Sekarang kehidupan di Bait Suci tidak lagi dijalankan oleh orang Kristen di dalam bentuk simbol lagi. Mengapa tidak lagi dalam bentuk simbol? Karena perwujudan secara personal, perwujudan hidupnya sudah datang. Di dalam perkataan dari Mark Zuckerberg, ia mengatakan bahwa dia sedang menciptakan sebuah dunia yang akan menjadi embodiment dari internet. Jadi apa yang Saudara bisa akses lewat internet atau lewat realitas apapun yang Saudara bisa akses lewat handphone atau lewat internet atau lewat laptop atau lewat screen apapun, sekarang dia akan buat jadi perwujudan nyata, ini kira-kira yang jadi gambaran dia. Berarti di dalam hati manusia ada kerinduan supaya segala hal yang berbentuk simbol, screen, flat, hal yang datar bisa dinikmati secara hidup. Hal yang sifatnya simbol bisa dinikmati di dalam kehidupan yang nyata. Ini berarti ada kerinduan itu dalam diri kita tanpa kita sadari. Dan Tuhan yang menciptakan manusia, Tuhan tahu bahwa kita bukan cuma perlu simbol, kita juga perlu perwujudan nyatanya, embodiment-nya. Tapi apakah Mark Zuckerberg bisa mewujudkan itu? Tentu tidak, perwujudan itu hanya mungkin dikerjakan oleh kehidupan Kristus, mewujudkan simbol-simbol yang sudah dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Itu sebabnya di dalam Perjanjian Baru Saudara dan saya tidak lagi menjalankan simbol. Mengapa tidak lagi menjalankan simbol? Karena perwujuda nya sudah ada. Terus apa yang kita jalankan? Jalankan perwujudannya. Sekarang setiap ibadah di Bait Suci ada paralelnya di dalam kehidupan Saudara. Saudara tidak lagi bawa kambing atau sapi atau domba lalu bawa ke imam untuk disembelih, tapi Paulus mengatakan di dalam Roma 12, Saudara membawa tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, inilah ibadahmu yang sejati. Jadi Paulus konsisten mengatakan ibadah dan hidup itu paralel, apa yang imam lakukan di Bait Suci sekarang kamu lakukan di dalam kehidupanmu sehari-hari. Lalu di dalam Bait Suci ada simbol dunia, di dalam Bait Suci ada tanah dan laut. Tanah dan laut ini di pelataran. Ada tempat membakar korban yang disebut tanah. Kemudian ada tempat wadah untuk menaruh air yang dibuat di atas 4 pilar yang bentuknya sapi, ini disebut dengan laut. Kalau Saudara baca Perjanjian Lama, Saudara akan melihat itu di Keluaran. Saudara akan melihat Tuhan memakai istilah tanah dan laut, “buatlah tanah itu menjadi mezbah untuk membakar korban. Buatlah laut itu dengan kedalaman berapa dan dengan lebar berapa”, ini simbol. Simbol ada dataran, ada darat dan laut. Lalu di ruang suci ada simbol langit, ada warna langit, tirai yang memisahkan ruang cuci dengan ruang mahasuci adalah tirai berwarna biru dan ungu, ini adalah simbol dari warna langit dikala senja. Kemudian ada tujuh nyala lilin dari lilin yang ada 7 nyala api. Dan ini melambangkan 7 benda langit yang dilihat oleh orang Israel pada malam hari. Ada matahari, ada bintang, ada bulan dan ada 4 planet yang terlihat secara mata telanjang. Ini adalah lambang dari langit. Berarti ruang suci adalah lambang langit, pelataran adalah lambang bumi lalu ruang mahasuci adalah lambang surga. Berarti Bait Suci merangkum seluruh ciptaan. Maka imam yang melayani di Bait Suci menjadi simbol untuk Saudara yang melayani di dunia. Itu sebabnya hidup Saudara hari demi hari adalah perwujudan dari ibadah di Bait Suci. Itu sebabnya sekarang Bait Suci tidak perlu dibangun lagi, kita tidak perlu ribut dengan orang Islam mengatakan “ini tempat suci orang Kristen juga, bangun Bait Suci di sini”. Tuhan mengatakan “tidak perlu, kamulah Bait Suci, hidupmu sehari-hari adalah ibadah imamat itu. Kamulah bangsa yang kudus, umat yang terpilih, Imamat yang Rajani, umat kepunyaan Tuhan sendiri, “berarti hidupku sehari-hari paralel dengan pelayanan imam di Bait Suci. Berarti apa yang disimbolkan di situ sekarang diwujudkan dengan nyata oleh hidup saya. Tapi dari Bait Suci yang simbol ke dalam kehidupan saya sulit dikaitkan, kecuali ada imam besar yang memimpin kita dan dialah Kristus. Itu sebabnya di dalam pikiran Paulus kehidupan Kristus adalah bukti bahwa