Kita bersyukur hari ini, hari dimana kita mengingat kembali Reformasi. Hari ini tanggal ketika Martin Luther memberikan 3 tulisan. Tulisan pertama itu tulisan mengenai kritik dia terhadap kardinal Albrecht. Tulisan kedua adalah surat terbuka atau surat yang dia tujukan kepada kardinal. Dan yang ketiga adalah tesis mengenai mengapa indulgensia itu tidak bisa diterima. Itu yang kita kenal sekarang sebagai 95 tesis. Ini merupakan satu cara Luther untuk menekankan protesnya atau menekankan keberatannya terhadap praktek indulgensi. Praktek di mana gereja memberikan surat untuk masa purgatori diperpendek. Jadi ketika orang sudah meninggal, dia tidak langsung ke surga. Dia akan membayar kesalahannya dengan masuk purgatori. Dan masa waktu di purgatori akan tergantung besar kecilnya kesalahan kita di sini. Dan ternyata masa panjang itu bisa dinegosiasi oleh gereja. Gereja mempunyai kemungkinan untuk menjadi pengantara bagi orang-orang yang ada di purgatori. Jadi bagi Martin Luther ini bukan cuma sekedar mengenai selamat harus harus bayar, tapi ini juga mengenai otoritas gereja. Apakah gereja mempunyai otoritas? Gereja maksudnya organisasinya di dunia ini. Mempunyai otoritas atas hidup manusia sampai ketika mereka ada di purgatori. Itu yang dia coba susun untuk dia berikan tekanan posisi kritik dia, bahwa gereja tidak mempunyai kemungkinan untuk mengatur orang-orang di purgatoiy. Lalu salah satu yang dia tekankan juga adalah kesalahan menafsirkan Alkitab, karena di dalam tafsiran atau terjemahan dalam bahasa latin, kalimat Yesus di dalam Injil Matius yang mengatakan “bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” itu kata bertobatlah diterjemahkan di dalam bahasa latin sebagai “lakukanlah pennant, do pennants, penantisiam ajite, artinya lakukanlah pennants atau lakukanlah penebusan dosa. Sedangkan di dalam bahasa aslinya yang ditekankan itu pertobatan. Maka di bagian awal dari 95 tesis itu, Martin Luther langsung menekankan bahwa yang Tuhan kita yaitu Yesus Kristus, Raja kita dan Tuhan kita inginkan bagi kita adalah kehidupan yang bertobat. Kehidupan yang berbalik kembali kepada Tuhan. Ini yang dia lihat, ternyata gereja jadi kacau karena kesalahan eksegesis, kesalahan menafsirkan. Dan gereja juga menjadi kacau karena tidak mempunyai fondasi yang kuat tentang pengertian otoritas gereja. Apakah Martin Luther langsung otomatis memengerti pembenaran oleh iman secara matang? Belum juga, dia juga bergumul untuk memengerti. Dan teologi dia adalah teologi yang berkembang, tidak langsung fix di awal. Sehingga apa yang dia tekankan di awal sebenarnya bukan teologi yang sudah matang, tapi yang dia tekankan di awal adalah kesalahan untuk memengerti Kitab Suci ternyata fatal. Kesalahan untuk memengerti dari bahasa asli kemudian ditafsirkan berdasarkan tafsiran yang salah, diterjemahkan berdasarkan konsep yang tidak tepat, ternyata berefek sangat bahaya.Maka dia mengingatkan bahwa kesalahan dari gereja adalah kesalahan yang sifatnya eksegesis atau penafsiran Alkitab. Lalu yang kedua, yang dia tekankan juga adalah kesalahan gereja adalah kesalahan etis. Mengapa kesalahan etis? Karena dia memberi argumen seperti ini, kalau Tuhan ingin kita disucikan maka the manner in which, cara di mana kita menjadi suci itu baik. Kalau purgatori adalah cara untuk menjadi suci, mengapa mau cepat-cepat pergi dari situ? Itu yang dia mau coba tanya. Belakangan baru Martin Luther lihat tidak ada dukungan Alkitab bagi purgatori, tapi di 95 tesis dia masih menerima konsep purgatori. Jadi dia tidak menentang purgatori di 95 tesis. Jadi harap kita tahu 95 tesis bukan teologi matangnya Luther. Di 95 tesis dia mengatakan kalau penebusan dosa dilakukan dengan purgatori, mengapa tidak kita tiru orang-orang seperti Pascasius misalnya, itu orang yang minta waktunya diperpanjang di purgatori, “jangan langsung ke surga. Saya masih belum layak ketemu Tuhan. Saya terlalu kotor, saya terlalu cemar. Bolehkah waktu saya dimurnikan diperpanjang lagi?”