Maka ketika orang mencari-cari apa yang dia pikir bisa membuatnya tenang, dia mulai jadi jahat. Mengapa dia mulai jadi jahat? Karena dia tidak menemukan diri yang lain, yang membuat dia bisa terbentuk. “Saya punya diri, lalu diri ini perlu belajar dari diri yang lain”. Anak perlu belajar dari orang tuanya, orang perlu belajar dari orang lain, sehingga dia punya teladan. Lalu diri bisa terbentuk berdasarkan teladan yang dia lihat. Ketika orang melihat kepada Allah dan memahami dia lewat firmanNya, dia akan bertemu dengan diri yang sangat agung di dalam kasih. Dia akan mulai belajar apa itu kasih, dia akan mulai mengerti bahwa Allah menciptakan segala sesuatu out of love. Dia akan mulai belajar bahwa profidensia Allah di tengah kehidupan manusia adalah karena cintaNya Tuhan. Dia mulai belajar apa itu pengampunan karena Allah adalah Allah yang mengampuni. Dia mulai belajar apa itu pemulihan karena Allah adalah Allah yang merestorasi. Bahkan dia belajar pengharapan karena Allah adalah Allah yang membangkitkan. Ketika seseorang bertemu dengan Tuhan, semua kebutuhan hidupnya akan menjadi aman oleh karena dia mengenal pribadi yang besar dan agung ini. Tapi ketika kita mengabaikan Tuhan dan mencintai yang lain, kita tidak punya contoh ini. Ketika Saudara mencintai uang, uang tidak memberikan pengharapan kebangkitan. Apa yang kita andalkan menggantikan Tuhan adalah sesuatu yang kita andalkan tanpa kita mikir, kita tidak punya akal budi. Dengan bodoh kita mengikuti apa yang menggantikan Tuhan itu. Ayat 13, makin lama makin parah, ayat 13 ini diambil dari Mazmur ketika Mazmur menceritakan kebobrokan manusia, “kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat menumpahkan darah”. Orang yang tidak kenal Tuhan lalu mendapatkan kesenangan dari hal lain akan membentuk komunitas orang-orang yang juga tidak kenal Tuhan. Tidak kenal Tuhan, tidak mengenal Dia, hanya mengenal komunitas ini, lama-lama komunitas itu akan menjadi komunitas rusak. Orang rusak bertemu orang rusak, akan saling menguatkan. Saya pernah melihat satu kasus yang menyedihkan dimana ada satu orang diskusi dengan orang lain, dan kedua orang ini sama-sama putus asa, tidak bisa saling menolong. Yang satu mengatakan “hidup tidak ada pengharapan”, temannya mengatakan “exactly, betul”, “kamu juga merasakan yang saya rasa?”, “iya”, “wah, kita cocok”. Rasa cocok muncul, tapi seperti yang dikatakan ayat 11, tidak berakal budi. Kamu cocok dengan orang karena kamu nyaman, tapi kamu tidak cocok dengan orang karena orang itu memberikan kamu kemungkinan untuk improve. Jeremy Begbie mengatakan musik itu sangat penting, musik itu membentuk, musik bukan hanya sekedar membuat kita senang. Tapi terlalu banyak orang senang musik, bukan dibentuk oleh musik. Maka saya ingin tanya, Saudara senang musik atau dibentuk oleh musik? Kalau Saudara jawab “saya senang musik”, berarti Saudara sedang salah menggunakan musik. Sama seperti ketika Saudara minum vitamin C dan ditanya “mengapa minum vitamin C?”, “enak, rasanya asam”, vitamin C bukan untuk itu. Demikian juga musik, musik bukan untuk membuat Saudara senang, musik itu membentuk.

Maka Tuhan membangkitkan orang Israel supaya ada perbaikan. Tapi apakah benar ada perbaikan? Ternyata tidak. Ayat selanjutnya mengatakan “kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah”, setelah ini kekerasan menyusul. Kekerasan terjadi karena semua kelompok ingin berkuasa. Mengapa ingin berkuasa? Karena ketika Saudara berkuasa, apa yang Saudara senangi akan Saudara dapat. Kalau Saudara tidak punya kuasa, apa yang Saudara senangi tidak mungkin Saudara dapatkan. Saudara senang uang, dengan kuasa Saudara bisa dapatkan uang. Ketika orang meninggalkan Tuhan, standar mereka akan semakin kacau sehingga mereka tidak pernah hidup di dalam keadaan yang baik dan menyenangkan. Orang sering punya teori seperti ini, misalnya kanibalisme. Kanibalisme adalah praktek dari suku-suku terbelakang yang belum maju, apakah ini betul? Salah. Kalau Saudara baca Raja-raja, kanibalisme adalah praktek setelah meninggalkan Tuhan. Israel zaman Yoram banyak melakukan praktek kanibalisme di dalamnya. Israel zaman Yoram adalah generasi demi generasi setelah Salomo dimana di zaman Salomo semua damai. Jadi siapa bilang kanibalisme dan suku-suku liar itu adalah titik awal. Suku-suku liar itu awal, kemudian suku-suku yang sudah bagus maju, itu yang dirikan peradaban. Bavinck punya teori lain, dia mengatakan ketika orang meninggalkan Tuhan, peradaban pun akan hilang. Akhirnya orang tidak tahu bagaimana hidup dengan beres dan baik, orang tidak lagi melihat bedanya mereka dengan binatang. Dan ketika perbedaan antara manusia dan binatang sudah tidak diketahui, manusia akan rusak. Jadi kekacauan bukan terjadi dari awal, tapi sebagai akibat dari meninggalkan Tuhan. Tepat seperti yang dikatakan oleh Yesaya, seperti yang dikutip Paulus, keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka. Bahkan Tuhan tidak perlu intervensi di sini, Tuhan tidak perlu hukum manusia yang meninggalkan Dia, mereka sudah lakukan itu dalam dirinya sendiri. Mereka hidup di dalam kacau dan rusak.

« 4 of 5 »