sekarang ibadah di Bait Suci bisa dibawa ke dalam kehidupan kita hari demi hari dengan kekuatan dari RohNya yang kudus. Itu sebabnya di dalam pasal 15 Tuhan menekankan pengertian yang penting kalau kamu membuat ada urutan, ada yang rohani baik, ada yang rohani kurang, ada yang imannya dewasa, ada yang imannya kurang. Ini harus kita bawa di dalam skema pengertian ibadah di Bait Suci. Kalau engkau datang di Bait Suci, engkau akan melihat ada beberapa lapisan orang yang datang, yang pertama adalah imam besar, dia paling utama, dialah satu-satunya yang boleh masuk ke ruang Mahasuci di dalam hari raya penebusan dosa. Lalu layer kedua, yang lebih rendah dari imam besar, adalah kelompok imam yang bukan imam besar, mereka boleh melayani di dalam ruangan meskipun bukan ruang Mahasuci. Mereka dapat menyalakan 7 lilin itu, mereka makan roti sajian di dalam ruang suci, mereka juga yang menyalakan ukupan menjadi asap wangi yang melambangkan doa, jadi ini level kedua. Orang paling utama imam besar, orang nomor 2 yang tidak sepenting imam besar adalah imam. Orang nomor tiga yang tidak sepenting imam adalah seluruh rakyat Israel yang hanya boleh hadir di pelataran. Lalu orang nomor 4 adalah bangsa-bangsa lain yang hanya boleh hadir di dalam lingkup yang khusus, lebih pinggir dari Israel. Ini merupakan skema yang dibuat di dalam Taurat, ruang Mahasuci boleh dimasuki imam besar, ruang suci boleh dimasuki imam, pelataran untuk orang Israel dan ruang tempat khusus bangsa lain lebih pinggir. Maka orang Yahudi akan dilatih untuk melihat ada level di dalam lingkungan masyarakat, lingkungan sosial Israel, paling utama, nomor dua, nomor tiga, nomor empat. Siapa paling utama? Imam besar. Siapa nomor dua? Para imam. Siapa nomor tiga? Orang Israel. Siapa nomor empat? Bangsa lain. Berarti bangsa lain itu yang paling rendah, paling hina. Orang Israel yang lumayan mulia, imam yang lebih mulia, imam besar yang paling mulia. Berarti siapa yang kuat secara iman, secara rohani? Tentu imam besar. Siapa yang kuat nomor dua? Tentu para imam. Siapa yang kuat nomor tiga? Tentu orang Israel. Siapa yang paling rendah, paling lemah? Tentu bangsa lain.

Sekarang Paulus merombak pengertin ini untuk diwujudkan di dalam hidup. Merombaknya dengan cara apa? Dengan cara membalikkan insting berpikir kita yang salah. Insting berpikir kita yang salah akan mengatakan “tempat paling atas adalah tempat paling bagus, karena tempat itu bisa kita gunakan untuk power. Saya bisa punya kuasa atas orang lain, saya bisa perintah orang lain, saya bisa suruh orang lain kerjakan yang saya mau”. Maka kita identikan tempat utama dengan kemungkinan untuk punya posisi penting berkuasa. Ini yang menjadi satu isu yang disadari oleh banyak pemikir di zaman postmodern, mereka menyadari kalau orang sudah punya kuasa akan cenderung memanipulasi kuasanya untuk membuat orang tunduk kepadanya. Apa pun yang mendongkrak dia untuk menjadi tinggi, itu akan dia pakai sebagai kendaraan untuk berkuasa. Engkau dianggap tinggi karena engkau jago berpolitik, maka orang yang dianggap tinggi akan membuat kuasanya kekal dengan memanipulasi politik untuk tetap melayani dia. Orang yang dianggap tinggi karena agama, akan memanipulasi agama supaya dia tetap dihargai sebagai orang puncak di dalam masyarakat. Jadi struktur masyarakat, mana tinggi mana rendah, itu secara insting akan kita tafsirkan sebagai kemungkinan untuk jadi orang utama, jadi orang penting, jadi orang yang bisa mengatur, jadi orang yang bisa hidup lebih baik dari yang lain, jadi orang yang bisa punya uang lebih banyak dari yang lain, ini adalah insting yang separuh benar. Karena meskipun orang yang di puncak adalah orang yang menikmati banyak hal, tetapi orang yang di puncak juga secara alamiah, ini kita masih bicara tentang alam, belum Alkitab. Secara alamiah juga dia mesti berani pikul yang lebih sulit. Tidak ada pemimpin hidup lebih mudah dari pada orang di bawahnya. Tidak ada orang yang mendapat tempat tinggi, hidup lebih gampang dari orang yang dibawahnya. Orang mungkin mengatakan “mana? Banyak