. Martin Luther bilang mengapa gereja tidak mengajar seperti ini, mengapa mengajar bahwa kamu harusnya bisa keluar dari pembentukan Tuhan dan itu seperti lebih baik dan cara keluar dari pembentukannya adalah dengan sogok, bayar. Kalau bayar bisa cepat keluar kalau tidak bayar pakai waktu lama. Jadi 2 yang paling dia tekankan, ada banyak hal lain, tapi 2 ini yang jadi penekanan paling besar yaitu bagaimana mengeksigesis Alkitab, bagaimana tafsir. Lalu yang kedua, apakah kamu tidak punya sense etika? Apakah tidak memengerti kalau kekudusan itu penting. Apakah tidak memengerti kalau dibentuk Tuhan itu penting? Apakah mau cepat-cepat keluar, mau cari jalan gampang? Ini yang dia coba tekankan. Dan ternyata tulisan itu menyebar ke mana-mana, ada banyak pengertian atau banyak teori dari sejarah tentang apa yang Luther lakukan, ada yang mengatakan dia post di pintu atau di tempat diskusi di gereja Wittenberg. Ada yang mengatakan oh, tidak “dia tidak sempat post karena langsung diambil, kemudian dibawa ke percetakan, langsung dicetak ke mana-mana”, yang mana, kita sepertinya tidak pernah tahu. Karena data sejarahnya ada 3 versi, nanti kalau sudah ketemu Luther baru tanya langsung apa yang terjadi waktu itu. Tapi intinya adalah 95 tesis ini menyebar cepat sekali ke mana-mana? Luther tulis dalam bahasa latin berarti dia menginginkan adanya pembahasan yang yang serius dengan orang-orang yang terpelajar.Jadi diskusinya bukan dengan orang-orang biasa, tapi dengan orang-orang terpelajar. Dia tidak ingin provokasi jemaat. Dia ingin diskusi dengan scholars. Karena itu dia tulis dalam bahasa latin, bukan dalam bahasa vernacular, bahasa sehari-hari di Jerman pada waktu itu. Inginnya dia memberikan pendapat untuk di-reply oleh orang-orang yang memengerti, tapi ternyata langsung disebar ke mana-mana, dan langsung terjadi ledakan besar. Orang sangat kagum dengan apa yang dikatakan Luther. Dan mereka melihat kemungkinan untuk gereja beralih ke ajaran yang lebih sehat melalui apa yang di propose oleh Luther ini. Itu jadi awal dari Reformasi yang terus berkembang dan menjadi sangat besar, pertama-tama di daerah Jerman dan daerah-daerah yang kurang akrab dengan pemerintahan kepausan di Roma. Jadi ada unsur politiknya, ada daerah-daerah yang kurang cocok, langsung embrace, langsung terima Reformasi dengan cepat. Ini bukan cuma masalah gereja, tapi masalah politik juga ada di situ. Kemudian generasi kedua Reformasi, ini orang-orang seperti John Calvin seringkali disebut sebagai generasi kedua, bukan yang pertama, mereka adalah orang-orang yang ingin menekankan perlunya stabilnya gereja. Gereja mesti stabil terutama di dalam ibadah. Makanya seringkali orang bagi generasi pertama menekankan Injil, “kamu perlu kembali kepada ajaran yang benar, kamu perlu bertobat. Kamu perlu beriman kepada Tuhan”. Dan generasi kedua menekankan “kamu perlu beribadah. Kamu jangan ambil ibadah seperti orang kafir dan masukan ke dalam gereja. Mengapa kamu doa sama banyak sekali orang? Mengapa kamu memberikan komitmen ibadahmu kepada santo dan santa? Mengapa libatkan patung? Mengapa libatkan orang? Tidak ada yang bisa dilibatkan selain Allah Tritunggal di dalam penyembahan kita”. Saudara menyembah Allah, bukan yang lain. Tekanan ini yang diusahakan oleh Reformasi generasi kedua. Dan dampaknya