Maka Paulus mengatakan “bagaimana dengan bapa leluhur kita Abraham? Apakah dia dibenarkan (being righteous, menjadi benar) karena perbuatannya? Tidak”. Mengapa tidak? Karena dia tidak punya anak, jadi bisakah dia punya dasar untuk berharap? Tidak. Tapi apa yang dikatakan Alkitab, Tuhan yang bilang “Aku akan berikan anak untuk engkau”, Tuhan yang kerja, bukan Abraham yang sudah punya banyak. Ini hanya ada Abraham sendirian di hadapan Tuhan, dia hanya punya satu istri dan tidak punya anak. Kemudian Tuhan mengatakan “Akulah perisaimu, Abraham. Siapa yang membuat pekerjaan baik? Aku. Siapa yang kerjakan pekerjaan di bumi? Aku, bukan engkau. Maka Aku akan memberikan engkau anak, lihat bintang di atas langit”, dan Abraham melihat. Abraham percaya sebuah sistem yang berbeda dengan apa yang orang Yahudi percaya di abad pertama. Orang Yahudi percaya “Tuhan membenarkan saya, karena lihat apa yang sudah saya lakukan”. Sedankan Abraham percaya karena “lihat apa yang Tuhan kerjakan”. Lain, orang Yahudi mengatakan “lihat apa yang sudah saya capai dan kerjakan”, sedangkan Abraham, Tuhan yang mengatakan kepada dia “lihat apa yang akan Aku kerjakan. Dan itu iman, Abraham percaya kepada Allah dan Allah membenarkan dia. Mengapa Allah membenarkan dia? Karena Allah ingin menjadikan dia contoh untuk dunia melihat bagaimana jadinya kalau Tuhan bekerja. Ini menakjubkan sekali, bagaimana jadinya kalau Tuhan bekerja? Itu yang Tuhan mau tunjukan kepada dunia lewat umatNya. Maka ketika kita menjadi umat, bukankah ini hal yang luar biasa indah. Tuhan mengatakan “hai dunia, lihat pekerjaanKu yang akan Aku kerjakan lewat umatKu”. Tapi kalau Saudara melihat ini dengan cara yang berbeda, Saudara akan membebani hidup dengan cara yang tidak perlu. Sehingga Saudara mengatakan “saya harus kerjakan ini untuk memuliakan Tuhan, saya mesti mati-matian kerjakan ini untuk memuliakan Tuhan dan jadinya Saudara tidak punya sukacita. Bayangkan ketika orang Kristen hidup dengan mental berat, beban berat yang mengatakan “saya harus mempermuliakan nama Tuhan, saya mesti kerja ini, mesti lakukan ini dan itu”, kasihan, tapi Tuhan tidak panggil Abraham untuk itu. Tuhan panggil Abraham supaya dunia melihat apa yang akan Tuhan kerjakan. Dan Tuhan bekerja dengan cara yang sangat lambat menurut standar kita yang salah melihat cepat lambatnya pekerjaan Tuhan. Kapan Tuhan memberikan anak kepada Abraham? Setelah puluhan tahun menunggu, Tuhan ingin anak ini dimatikan?”. Tapi Abraham tidak tanya, Abraham hanya tahu Tuhan akan bekerja, dan kalau Tuhan kerja, Tuhan pasti bicarakan apa yang Dia kerjakan. Tuhan tidak mungkin bicarakan sesuatu lalu kerjakan hal yang lain, Dia pasti selaras antara apa yang Dia katakan dan Dia kerjakan. Maka tanpa pengetahuan Abraham bawa anaknya, tanpa pengetahuan akan apa makna yang akan dia kerjakan. Tapi Tuhan mau memberikan contoh yang nanti dipahami oleh para penulis Perjanjian Baru, Tuhan membuat keturunan Abraham sebanyak sekarang yaitu orang-orang yang percaya dalam nama Kristus, bukan lewat anak secara fisik. Karena Tuhan pakai Abraham yang sudah tua dan Ishak adalah anak tunggal yang mau dimatikan. Ini gambaran-gambaran yang indah sekali, bagaimana Tuhan menaklukan bumia? Dengan cara membuat seorang kakek membawa anak tunggalnya untuk disembelih, dan itu saja selesai. Sehingga sampai Abraham tua dan akan mati, dia tidak melihat janji Tuhan akan terjadi, tapi dia punya sukacita. Sukacita karena dia tahu ini soal Tuhan, “Tuhan yang mau kerja, bukan saya”. Dan itu sebabnya aspek yang hilang dari kehidupan orang Kristen adalah ingin melihat Tuhan kerja. Kadang-kadang kita bukan ingin melihat Tuhan kerja, kita ingin mengganti Tuhan, “Tuhan mau kerja apa, sini biar saya kerjakan”, sudah tidak bisa lakukan itu. Kalau Tuhan mengatakan “Aku ingin memenangkan Indonesia”, “sini Tuhan, biar saya menangkan Indonesia, saya akan Injili mulai kepala sampai ekor”. Ini yang sedang dinyatakan, Abraham adalah orang yang dibenarkan oleh Tuhan. Dan apa itu orang benar? Orang benar adalah orang yang bisa melihat bahwa Tuhan bekerja. Tuhan bekerja dengan limpahnya.
