Dan Tuhan mengubah dengan apa? Salah satu yang ditekankan Augustinus adalah dengan kasih. Saudara tidak bisa berubah kecuali Saudara sadar Tuhan mencintai Saudara. Dan Saudara tidak mungkin berubah, kecuali Saudara mencintai Tuhan lebih dari apa pun. Maka James Smith mengingatkan gereja, kita perlu mempresentasikan kasih Tuhan, kita perlu mengingatkan jemaaat bahwa ada kasih yang begitu besar yang akan berdampak baik jika engkau kejar dia. Harap Saudara dan saya semakin dipenuhi oleh kebenaran firman semakin mengerti kasih Tuhan. Lalu semakin mengerti kasih Tuhan semakin mengerti bagaimana saya mesti mengejar kasih itu, bagaimana saya ingin mendapatkan kasih itu. ketika kita mulai memikirkan untuk cinta Tuhan, kita mulai memikirkan untuk meninggalkan cinta kita yang lama. Di dalam pengertian Augustinus, meninggalkan itu bukan dibuang, Tuhan tidak menyuruh Saudara untuk membenci istri, membenci suami, membenci pacar, membenci pekerjaan, cuma masalah ordo prioritas. Tuhan cuma ingin kita turunkan cinta kita yang lain dan naikkan cinta kita kepada Tuhan. Sehingga Augustinus menafsirkan dosa sebagai mencintai yang bukan Tuhan lebih dari pada mencintai Tuhan. Kalimat ini sangat tajam. Augustinus tidak pernah mengatakan orang berdosa adalah orang yang benci Tuhan. Tapi dia mengatakan orang berdosa adalah orang yang mencintai Tuhan dengan derajat cinta yang lebih kecil dari pada cintanya kepada yang lain. Sehingga kita perlu memperjuangkan hati yang benar-benar melihat Tuhan, menyadari cinta yang asli itu ada di mana, menyadari kasih yang sejati itu ada di mana. Sama seperti gambaran yang dibagikan oleh C.S. Lewis, dia mengatakan “jika engkau melihat di jendela ada seorang laki-laki sedang pukul seorang anak, jangan langsung mengambil kesimpulan di dalam rumah itu ada laki-laki jahat. Demikian ketika engkau beralih ke rumah yang lain, engkau melihat ada seorang laki-laki sedang menyuapi seorang anak, jangan langsung mengambil kesimpulan bahwa di rumah itu ada seorang ayah yang mencintai anaknya, belum tentu. Karena di satu sisi mungkin kamu akan lihat seorang ayah yang mencintai anaknya dan mendisiplin anaknya dengan memukul. Di sisi lain ada penculik yang jaga anak supaya tetap hidup dengan memaksa dia makan, supaya uang perasan dari orang tuanya bisa dia dapatkan. Jadi jangan cuma lihat tindakan memukul berarti benci, tindakan memberi makan berarti sayang. Jangan menilai dengan gampang, tapi engkau harus tahu sedalam-dalamnya bahwa cinta sejati membuat orang ini bertindak memukul, sedangkan kecintaan kepada uang, mau memanipulasi orang lain membuat orang yang satunya memberi makan anak yang dia culik. Kita mau coba memikirkan tentang Tuhan, kita pikirkan Dia, kita renungkan apa yang Dia kerjakan, kita renungkan kebaikan yang Dia nyatakan kepada kita. Lalu kita berpikir tentang cinta kasih Tuhan dan mulai tertarik datang kepada Dia. Apa yang dikerjakan dalam gereja adalah membawa Saudara untuk cinta Tuhan. Itu sebabnya kita menyanyi puji-pujian, lalu kita mau coba memikirkan tentang Tuhan, memikirkan apa yang Dia sudah kerjakan. Tapi setan akan membuat kita semua tidak pernah tergerak untuk mencintai Tuhan. Kita akan dibuat terharu akan hal lain, tapi bukan untuk Tuhan. Kita akan dibuat mencintai yang lain, tapi bukan Tuhan. Dan itu tidak kita sadari sebagai hal yang parah. Kita tidak sadari bahwa meletakan Tuhan di bawah yang lain adalah sesuatu yang akan menghancurkan kita sama sekali. Jangan lupa pembunuhan Habel oleh Kain, pembunuhan satu orang oleh Lamekh, penghancuran seluruh manusia karena kekerasan, itu tidak terjadi langsung di awal. Semua terjadi ketika orang memilih memakan