pemimpin hidupnya enak, santai-santai, tenang-tenang”, tidak. Orang yang ada di atas tidak bisa santai dan tenang. Dia punya risk jauh lebih besar dari orang di bawah, dia punya tanggungan jauh lebih besar dari orang yang dibawa, ini yang seringkali tidak dilihat. Maka orang melihat posisi sebagai keuntungan, kalau tinggi untungnya besar, kalau rendah untungnya jelek. Jadi saya mengejar posisi tinggi karena itu menguntungkan. Tetapi Paulus merombak cara berpikir itu dengan mengatakan “mari menafsirkan ibadah di Bait Suci dari sudut pandang Kristus”. Bagaimana menafsirkannya dari sudut pandang Kristus? Paulus mengatakan di ayat yang kedua, “setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama”, dan dia langsung melanjutkan di ayat 3 “karena Kristus juga”, ini sentralnya di Kristus. Paulus adalah pemikir yang menekankan Kristus sebagai cara memahami hidup. Bagaimana mengerti hidup? Dengan Kristus, Kristologi adalah aplikatif. Jadi Saudara tidak bisa mengatakan “doktrin tidak penting”, karena doktrin itu aplikatif. Saudara kalau tidak mengaplikasikan doktrin dalam hidupmu, Saudara sedang mengaplikasikan teori lain. Teori itu tidak pernah cuma teori, teori tanpa disadari sudah dihidupi oleh kita. Waktu kita mengatakan “ah, teori”, itu sebenarnya kita sedang mengatakan “teorimu tidak cocok dengan teori saya”. Semua orang berteori, semua orang punya ide, semua orang punya worldview. Dan dia akan diterapkan teori dia di dalam hidup. Jadi tidak ada orang yang tidak punya teori, dia sedang jalankan teori yang dia pikir. Maka kalau Saudara mau lihat apa yang Tuhan arahkan untuk kita pahami, Tuhan mau kita berikan tempat untuk teori kepada doktrin yang benar. Doktrin yang benar harus menjadi teori hidup Saudara. Tuhan menghakimi kita karena lack of perseverance, kurang bertekun, itu selalu jadi alasan Tuhan menghakimi kita. “Mengapa kamu kurang bertekun, mengapa kamu malas, mengapa kamu tidak kelola, mengapa kamu tidak bertekun?”, itu yang akan menjadi alasan Tuhan menghakimi. Itu sebabnya waktu saya belajar mengganti teori saya yang lama dengan doktrin, sulit bukan main. Bukan cuma sulit karena kita kurang pintar, sulit karena kita terlalu rasa pengertian itu tidak penting. Terlalu mengabaikan kesempatan untuk mengubah pola berpikir dengan mendengarkan khotbah yang baik atau membaca buku yang baik. Semakin kita dibentuk, makin kita sadar ternyata teori hidupku pelan-pelan diganti oleh pengertian doktrin atau pengertian Kitab Suci. Pdt. Stephen Tong mengatakan gerakan yang baik perlu tiga hal, salah satunya adalah doktrin yang kuat, hal lain adalah strategi yang lincah. Doktrin yang kuat itu penting sekali, teori yang kuat menggerakkan seluruh gerakan yang pernah ada di dalam dunia ini. Maka Kekristenan harus digerakkan oleh doktrin yang kuat. Itu sebabnya Paulus mengaitkan antara kehidupan orang Kristen dengan Kristologi. Kristus sangat penting untuk kamu pegang sebagai pengertian utama sehingga engkau dapat memahami itu. Maka biar kita belajar bertekun. Saudara biasakan kalau dengar khotbah mau tangkap 1 poin tapi mengerti bagaimana seluruh khotbah itu menekankan 1 poin itu. Ini kadang-kadang menjadi kesulitan kalau mendengarkan khotbah seperti yang saya khotbahkan, Saudara mendengar seperempat, setelah itu Saudara menghilang, entah apa yang terjadi, mungkin Saudara pergi keluar, mungkin ke toilet atau pindahkan mobil karena disuruh atau apapun. Lalu kembali lagi, cuma lewat 5 menit. Tapi Saudara merasa seperempat yang sudah dengar di awal tidak make sense sama sekali. Lalu Saudara merasa buang waktu dengar seluruh khotbah karena ada bagian terpotong. Maka perlu ketekunan dengar semuanya. Coba perhatikan baik-baik, waktu Saudara tata pikiranmu dengan cara yang benarm Saudara dapat buah jauh lebih limpah dari apapun. Mengerti Tuhan dengan benar jauh lebih baik daripada mendapatkan apapun di dalam hidup. Maka ubah cara berpikir, engkau tidak bisa beretika tanpa berkristologi. Engkau tidak bisa punya moral yang baik tanpa punya Kristus yang engkau mengerti dengan tepat.

« 2 of 4 »