih. Mengapa roti dan anggur? Karena ini buah tanganmu. Tuhan mengatakan “yang menjadi tanda ini adalah pekerjaanmu hai manusia, kamu yang membuat roti ini bukan Aku. Aku yang menghasilkan gandum, tapi setelah itu kamu yang olah dengan tanganmu”. Saudara akan mengatakan “kan semua juga dari Tuhan, Tuhan yang pakai kita”, iya benar. Tapi Tuhan memakai kita itu something, bukan nothing. Tuhan izinkan kita berbagian di dalam ciptaan baru. Pekerjaan kecil Tuhan pakai menjadi tanda dan tanda ini Tuhan pakai untuk menguatkan kita. Maka setelah Saudara makan dan ketika Saudara makan dan ketika Saudara minum, Saudara tahu ini adalah pekerjaan sederhana dari manusia yang menjadi simbol penting untuk ciptaan baru. Apakah pekerjaan saja cukup? Tidak, Roh Kudus menyertai. Roh yang mengerjakan ciptaan baru, Roh juga yang membuat tanda menjadi signifikan. Itu sebabnya kalau Saudara mengatakan mereka yang membuat roti dan anggur ini pakai tenaga mereka, keahlian mereka untuk membuat roti dan anggur dan Roh pakai untuk menjadi tanda sehingga jemaat Tuhan bisa ikut perjamuan. Bagaimana dengan pekerjaanku? Sama, jika engkau mengerjakan pekerjaanmu lalu Roh memakainya untuk menjadi berkat, barulah Saudara mempunyai kelimpahan bekerja di dalam Tuhan. Dedikasikan pekerjaanmu untuk Tuhan, kalau tidak, tidak ada gunanya. Makin banyak uang yang kamu tabung, engkau tetap kering, dangkal dan kosong. Apa gunanya kerjaanmu tiap-tiap hari? Kamu pikir kamu hebat, “saya orang hebat, saya punya keahlian, saya punya usaha maju”, you are nothing. Kamu tidak ada apa-apa, pekerjaanmu hanya kecil dan tidak ada guna. Kamu mati tidak akan ada yang ingat kamu, tapi jika engkau mengatakan “Tuhan, pakai pekerjaanku, saya mau mati-matian supaya Tuhan menjadikan saya berkat. Saya tidak tahu bagaimana, saya cuma tahu kerjakan ini. Saya tidak mengerti teologi tentang dunia kerja atau bagaimana pekerjaanku berbagian di dalam worldview Kristen. Saya belum mengerti itu semua, tapi saya mau serahkan ke Tuhan. Pakai saya”, maka Roh Kudus akan kerja. Dan di situ pekerjaan Saudara akan sangat signifikan. Sama seperti tanda perjamuan ini. Itu sebabnya ketika Saudara mengatakan ciptaan makin buruk, keadaan makin jelek, pengharapan seperti habis. Apa yang bisa kita harapkan? Tuhan mengatakan “Aku akan perbaiki”. Tuhan tidak mengatakan “lupakanlah, mengapa masih dwell di dalam dunia? Lupakanlah kesehatan tubuh. Lupakanlah kesejahteraan hidup, itu tidak penting. Yang penting iman kepada Kristus”, tidak, Tuhan menjanjikan ciptaan baru. Ketika Saudara mengatakan “saya berduka karena saya tidak bisa bertemu dengan orang yang kasihi lagi”. Tuhan menjanjikan akan ada komunitas sejati di dalam Kristus yang akan kau nikmati dengan sempurna nanti, itu yang jauh lebih penting. Waktu Saudara mengatakan “tubuhku sakit. Bagaimana saya bisa sejahtera di dalam Tuhan?”. Tuhan akan mengatakan, “ketika tubuhmu Kubangkitkan, tidak akan ada lagi penyakit”. Waktu Saudara mengatakan “keadaan di dunia ini begitu kacau, bagaimana saya bisa tenang?”. Tuhan mengatakan “bersabar, karena Aku akan ubah semuanya”. Itu sebabnya Perjamuan Kudus sangat penting bagi iman Kristen. Karena setiap kali kita makan roti dan minum anggur ini, kita mengingat ciptaan yang baru.
Bagian akhir dari khotbah ini, apa kaitan ciptaan baru dengan Kristus? Kita beriman kepada Kristus, lalu Tuhan menjanjikan ciptaan baru, apa koneksi kedua hal ini? John Duns Scotus mengatakan seluruh ciptaan itu Tuhan akan berikan bagi Kristus. Mengapa diberikan untuk Kristus? Karena Dia rela mati untuk menggenapkan rencana Bapa. Jadi Bapa mengatakan “AnakKu, Aku mengasihi Engkau. Dan Engkau bukan cuma AnakKu, tapi Engkau juga yang taat kepadaKu. Engkau rela menjadi manusia, Engkau rela mati di atas kayu salib, Engkau merendahkan diri di dalam keadaan sangat rendah, maka Aku menghargai itu”. Sehingga Sang Bapa memberikan seluruh ciptaan bagi Kristus, Dia menjadi Raja bagi surga dan bumi”. Yesus mengatakan “segala kuasa di sorga dan bumi telah diberikan kepadaKu”. Mengapa surga dan bumi diberikan kepada Kristus? karena Bapa mencintai Kristus. Sekarang saya tanya apakah Kristus hanya berkuasa di sorga? Tidak, juga di bumi karena Dia akan datang kembali kedua kali? Lalu pertanyaan kedua, akankah Bapa memberikan bumi yang kacau balau, hancur tidak karu-karuan kepada Sang Anak? “Oh AnakKu, Engkau rela mati, Engkau sudah berkorban. Aku mencintai Engkau, ini bumi”. Lalu yang Yesus lihat “mengapa kacau begini ya?”, “oh iya, Aku tidak sanggup membenahinya, sudah terima apa adanya”, tidak bisa seperti itu. Kristus dan Sang Bapa dan Roh Kudus mengerjakan ciptaan baru ini. Kristus melakukan itu lewat mati, Roh Kudus melakukan itu lewat menyempurnakan ciptaan Tuhan, dan Bapa melakukan itu lewat penciptaan dan penopanganNya. Dan ketika bumi itu sempurna, Dia akan berikan kepada Kristus, memang melalui Kristus juga. Tapi inilah pemberian Tuhan kepada Kristus dan Saudara dan saya ada di dalam Kristus, maka kita menjadi pewaris bumi ini. Dan Tuhan tidak memberikan lokasi yang kacau balau, tapi yang sempurna. Apa yang kurang dari dunia ini? Selain keadaan yang sempurna di dalam fungsi, bumi ini juga kekurangan kehadiran Tuhan. Tapi pada waktu ciptaan baru diberikan Tuhan akan hadir. Tuhan hadir dan segala yang kacau akan menyingkir. Ini yang kita sukai dari janji Tuhan. Tuhan tahu saya perlu konteks hidup dan konteks hidup yang saya perlukan adalah tempat yang penuh damai di mana Allah hadir, inilah shalom. Maka saya beriman Tuhan akan kerjakan ini dan beriman karena apa? Karena Tuhan berjanji. Apakah janjiNya saja yang Tuhan berikan? Tidak, Tuhan juga berikan sakramen. Kiranya Tuhan membimbing kita melihat kesatuan kita dengan Kristus lewat Sakramen Perjamuan Kudus menjadi pengharapan karena kita akan mewarisi langit dan bumi yang baru di dalam Dia. Kiranya Tuhan memberkati.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)