sesuatu yang dia kasihi, dia sangat tertarik, dan dia mengabaikan ketertarikan kepada firman. Firman Tuhan tidak semenarik buah, maka Adam dan Hawa memakan buah. Apa yang ada di depan kita lebih menarik dari pada Tuhan maka kita mengambil apa yang ada di depan kita. Tanpa kita tahu bahwa ini adalah jalan menuju kebinasaan. Manusia binasa karena apa? Manusia tidak binasa karena jahat, itu nanti. Manusia binasa karena awalnya dia mencintai yang lain lebih dari Tuhan. Dan selalu kita berpikir, “kalau saya mencintai yang lain lebih dari Tuhan, Tuhan akan marah, Tuhan akan hancurkan saya, Tuhan akan buang saya ke neraka”, tidak harus itu. Kalau kita tidak mencintai Tuhan lebih utama, maka kita tidak menjadi benar. Ini yang Paulus mau argumenkan dalam ayat ke-9 dan seterusnya. Jika saya tidak mencintai Tuhan, saya tidak akan mungkin benar, karnea righteousness, kebenaran yang ada di dalam diri seseorang harus digerakan oleh cinta kepada Tuhan. Maka tanpa cinta kepada Tuhan kita akan pelan-pelan kehilangan kebenaran, terdegradasi, terhancurkan, bukan oleh tindakan Tuhan menurunkan api dari langit, tapi oleh tindakan diri yang lebih suka mencintai yang lain selain Tuhan. Maka pelan-pelan manusia menjadi jahat. Dan kejahatan manusia tidak dimulai dari perbuatan moral yang benar-benar rusak di dalam pandangan dunia. Tindakan jahat manusia selalu dimulai dengan tidak ada keinginan untuk datang kepada Tuhan. Kita adalah makhluk yang harus mencintai, demikian dikatakan Augustinus. Tidak mungkin kita tidak mencintai. Dan begitu komit mencintai yang harusnya diberikan kepada Tuhan tapi diberikan kepada yang lain, pada waktu itu kehancuran hidup manusia akan terjadi. Ketika kita tidak melihat Tuhan sebagai sosok yang real di dalam kasih. Maka kita akan mulai mengganti sosok yang tidak real itu tapi yang kita perlu kenal, dengan yang lain, akhirnya Tuhan akan kita buang, tapi kita akan dirikan berhala. Makanya di dalam Alkitab dari Kejadian-Wahyu banyak menyinggung berhala. Berhala adalah komitmen manusia, hati manusia yang mengganti Tuhan dengan yang lain, hati itu problemnya. Augustinus mengatakan penyembahan berhala adalah problem besar bukan karena ada patung dimana-mana, di tempat suci, di bangsa milik Tuhan. Tapi dosa yang besar itu terjadi karena saya mengganti Tuhan dengan yang lain, lalu hati saya menyukai itu. Apapun yang kita cintai lebih dari Tuhan adalah penghancur bagi masyarakat bukan hanya bagi diri. Itu sebabnya beberapa bagian Kitab Suci, seperti Mazmur, Yesaya seperti yang dikutip Paulus di sini, mulai berbicara tentang siapa manusia. Di ayat 10 dikatakan “tidak ada yang benar, seorang pun tidak”. Ayat 11 “tidak seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah”. Dua hal ini sangat jelas maksudnya. Tidak ada yang benar, apa itu tidak benar? Tidak mikir, tidak punya akal budi. Mengapa tidak punya akal budi? Karena tidak mencari Allah. Tidak pernah merasa bahwa hatiku akan tenteram di dalam Tuhan. Ini penting untuk kita renungkan, apa yang membuat hati kita tenang. Dan ketika kita nyaman di dalam apa pun itu, kita akan dirusak oleh itu. Saudara akan hancur dan rusak karena kenyamanan Saudara tidak berada pada Tuhan. Orang tidak benar tidak bisa mencintai Tuhan, orang tidak benar tidak mungkin mencintai Tuhan, orang tidak benar tidak akan menikmati Tuhan. Maka Tuhan dibuang lalu dia mencari segala hal yang membuat dia tenang, tapi ini membuat rusak. Maka ayat 12 mengatakan “semua sudah menyeleweng, semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak”. Dosa muncul bukan dari orang jahat, dosa muncul dari orang yang tidak mencari Tuhan sebagai tempat dia merasakan tenang.