Roma 13 ayat 8-10, “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga. Tetapi hendaklah kamu saling mengasihi sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga sudah tersimpul dalam firman ini yaitu kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat”. Eksposisi Taurat yang Paulus lakukan mulai dari pasal 12 sampai seterusnya adalah eksposisi yang sangat indah karena Paulus membagikan sudut pandang dari orang yang sudah kenal Tuhan ketika dia ingin mempelajari tuntutan Taurat. Tuntutan Taurat adalah tuntutan yang Tuhan masih tuntut dari orang Kristen karena Taurat adalah bagian dari perjanjian yang Tuhan berikan kepada umatnya. Maka Israel adalah umat Tuhan dan Tuhan berikan Taurat kepada mereka. Orang percaya adalah umat Tuhan maka Tuhan juga berikan Taurat kepada mereka. Tetapi di dalam zaman Paulus terutama di dalam surat-surat Paulus, Saudara akan melihat ada kritik yang cukup besar, bahkan sangat besar dari Paulus kepada Taurat atau kepada hukum, kata nomos dipakai di sini. Dan orang Yahudi mengerti nomos itu sebenarnya adalah nama untuk Taurat. Jadi apakah Paulus sedang mengeritik Taurat dengan mengatakan Taurat tidak lagi berlaku karena tuntutannya adalah tuntutan untuk orang Israel bukan untuk kita. Paulus tidak kritik Taurat, tapi Paulus kritik penerapan Taurat oleh pemimpin Yahudi yaitu Taurat adalah cara untuk memamerkan identitas Israel. Kalau Taurat dilihat sebagai cara untuk memamerkan identitas Israel berarti bangsa lain tidak berhak mendapatkannya, kecuali bangsa lain menjadi Israel dulu. Sekarang Paulus punya satu teologi yang sangat unik yaitu membahasakan kembali Taurat tetapi untuk setiap bangsa. Jadi di dalam Roma ada seruan Paulus misalnya kalau ada bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal hukum Taurat tetapi dorongan hatinya menjalankan Taurat maka dia dibenarkan oleh Tuhan. Tuhan anggap ia setia menjalankan Taurat biarpun dia tidak dapat informasi tentang perintah-perintah Taurat. Orang kafir yang menghormati orang tuanya sudah memenuhi hukum hormatilah orang tuamu. Sedangkan orang Yahudi yang dapat hukum hormatilah orang tua, tapi tidak jalankan, mereka pelanggar Taurat. Orang kafir yang menghormati hak orang, orang kafir yang menghargai orang miskin, yang menolong orang yang lemah adalah orang-orang yang sudah menggenapi Taurat. Sedangkan orang Israel yang sudah dapat Taurat gagal menjalankannya. Seringkali kita membaca Alkitab dengan kacamata selamat tidak selamat, tentu itu juga satu pengertian yang Alkitab bagikan, apakah orang di luar Kristus selamat? Tidak. Tetapi Paulus mau mengingatkan orang di luar Kristus bisa bertindak mentaati Taurat tanpa mereka sadari. Ini merupakan persiapan dari Paulus. Pada bagian awal Paulus mengatakan kalau ada bangsa lain tidak mengerti Taurat, tidak pernah tahu ada Musa, tidak pernah tahu ada Israel, tidak pernah tahu peristiwa di Gunung Sinai, tapi mereka menjalankan maka Tuhan anggap mereka jalankan Taurat. Ini yang Paulus mau siapkan supaya pembacanya melihat ketika orang-orang bangsa-bangsa lain menjadi Kristen karena percaya Kristus, mereka juga adalah pemilik Taurat. Jikalau mereka menjalankan hukum kasih, maka mereka sudah memenuhi hukum. Paulus memakai pengertian hukum, baik untuk Taurat dan kasih. Jadi kasih pun ada hukumnya. Paulus menyoroti, “Kalau kamu melihat Taurat sebagai aturan yang membanggakan identitas, saya hebat karena saya punya Taurat dan saya jalankan. Maka kamu gagal memahami hukum karena kamu tidak interaksikan Taurat dengan kasih. Jadi Paulus memberikan tawaran atau memberikan teologi yang sangat indah. Taurat mesti diparalelkan dengan kasih dan disatukan, tanpa kasih Taurat tidak jalan, tanpa Taurat kasih juga tidak