begitu besar. Kemarin di seminar sudah dibahas beberapa hal yang berkait dengan dampak dari Reformasi, tetapi sangat penting untuk melihat dampak Reformasi di dalam dunia pendidikan. Bagaimana teologi menjadi bagian dari orang biasa dari jemaat? Bagaimana pemahaman Alkitab bukan cuma miliknya orang-orang yang belajar secara resmi, tapi juga menjadi milik orang-orang yang tidak dapat pendidikan resmi di sekolah teologi atau di universitas untuk mempelajari Kitab Suci. Jadi ada demokratisasi teologi, kalau mau dibilang, dimana teologi bukan lagi kenikmatan bagi orang-orang yang full time saja, tapi menjadi kenikmatan bagi setiap orang. Itu sebabnya Reformasi sebenarnya sangat berkait juga dengan kemajuan, bukan cuma kemajuan dalam hal doktrin, tapi juga kemajuan di dalam kehidupan masyarakat. Kadang-kadang orang mengatakan ini sepertinya terlalu dikait-kaitkan, terlalu dicari cari.”Karena kamu orang Protestan maka kamu mengatakan Protestan bersumbangsih besar. Tapi sebenarnya ada argumen yang bagus untuk membela hal ini yaitu bahwa Reformasi membuka kemungkinan untuk mempelajari segala sesuatu dengan lebih teliti, mempelajari pengertian doktrinal dan juga mempelajari kaitan antara Allah dengan apa yang ada di dalam alam ini dengan lebih teliti dan tepat. Sehingga segala bentuk mitos dan segala bentuk kepercayaan yang tidak terbukti itu bisa diabaikan dan diganti dengan penyelidikan yang teliti dan ketat. Jadi ada kaitan yang penting sebenarnya antara Reformasi dengan perkembangan kemajuan di Eropa, terutama di dalam dunia pendidikan. Pendidikan sudah digerakkan dari biara, kemudian di universitas-universitas awal, tetapi tidak menyentuh aspek teologi. Terutama eksegesis Alkitab. Maka di dalam generasi kedua dari Reformasi yang paling banyak ditekankan adalah studi menyelidiki Kitab Suci. Kalau Luther lebih kepada seorang yang mempunyai sistem pemikiran yang komprehensif, Calvin adalah seorang yang lebih exegetical. Dia lebih kepada seorang yang meneliti Kitab Suci dan membahasakan bagian ini bicara apa? Makanya agak susah menemukan inti teologi Calvin itu apa ini jadi pergumulan dari para teolog dari zaman dulu sampai sekarang, orang orang yang menyelidiki Chalvin, maksudnya. Para ahli Calvin bergumul untuk cari tahu. Sebenarnya inti teologi Calvin itu apa? Karena sulit sebab Calvin lebih ke-exegetical, dia lihat Kitab Kejadian kemudian bagian pertama, bagian kedua dan lain-lain dari pasal-pasal yang ada. Lalu dia bahas apa artinya, salah satu keunggulan Calvin adalah bahasa yang clear, yang sangat jernih dan juga argumen yang langsung menekankan poin dia. Sehingga kalau Saudara membaca Calvin, Saudara akan dibantu juga di dalam cara berpikir, karena Saudara akan melihat ada orang yang cara berpikirnya clear dan menyampaikan poin dia, menyampaikan posisinya dengan clear juga. Itu sebabnya ketika kita baca, misalnya, salah satu karya dia yang paling penting adalah tafsiran Surat Roma, di situ dia mengatakan metode tafsir Alkitab dia bagaimana menafsirkan Alkitab. Banyak hal-hal seperti ini kurang digali dari Calvin karena biasanya kita akan lihat Calvin berkait dengan Institute of Christian Religion, tapi banyak orang yang sekarang melihat karya paling penting Calvin ada 2. Yang pertama tafsiran Surat Roma yang kedua adalah tafsiran kitab Mazmur. Sekarang ada lagi yang mengatakan tafsiran Taurat dia juga sebenarnya sangat penting untuk dipelajari. Ini mengenai Reformasi dan sekarang kita menikmati apa yang sudah makin stabil dikerjakan di dalam gereja Tuhan, kita bersyukur untuk itu dan sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita dari Surat Roma.
1 of 5 »