Apa bedanya mengerti apa doktrin dari Surat Roma dengan apa pesan dari Surat Roma? Saudara kalau bisa menangkap doktrin Kristen yang benar dari Surat Roma, Saudara baik, itu benar. Tapi Surat Roma bukan pengajaran doktrinal. Surat Roma bukan traktat doktrinnya Paulus, Surat Roma bukan sistematik teologinya Paulus. Surat Roma adalah surat supaya orang Kristen di Roma hidup baik. Dan hidup baik bukan cuma perlu formulasi doktrin, hidup baik perlu dorongan di dalam bidang etika, di dalam bidang hidup, dan teologi di bidang mengenal Tuhan. Jadi Surat Roma sangat limpah. Sayang sekali kalau kita baca Surat Roma dan kita cuma tahu “ada doktrin ini”, tanpa mengerti concern atau beban Paulus untuk jemaat di Roma mesti lakukan apa.
Paulus mendeteksi kesalahan yang terjadi di Roma. Kalau Saudara baca pasal 1, Paulus mengatakan setelah manusia jatuh dalam dosa, mereka saling perang satu dengan yang lain. Mereka sering melakukan kebencian sehingga terjadi perang, akhirnya ada orang miskin, orang tertindas, terjadi ketidak-adilan sosial, itu tidak disebut di Roma 1. Karena Paulus tahu kalau dia sebutkan terjadi perang yang dahsyat, orang Roma akan mengatakan “justru di kekaisaran ini lumayan damai. Kaisar membuat kami hidup dengan baik”. Maka Paulus mengatakan “keadaanmu baik, tapi moralmu tidak”, keadaan moral yang tidak baik tidak menunjukan keadaan yang baik dari sebuah negara. Maka Paulus mengatakan di Roma 1 ada banyak kekacauan yang terjadi, hal seks yang rusak terjadi di tengah-tengah kamu, istri dengan istri, suami dengan suami, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, ini menunjukan kamu tinggal di sebuah masyarakat yang sedang menuju kehancuran. Ada orang 100 tahun sebelum Paulus ada, namanya Salus, dia pernah mengatakan Kekaisaran Roma tidak bisa bertahan karena moralnya terlalu jelek dan Salus ini bukan orang yang beribadah kepada Tuhan, dia penyembah berhala. Dia seorang pemikir dari Kekaisaran Roma. Jadi Salus mengatakan Roma moralnya terlalu jelek, tidak bisa bertahan. Kekacauan dari dalam, bukan kekacauan dari tindakan atau kemajuan di luar, orang bisa sangat kaya, kekaisaran bisa sangat maju, tapi dirinya di dalam bisa sangat bobrok. Jadi masayarakat sangat bobrok, seks dipermainkan, kemesuman dan hidup yang sembarangan, itu dilakukan sehari-hari. Ini sebabnya Paulus mengatakan “orang Kristen tidak boleh seperti itu, kamu ditebus oleh Kristus, kamu dulu melakukan hal yang sama, tapi kamu tidak boleh masuk dalam keadaan yang sama lagi”. Maka Paulus mau mengangkat pemikiran yang sehat, bahkan dari tengah-tengah orang kafir sekalipun, yaitu pemikiran dari orang-orang yang sadar hidup yang rusak membuat manusia jadi rusak. Hidup rusak membuat manusia mirip binatang. Uang boleh banyak, tapi kalau hidup rusak, dia mirip binatang. Pemikir-pemikir seperti ini cukup banyak di Kekaisaran Roma, dan Saudara akan sangat bersyukur karena ternyata wahyu umum Tuhan diresponi dengan luar biasa oleh banyak orang. Saudara bisa baca pemikir-pemikir dari Tiongkok, Roma, Yunani, yang masih punya pemikiran yang baik, masih punya tuntutan untuk adnya kehidupan damai di tengah-tengah masyarakat. Dan mereka punya ide bagaimana seharusnya bisa damai, kritik terhadap masyarakat banyak dikemukakan oleh para pemikir model seperti ini. Di dalam Surat Roma, Paulus mau mengatakan kritik paling kuat bukan berasal dari orang-orang kafir ini, meskipun kritik mereka valid dan baik, tapi kritik yang paling benar seharusnya dari orang Kristen.