jalan. Ini bagian yang kita sering luput, Taurat hilang sekarang, dan pakai kasih. Akhirnya kasih itu jadi konsep abstrak, kita mengerti tuntutan kasih tapi kita menafsirkannya berdasarkan pikiran dan kehendak kita. Kita merasa kita sudah cukup mengasihi karena strategi dan juga cara yang kita pikir sudah benar. Jadi kita kurang standar untuk kasih, karena kita pikir kasih harusnya bebas tidak pakai standar. Kalau kamu melakukan sesuatu karena ada aturan berarti kamu kurang mengasihi, tapi kalau kamu rela menjalankan dari hati, itu baru kasih. Tapi tidak demikian yang Paulus ajarkan, Paulus mengajarkan adanya aturan ketat untuk mendeskripsikan kasih. Saudara sudah mengasihi kalau Saudara sudah memenuhi tuntutan ini. Saudara belum mengasihi kalau Saudara belum memenuhi tuntutan ini. Maka kasih, kalau kita lihat tidak ada kaitan dengan ketenangan dan juga gairah hati. Saudara belum tentu tenang hatinya menjalankan kasih, Saudara belum tentu dipuaskan gairah hatinya menjalankan kasih, karena ketenangan dan gairah hati kita mungkin saja masih dikuasai oleh dosa. Jadi kalau hati kita masih dikuasai oleh dosa maka kasih tidak bisa dikaitkan dengannya. Saudara tidak bisa mengatakan “saya sudah mengasihi karena saya sudah melakukan apa yang saya suka”, tidak bisa. Mengapa tidak bisa? Karena engkau dituntut standar mengasihi yang Kitab Suci berikan.
Sekarang yang kita perlu pikirkan standarnya itu apa? Karena kalau kita baca Taurat ada banyak sekali aturan di situ, bolehkah kita pilih? Kalau kita boleh pilih, pilih berdasarkan apa? Ini yang menjadi pergumulan dari para teolog Kristen dari awal teologi dikembangkan setelah Alkitab selesai ditulis. Karena orang-orang Kristen di abad yang kedua, abad ketiga banyak berinteraksi dengan orang Yahudi. Mereka mengatakan “Hei orang Yahudi, Yesus itu Juruselamat, Yesus itu Mesias”, lalu mereka membuktikan dari Kitab Suci, orang-orang Kristen ini membuktikan “Lihat di Yesaya dikatakan Dia seperti ini, lihat di dalam Mazmur dikatakan Dia seperti ini. Dia harus menderita, Dia sekarang sudah di surga ditinggikan, menggenapi Mazmur 2. Dia sudah dipulihkan dari mati, Dia sudah dibangkitkan seperti yang dinyatakan di dalam Yesaya 53”, ini yang mereka berikan sebagai argumen. Tapi orang Yahudi berikan argumen balik dari Taurat, “lihat yang selamat adalah orang Israel. Jadi Mesiasmu kalau bener Dia Mesias, hanya akan berguna bagi orang Israel. Lalu kalau kamu mengatakan kamu sudah menjadi umat Tuhan, mengapa tidak jalankan Taurat?”, ini jadi membingungkan. Orang akhirnya melihat Taurat sebagai batu sandungan untuk orang Kristen. Ini terbalik, orang Israel melihat salib sebagai batu sandungan bagi mereka, tapi orang Kristen melihat Taurat sebagai batu sandungan bagi mereka. “Mengapa ada Taurat di Alkitab kita? Bagaimana memahami ini?”, akhirnya dari awal teologi Kristen dibangun, salah satu pergumulan yang terus dijalankan, dipikirkan, didiskusikan adalah bagaimana orang Kristen seharusnya melihat perintah-perintah Taurat. Tentu di zaman sekarang kita lihat hal itu tidak lagi menjadi problem yang terlalu besar, karena metode hermeneutika yang ditemukan di dalam zaman kita atau zaman abad 20 akhir mungkin sampai zaman kita atau 20 pertengahan, adalah metode untuk melihat konteks. Intinya metode hermeneutika kita mengatakan kita baca Surat Roma sama metodenya dengan baca Surat Kitab Imamat, mengerti budaya lokal dan mengerti konteks lokal. Dengan pengertian akan budaya lokal dan konteks lokal kita dapat pesan untuk kita sekarang. Jadi sama tidak ada kesulitan bagi kita sekarang, baca Roma harus lihat konteks abad ke-1, baca Imamat harus melihat konteks abad ke-15 sebelum Masehi. Jadi tidak ada problem karena hermeneutika