Gereja juga ada dalam tahap ini. Gereja perlu belajar kembali melihat bagaimana Tuhan memberikan aturan, prinsip, Firman, dan arahan. Saudara ‘bebas’ tetapi kebebasan mengasumsikan adanya aturan. Jangan terima konsep dunia yang salah. Dunia ini memang ada hikmat yang dari Tuhan, tetapi dunia ini juga ada teori rusak dari setan. Dunia adalah tempat di mana berkat Tuhan dan kekacauan setan seperti disatukan di satu tempat. Saudara harus punya bijaksana untuk memilih yang mana berkat Tuhan secara umum, dan yang mana kekacauan setan yang diizinkan Tuhan terjadi, yang harus kita singkirkan. Maka kalau dunia mengatakan “bebas”, yang dimaksudkannya adalah bebas tanpa aturan. Ini bukan kebebasan sejati. Karena tanpa aturan, kebebasan jadi absurd dan bahkan kacau. Seperti ikan yang ingin berenang bebas, memerlukan air. Tanpa air, dia tidak punya kebebasan untuk berenang, bahkan dia akan mati. Itu sebabnya kebebasan tidak ada gunanya jika tidak ada keteraturan yang menjadi hukum. Israel dibebaskan dari Mesir untuk menikmati Taurat Tuhan. Taurat bukanlah belenggu yang mengekang mereka, melainkan Taurat menyukseskan kebebasan dan membuatnya menjadi riil. Itu sebabnya dengar Firman, dengar Taurat, dengar aturan Tuhan, maka Saudara akan bebas.
“Tetapi, Saya merasa dibelenggu. Saya sulit menjalankan Taurat, karena masih beginner.” Kita merasa dibelenggu karena kita belum dewasa. Jalankan terus, lama-lama Saudara menjadi dewasa dan sanggup, serta menikmatinya. Orang yang dewasa imannya merasa Taurat itu sebagai hiburan dan kesenangan. Mazmur 1 mengatakan “berbahagialah orang yang kesenangannya ialah Taurat Tuhan.” Aturan Taurat bisa membuat kita senang. Dan kesenangan itu membuat hidup kita berlimpah. “Berbahagialah kamu yang senang aturan firman Tuhan”. Itulah kebebasan sejati, yaitu aturan ditambah kerelaan. Inilah prinsip yang Paulus tekankan. Martin Luther, dalam karyanya On Christian Freedom, mengatakan “Orang Kristen adalah orang yang bebas terhadap siapapun, tetapi dia rela menjadi hamba bagi semua orang. Orang Kristen adalah orang yang tidak diatur oleh ikatan apapun tetapi rela mengikat diri demi orang lain. Ini namanya kebebasan.”
Paulus mengingatkan bahwa orang Korintus dan orang Makedonia sudah bekerja, berdagang, berusaha dan dapat uang, sedikit-sedikit dikumpulkan baik-baik, sengaja berhemat, dan tidak mau sembarangan. Sekarang sesudah uang terkumpul, terdengar berita orang di Yerusalem yang dianiaya, banyak yang menjadi pengungsi, ditampung tanpa jelas siapa yang memelihara. Maka orang-orang Makedonia dan Akhaya mulai tergerak untuk memberikan bantuan kepada mereka. Lalu setelah mereka berikan kepada Paulus dan rombongannya, Paulus berkata “Saya bersyukur karena kamu rela, tapi ini kewajibanmu”. Mengapa ini sebuah kewajiban? Karena mereka memberikan dengan rela. Artinya mereka sudah mengalami kebebasan Kristen. Kebebasan Kristen yaitu kebebasan yang dijalankan dengan rela adalah kewajiban. Maka kalau ditanya apakah kewajiban bagi orang Kristen untuk beribadah? Iya. Tetapi apakah ada yang mengancam Saudara supaya beribadah? Tidak. Tetapi, waktu kewajiban dijalankan Saudara merasa tidak ada beratnya menjalankan ini, karena ini adalah kebebasan Kristen. Maka di sini hal yang pertama, yaitu pelayanan dari orang Akhaya dan orang Makedonia yang rela memberikan persembahan.