Augustinus mengatakan cinta Tuhan adalah cinta yang mencipta. Saudara sulit membayangkan bahwa realita utama itu adalah cinta, kasih. Augustinus menekankan satu tema, yang menjadi pondasi dari segala sesuatu itu Allah. Dan Allah mengidentikan diriNya dengan salah satu sifat yaitu kasih. Allah adalah kasih. Maka kasih menggerakan untuk ciptaan ini bisa bergerak. Ini indah sekali, mengapa matahari pagi terbit kemudian tenggelam, atau dalam pengertian orang sains yang terlalu ketat, mengapa bumi berputar pada porosnya, mengapa bumi mengitari matahari dengan ukuran yang tepat. Mengapa tidak ada keadaan di mana bumi terlalu dekat dengan matahari? Kemudian kita semua menjadi almarhum. Atau bumi menjauhi matahari dan hal yang sama terjadi. Mengapa semua bisa tepat, mengapa hujan tepat waktu, mengapa ini mengapa itu? Augustinus menjawab karena ada kekuatan kasih. Ini indah sekali. Mengapa saya boleh diciptakan? karena ada kasih Tuhan. Mengapa saya mengalami ini di dalam hidup? Karena ada kekuatan kasih. Kasih Tuhan adalah alasan mengapa Dia melakukan yang Dia lakukan. Dengan demikian kasih Tuhan adalah kasih yang mencipta. Dan di dalam pengertian Luther yang meminjam Augustinus, dia mengatakan “Tuhan memilih dan membenarkan kita bukan karena kita sudah benar. Tuhan membenarkan kita karena kasih. Dan kasih Tuhan adalah kasih yang akan memastikan kita akan jadi benar. Sehingga kasih Tuhan adalah kasih yang menciptakan hal dalam diri kita yang akan layak dikasihi Tuhan. Apakah Tuhan layak mencintai orang jahat? Tidak, tapi mengapa Tuhan mencintai orang jahat? Karena akan ada saat dimana dia tidak lagi jahat, melainkan dengan sempurna dikerjakan kebaikan di dalam dirinya oleh Tuhan. Dan itu yang akan menjadi bukti bahwa pilihan Tuhan itu tepat. Luther menekankan bahwa pembenaran itu karena iman, bukan karena prestasi yang kita lakukan. Pembenaran adalah sesuatu yang Tuhan berikan oleh karena Kristus. Kamu sudah benar, dan kamu dibenarkan dengan sempurna oleh Tuhan. Tapi Martin Luther diserang oleh orang-orang yang mengatakan “teorimu membuat orang hidup rusak. Kalau Tuhan sudah membenarkan saya, maka saya sudah benar, saya tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Saya bisa terus jahat dan Tuhan benarkan saya. Saya bisa terus berdosa, dan Tuhan terima saya. Saya bisa terus nakal, jahat dan penuh dengan hawa nafsu, dan Tuhan sudah terima saya. Bagaimana jawabanmu?”. Martin Luther banyak berbicara tentang perbuatan, ketika ditanya “kamu mau disebut apa julukannya?”, Martin Luther menjawab “sebut saya teolog perbuatan baik”. Dia tidak mau dikenal sebagai teolog pembenaran oleh iman “kenali saya sebagai teolog perbuatan baik. Karena saya banyak dorong kamu untuk berbuat baik”. Mengapa Luther banyak dorong orang untuk berbuat baik? Karena pembenaran di awal akan berlanjut dengan perbuatan baik yang Tuhan ciptakan dalam diri seseorang. Ini yang ditekankan dalam Efesus 2, “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan pekerjaan, itu bukan perbuatanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri. Sebab kamu adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang disiapkan Allah sebelumnya”, kasih yang menciptakan. Ini yang ditekankan Luther dan Heidelberg disputation, dia mengatakan orang-orang beriman adalah orang-orang yang melihat hal tak kelihatan dari Tuhan, termasuk pekerjaannya mengubah orang menjadi baik. Saudara akan merasa ada hal yang Tuhan kerjakan sehingga kita berubah, “dulu saya jahat, sekarang saya sudah banyak berubah. Dulu saya kikir bukan main, sekarang saya banyak tolong orang. Dulu saya picik, dulu saya kejam, dulu saya terus curiga sama orang lain, sekarang saya belajar memaklumi, mengasihi, belajar menerima”, ini yang Tuhan kerjakan. Ada orang-orang yang mendapat pertumbuhan cepat, ada yang lambat. Ada yang tertatih-tatih, ada yang lari sprint. Ada yang lari sprint, setengah jalan berhenti istirahat dulu, ada yang jalan pelan-pelan akhirnya menyusul, tapi harus bertumbuh. Saudara tidak bisa mengatakan “saya menerima Kristus 15 tahun yang lalu dan sekarang saya semakin picik dengan orang lain, saya mudah curiga, saya semakin galak, semakin pelit, semakin kejam, semakin keras”, itu pekerjaan apa. Tuhan tidak menciptakan diri yang semakin dicintai Tuhan, Tuhan seperti menciptakan diri yang semakin dibenci oleh Tuhan. Itu tidak mungkin. Maka memang kita harus uji lagi “apakah saya sudah dibenarkan? Kalau saya sudah dibenarkan, seharusnya ada perubahan. Dan perubahan ini muncul dari kesadaran siapa kita sebelumnya. Lalu kesadaran siapa kita harusnya menjadi, seharunya kita seperti apa. Dan kesadaran dari keadaan sebelumnya sampai keadaan sesudahnya, itu tidak ada jembatan, kita tidak mungkin ke sini. Dan dari situ kita mengharapkan belas kasihan Tuhan, Tuhan kiranya mengubah saya.