makin berkembang. Tetapi di dalam zaman ketika hermeneutika belum berkembang juga ada bantuan bagi kita untuk memahami Taurat. Bantuan yang paling besar adalah pembagian antara sebelum digenapi dan sesudah digenapi. Ini penting untuk jadi pegangan, waktu baca Taurat Saudara lihat ada yang belum digenapi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Kristus, pengorbananNya, kemudian Bait, aktivitas di Bait Suci. Lalu setelah Kristus datang pengorbanan Kristus menggenapi korban, maka hal-hal yang berkaitan dengan korban membuat kita mengerti Kristus, tapi bukan lagi untuk dijalankan. Atau dengan kata lain semua tulisan di Taurat mengenai aturan korban bersifat Kristologis bagi orang Kristen, membuat kita mengerti natur dari pengorbanan Kristus. Jadi kita tidak lagi menjalankan Imamat sebagai liturgi, tapi kita membaca Imamat sebagai alat hermeunetis atau sebagai pengertian firman untuk membuat kita mengenal apa yang sudah Kritus lakukan bagi kita. Kita akan menjadi sangat jelas dalam memahami salib dan pengorbananNya Kristus. Jadi setiap pengertian dari Taurat masih berguna bagi kita, tapi bukan berguna untuk liturgi ibadah. Lain dengan Israel, Israel melihat itu sebagai liturgi ibadah, ada korban harian, ada korban waktu tertentu, ada kandil yang harus dinyalakan, ada imam yang di dalam waktu-waktu yang khusus, itu semua bagian dari liturgi yang harus dijalankan. Maka kalau orang Kristen ditanya, “Apa guna Taurat bagimu?” Saudara menjawab, “Menjelaskan tentang Kristus”. Kalau mereka tanya “Bagaimana caranya?” Saudara bisa menjelaskan dengan pengertian yang kita dapat dari apa yang Imamat bagikan lalu digenapi Kristus. Korban, Kristus menggenapi, ada penebusan lewat darah yang dibawa oleh imam masuk ke ruang maha suci, Kristus menggenapi mati di kayu salib dan masuk ruang maha suci di surga. Jadi ibadah di Bait Suci adalah miniatur dari realita yaitu pengorbanan Kristus. Ini yang kita pahami, jadi Imamat, Bilangan, Ulangan atau Keluaran yang memuat liturgi Taurat, Taurat sebagai liturgi, itu tidak kita jalankan sebagai bagian dari liturgi kita, tetapi kita membaca dengan sungguh-sungguh sebagai firman Tuhan yang menjelaskan tentang apa yang Kristus lakukan buat saya. Maka kalau kita tidak mempelajarinya, kita akan miskin pengertian tentang Kristus. Kita bisa mengatakan, “Saya beriman kepada Kristus”, “Apa yang Dia lakukan untukmu?”, “Dia mati”, “Mengapa Dia mesti mati?”, “Karena keadilan Tuhan dipuaskan”, bukan cuma keadilan Tuhan dipuaskan. Di dalam Imamat ada begitu banyak hal yang dibagikan, tentang pengudusan, kesatuan dengan kematian, kuasa kebangkitan, semua dibagikan dalam bentuk simbol liturgi. Maka tentu ada perbedaan, liturgi menanti dengan liturgi setelah datang. Saudara kalau pakai liturgi menanti di dalam zaman setelah Kristus datang, tidak akan nyambung. Liturgi sebelum Kristus datang pasti beda dengan liturgi setelah. Pengertian teologi sebelum Kristus datang penting untuk kita pahami apa yang dilakukan Kristus setelah Dia datang. Intinya adalah Paulus mencoba membagikan kalau Taurat tidak lagi dipahami sebagai liturgi maka ada dua fungsi dari Taurat. Fungsi pertama adalah fungsi Kristologis, fungsi memberikan kepada kita pengertian teologis tentang siapa Kristus. Ada banyak bagian dari kehidupan Kristus itu mencerminkan dua hal, yang Yesus lakukan dengan tindakan dan yang Yesus katakan dengan perkataan mencerminkan dia adalah pertama adalah nabi, yang kedua adalah dia sedang menjalankan Taurat sesuai dengan perintah di dalam Kitab Taurat. Itu sebabnya kita mengerti bahwa hal pertama yang dinyatakan Taurat adalah pengertian kristologis, teologi tentang siapa Kristus. Taurat berfungsi memberikan teologi tentang siapa Kristus.