Kita membaca Roma 11: 29-36, “sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya. Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka. Demikian juga mereka sekarang tidak taat supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan. Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan supaya ia dapat menunjukkan kemurahannya atas mereka semua. Oh, alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah sungguh tak selidiki keputusan-keputusanNNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya. Sebab siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya, atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepadaNya sehingga ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari dia dan oleh dia dan kepada dia. Bagi dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”. Hari ini kita akan berfokus kepada tujuan penciptaan di dalam ayat yang ke-33. Dari bagian yang kita baca di katakan “alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya”. Ini bagian yang dikutip dari Kitab Yesaya, dimana ditekankan bahwa apa yang Tuhan rancangkan beda dengan apa yang kita rancangkan. Apa yang Tuhan siapkan untuk sejarah ini beda dengan apa yang kita tafsirkan dari sejarah. Maka bagian ini sangat penting karena ada banyak hal yang mengagetkan. Kalau kita sudah pelajari di bagian yang lalu, ada banyak hal yang mengagetkan dari rencana Tuhan. Rencana yang kita pikir tadinya cuma satu sisi, “Tuhan panggil Israel. Lalu inilah umat Tuhan dan Tuhan akan berkati mereka dan dari mereka nanti berkat akan sampai ke bangsa-bangsa lain”, dan dengan demikian masih mempertahankan perbedaan antara Israel dan bangsa lain. Israel tetap jadi utama yang lain dapat dari kepenuhannya Israel, Tuhan berkati Israel dan karena sudah limpah maka berkat itu mengalir keluar kepada bangsa-bangsa lain. Tapi Paulus menafsirkan seluruh kisah Perjanjian Lama ini secara Kristologi. Dia melihat Kristuslah yang penuh dan melimpah keluar, bukan Israelnya. Dan argumen dia sangat bagus karena dia mengatakan bahwa Israel gagal untuk menjadi umat, apalagi menjadi umat yang penuh dan berlimpah keluar. Jadi mustahil tafsiran yang mengatakan Israel lah yang utama dan nanti bangsa-bangsa lain akan dapat dari berkatnya Israel. Paulus menafsirkan pekerjaan Tuhan di dalam Israel itulah yang utama, bukan Israelnya. Dan pekerjaan Tuhan di dalam Israel, puncaknya itu Kristus. Sehingga di dalam tafsiran Paulus, semua yang Tuhan janjikan berpuncak kepada pribadi Kristus, Dialah kepenuhan dari janji Tuhan. Dialah sempurnanya Tuhan di dalam perjanjianNya, Dialah kesempurnaan berkat yang Tuhan janjikan. Dari Kristuslah berkat itu mengalir keluar. Sekarang dia tafsirkan lagi di dalam pembahasan kita hari ini bahwa segala berkat yang Tuhan berikan yang mengalir keluar dari Kristus kena ke bangsa-bangsa lain, meskipun bangsa-bangsa lain jahat dan kafir. Tetapi bukan cuma bangsa-bangsa lain, kata Paulus, di dalam ayat yang ke-31 dikatakan Israel pun tidak taat, sekarang mereka berontak supaya mereka juga dapat anugerah yang sama seperti bangsa-bangsa lain. Israel dinyatakan sama dengan bangsa lain, sama-sama pemberontak. Dan sama seperti bangsa-bangsa lain dapat berkat meskipun memberontak, demikian Israel juga akan dapat berkat meskipun memberontak. Ini jadi tafsiran terhadap sejarah yang sangat indah. Kemudian Paulus mengatakan di dalam ayat yang ke-32, “Allah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan supaya ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua”. Allah mengurung orang dalam ketidaktaatan maksudnya apa? Apakah Tuhan memang membuat orang tidak taat? Setelah itu Tuhan mengatakan, “kamu sudah tidak taat lihat betapa besar Aku menganugerahkan kamu berkat. Kamu sudah tidak taat, tapi Aku menganugerahkan berkat”, apakah seperti itu? Apakah ketidaktaatan kita disebabkan oleh Tuhan? Apakah Tuhan yang membuat kita tidak taat? Lalu setelah kita tidak tahu Tuhan mengatakan, “kamu sudah tidak taat, sekarang Aku beri berkat”, kesannya seperti itu, seperti Tuhan dengan sengaja membuat kita tidak taat. Tapi kalau kita tafsirkan ke arah itu, berarti kita gagal memahami pergumulan yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi atau orang- orang pembacanya Paulus, mereka bergumul, mengapa orang Israel dibuang Tuhan? Mengapa sekarang bangsa-bangsa lain dapat datang ke Tuhan? Mengapa kami tidak diberikan pengampunan atau tidak diberikan kebangunan rohani yang besar sehingga seluruh Israel diselamatkan? Mengapa bangsa-bangsa lain yang masuk? Paulus