Maka Surat Roma sebenarnya cara Paulus untuk mendorong orang Kristen menjadi contoh hidup maupun menjadi suara mengkritik keadaan sekitarnya. Sayang sekali kalau kita tidak lagi melakukan itu. Suara kritis untuk pemerintah datang dari mana? Kalau Saudara jalan-jalan ke Toko Buku Gramedia, lalu Saudara lihat tulisan-tulisan dari orang Islam lokal yang berusaha untuk menuliskan bagaimana masyarakat harusnya dibangun, sangat banyak. Tapi orang Kristen agak malas menulis. Mungkin kita perlu memikirkan metode ini, perlu memikirkan sumbangsih kita untuk bangsa ini, “bagaimana saya berbagian untuk menjadi suara di tengah-tengah bangsa ini”. Pak Tong mendirikan RCRS, Reformed Center for Religion and Society, dengan satu tujuan supaya ada suara untuk masuk ke masyarakat. Bagaimana kita harus berseru kepada masyarakat di tengah-tengah kita. Ini sebenarnya Kekristenan yang perlu ada, dan ini sangat dikaitkan oleh Paulus dnegan keselamatan. Kamu diselamatkan karena apa? Karena Tuhan membenarkan kamu. Kamu dibenarkan untuk kamu menjadi orang Kristen di tengah-tengah kota Roma, center kebudayaan kekaisaran Roma, dengan kehidupan yang menjadi alternatif. Tapi kehidupan alternatif yang lebih baik, bukan yang lebih buruk. Kalau orang sudah muak dengan cara kebiasaan hidup di Roma, maka mereka boleh berpaling kepada Kekristenan. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah cukup kuat menjadikan konteks hidup kita cukup menarik untuk orang beres mau datang atau tidak. Saudara bisa giat memberitakan Injil, tapi mungkin Saudara bingung mengapa pemberitaan Injil yang sangat gencar dilakukan tidak menghasilkan pertobatan yang terlalu signifikan, karena kita tidak punya konteks, manusia itu perlu konteks. Saudara pancing ikan untuk dipelihara, tapi Saudara tidak menyiapkan aquarium, ikan itu mati. Maka Saudara akan mengerti bahwa ikan perlu konteks, kita perlu membuatkannya kolam. Kalau Saudara baca di Kejadian 1, sebelum Tuhan menciptakan manusia dengan berfirman, meniupkan nafas hidup kepada dia, Tuhan sudah terlebih dahulu berfirman untuk menciptakan konteks yaitu bumi ini. Bayangkan kalau Tuhan menciptakan manusia, tapi Dia lupa menciptakan bumi. Tuhan membentuk Adam dari debu angkasa, setelah itu Tuhan meniupkan nafas Tuhan, tapi Tuhan lupa tempatnya dimana sehingga Adam melayang-layang di angkasa dan bingung “siapakah aku, Tuhan?”, “engkau adalah gambar dan rupaKu, berkuasalah atas tanah yang akan Aku buat, berkuasalah atas ikan-ikan yang akan Aku buat”, Tuhan tidak begitu. Tuhan menciptakan konteks lalu menempatkan manusia di situ. Kalau Saudara baca surat Paulus dalam beberapa bagian, atau Yohanes, pertobatan, kelahiran kembali, keselamatan, itu dibagikan paralel dengan penciptaan pertama. Penciptaan manusia pertama diparalelkan, meskipun lebih baik, di dalam penciptaan kembali. Lahir baru paralel dengan penciptaan pertama. Maka lahir baru juga perlu konteks. Kalau Saudara menginjili orang tapi Saudara tidak mengajaknya ke gereja, penginjilan Saudara tidak ada gunanya. Tapi setelah mengajak ke gereja dan gereja tidak menciptakan konteks, maka sulit bagi orang untuk bertumbuh dalam Kekristenan yang benar. Jadi ini beban besar untuk kita bagikan, penginjilan tidak boleh lepas dari aktivitas yang lain, dari gereja. Dan aktivitas lain akan diarahkan oleh penginjilan sebagai ujung tombak. Setelah orang dengar Injil, mereka diselamatkan oleh Tuhan, mereka perlu tempat hidup dan tempat hidup ini adalah tempat hidup di dalam gereja untuk disebarkan keluar. Gereja perlu menjadi contoh mengenai bagaimana orang seharusnya hidup. Itu sebabnya Paulus menjelaskan di tengah masyarakat ada orang yang hatinya jahat sekali, juga ada orang yang hatinya masih baik. Tapi ada level ketiga, ada orang jahat dan ada orang baik, dan ketiga adalah ada orang yang mencari Tuhan. Orang jahat, orang baik dan orang yang mencari Tuhan. Bukankah dikatakan di Surat Roma juga, Paulus kutip dari Perjanjian Lama, bahwa tidak seorang pun mencari Tuhan, tapi mengapa dikatakan ada orang mencari Tuhan di dalam pasal 2? Di pasal 2 mengatakan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang akan Tuhan selamatkan. Karena anugerah Tuhan, mereka mencari Tuhan. Maka Paulus mengatakan dalam ayat 4 “kamu orang jahat, tapi Tuhan belum hukum, supaya kamu cari Tuhan”.