Ayat 3 dikatakan, “lalu apakah dikatakan nats Kitab Suci, lalu percayalah Abraham kepada Tuhan dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Ayat 4 “kalau ada orang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah tetapi sebagai haknya”. Orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai upah tapi sebagai hadiah, lagi-lagi kita pakai pengertian kerja dan upah dengan cara yang salah. Apa itu kerja dan upah? Berarti “saya kerja dan setelah itu akhirnya saya mendapatkan upah”. Upah saya adalah sesuatu yang terjadi karena saya sudah kerja, seimbang dan selaras. Kalau saya kerja satu hari, saya akan mendapatkan satu dinar. Maka di dalam sistem upah, saya pikir sistem upah sekarang masih sama tentunya, sistem upah di dalam tradisinya Israel adalah upah menunjukan kerjamu. Jadi kalau kerjamu menghasilkan satu dinar, ini upah yang sesuai. Dan di dalam sistem keadilan dari Taurat, orang harus mendapatkan upah sesuai dengan yang dia kerjakan. Dia tidak boleh mendapatkan kurang dari apa yang dia kerjakan. Kalau dia sudah kerja keras, ada upah yang dia dapatkan dan dia tidak boleh dapat kurang dari itu, itulah namanya keadilan. Ketika orang memakai pola tadi, kerja lalu dapat upah, upah itu akan dipastikan selaras dengan pekerjaannya. Bayangkan berapa berapa upah yang harus dihasilkan oleh orang-orang percaya, oleh umat Tuhan jika mereka mengerjakan sendiri status mereka sebagai umat Tuhan. Kita harus kembali lagi ke pengertian awal, umat Tuhan adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi umatNya. Apa saja yang dikerjakan? Harus hidup menyembah Tuhan saja, lalu yang kedua harus hidup lebih baik dari pada orang lain, ini harus dipegang dulu. Yang saya bahas tentang Abraham dan lain-lain tidak membatalkan dua hal ini. Abraham tetap harus hidup beda dengan umat yang lain, Abraham harus menjadi kelompok yang lewat dia Tuhan bekerja. Maka tuntutan untuk hidup lebih baik dari orang lain itu tetap Tuhan berikan, Tuhan tidak cabut itu. Maka kalau pakai pengertian tadi bahwa saya kerja setelah itu saya mendapatkan hasilnya. Saya umat Tuhan, “apa tandanya kamu umat Tuhan?”, “saya sudah kerjakan”, jadi orang-orang ini berpikir karena saya sudah kerjakan, upahnya adalah saya jadi umat Tuhan. Upah ini menunjukan hasil kerja saya. Ini yang Paulus mau nyatakan kepada orang Yahudi bahwa Abraham menjadi bapa leluhur mereka karena janji Tuhan, bukan karena kemampuan dia punya keluarga besar. Ketika orang Kristen menyadari tentang kekuatan Tuhan dan kemampuan Dia bekerja, orang Kristen akan menjadi umat yang melaluinya Tuhan bekerja. Dan itulah iman.