menjawab, isu itu. Jadi ketika kita melihat argumen yang Paulus berikan, jangan lupa bagian sebelumnya. Jangan lupa Paulus sedang bicara apa, setiap kali kita ambil kalimat keluar dari konteks, maka kita akan masukkan begitu banyak pengertian yang spekulasinya tinggi levelnya, yang banyak sekali dugaan tidak terbukti dan akhirnya kita akan simpulkan pengertian yang salah dari kalimat itu. Paulus tidak sedang mengatakan Tuhan membuat kita tidak taat, supaya Dia pamerkan kemuliaanNya. Seorang teolog yang menangani problem ini dengan sangat baik, salah satunya itu adalah Herman Bavinck, di dalam Reform Dogmatics, dia menulis tentang tujuan Allah mencipta dan dia mempunyai posisi yang sangat penting tentang apa makna ciptaan, sehingga banyak teolog besar setelah dia dipengaruhi oleh pikiran Bavinck. Carl Barth dipengaruhi oleh pikiran Bavinck, kemudian teolog-teolog di dalam aliran dari neo- calvinis dipengaruhi oleh Bavinck, juga seorang teolog dari Westminster yaitu Cornelius Van Til sangat terpengaruh oleh pengertian Herman Bavinck. Bavinck adalah teolog yang sangat penting dan dia mempunyai pengertian bahwa segala sesuatu yang Tuhan jadikan ada tujuannya dan tujuannya adalah Kristus. Berarti segala sesuatu yang Tuhan jadikan tujuannya adalah untuk Kristus, semua diberikan untuk Dia. Maka Bavinck mengatakan, dia mengutip dari Ibrani 11: 3 bahwa semua yang kita bisa terima dengan indera kita, dengan mata, dengan telinga, dengan meraba, seluruh alam yang kelihatan ini, seluruh dunia yang kita bisa alami dibuat oleh apa yang tidak kelihatan, yaitu firman Tuhan. Jadi apa yang kelihatan jadi karena ada yang tidak kelihatan yaitu Allah. Bavinck punya argumen bahwa segala sesuatu yang terjadi itu terjadi di dalam rancangan Tuhan atau kalau pakai bahasa sedikit filosofis, ada ide Tuhan tentang seluruh ciptaan, ada di dalam diri Tuhan. Jadi ide tentang ciptaan ini ada di dalam pikiran Tuhan dari kekal, tapi baru Tuhan nyatakan di dalam waktu Dia mencipta. Sehingga seluruh ciptaan ini adalah pernyataan yang terlihat oleh kita dari apa yang Tuhan sudah pikirkan. Tuhan punya rancangan yang sudah total lalu Tuhan wujudkan di dalam sejarah. Ini kalau Saudara bilang “sepertinya saya sering dengar ini”, harap Saudara tahu Bavinck yang pertama populerkan istilah ini. Bavinck yang pikirkan sehingga kita melihat bahwa seluruh ciptaan ini adalah perwujudan dari apa yang Tuhan sudah rancangkan. Tuhan sudah desain, Tuhan sudah rancang, Tuhan sudah punya ide tentang apa yang akan terjadi dan ide Dia itu lengkap. Maka ketika seluruh ciptaan dijadikan, seluruh ciptaan ini adalah perwujudan dari apa yang Dia sudah rancangkan di dalam pikiranNya. Apakah bisa kita katakan ciptaan itu dari kekal sudah ada? Tidak, ciptaan baru ada setelah Tuhan ciptakan, tapi ide tentang apa yang Tuhan mau ciptakan sudah ada di dalam diri Tuhan, dari kekal. Jadi kita tidak bisa bilang bahwa Tuhan berproses, kemudian “lakukan apa ya? sudahlah Aku ciptakan ciptaan”, hal-hal seperti ini kita tidak mungkin pahami dengan tuntas, tetapi Bavinck mengatakan seluruh ide tentang penciptaan itu sudah lengkap dalam Tuhan. Tuhan tidak membuat ciptaan yang setelah dijadikan, baru dipertimbangkan mau ke mana? Dan Tuhan tidak membuat ciptaan sebagai sesuatu yang cuma bagus di awal lalu setelahnya berkembang dengan arah yang Tuhan tidak atur lagi. Tuhan siapkan seluruh ciptaan ini di dalam pikiran Dia, lalu Dia wujudkan dengan tepat dan sempurna sesuai dengan yang Dia pikirkan. Pendeta Stephen tong sering pakai contoh untuk hal ini, yaitu contoh dari seorang arsitek waktu dia mau desain bangunan, dia sudah punya idenya di dalam pikiran, dia sudah pikirkan semua dan waktu dia rancang, ini rancangan mewujudkan secara kelihatan apa yang dia punya di dalam pikiran dia yang tidak kelihatan. Ini gambaran yang sedikit mirip dengan apa yang kita bisa pahami dari Tuhan. Allah sudah punya desain dan Dia wujudkan desain itu.Tapi kalau begitu ada problem, apakah desain Tuhan memang mewajibkan adanya dosa? Adanya kejatuhan, adanya pemberontakan, adanya kekacauan, apakah ini include di dalam? Apakah ini termasuk desainnya Tuhan? Ini problem yang dari dulu jadi problem yang sulit di dalam teologi. Mengapa desainnya Tuhan seperti ada errornya? Kalau Saudara membuat rumah, misalnya mendesain sebuah rumah, lalu ternyata ada bocor karena Saudara salah perhitungan panjang atap, bukankah ini kesalahan desain? Maka sulit bagi kita untuk menjawab bagaimana desain Tuhan yang sempurna itu ternyata melibatkan ada banyak kekacauan.