Maka Paulus mengatakan “jangan saling menghakimi lagi”, tapi saya tidak mau cuma berhenti di situ. Ini pasif, “saya tidak menghakimi” pasif, tapi kalau saya bertindak maka saya aktif. Maka Paulus mengatakan lebih baik kamu menganut pandangan ini, jangan kita membuat Saudara kita jatuh atau tersandung. Mari bertindak supaya Saudara kita bisa bertumbuh imannya. Di sini ada hal yang menarik, Paulus mengatakan “jangan membuat Saudara kita jatuh atau tersandung”. Tapi Paulus sudah mengatakan juga bahwa salib adalah batu sandungan. Ini bagaimana? Kalau saya percaya salib dan saya menjalankan hidup berpusat pada salib, lalu saya mengabarkan kepada orang “Mesias adalah Dia yang tersalib”, ini jadi batu sandungan. Berarti kalau ini jadi batu sandungan, saya tidak boleh bicara? Bukan. Paulus mengatakan salib adalah batu sandungan, maka kalau kamu harus hidup secara Kristen inti dari Kekristenan itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang sulit diterima oleh orang dunia. Di dalam pemikiran orang Yahudi mempercayai Mesias itu bersifat Ilahi, mudah. Mempercayai Mesias dipaku di kayu salib, sulit. Mereka tidak bisa terima kalau Mesias mati. Itu sebabnya di 1 Korintus Paulus mengatakan salib adalah kebodohan bagi orang Yunani dan batu sandungan bagi orang Yahudi. Paulus tidak mengatakan keilahian Kristus adalah batu sandungan bagi orang Yahudi, karena di dalam literatur dari rabinik, teologi rabinik dari teologi Bait Suci kedua, beberapa tulisan mereka menekankan bahwa Sang Mesias itu bersifat Ilahi. Dia turun dari atas bukan seperti kita, Dia tidak punya asal-usul seperti manusia biasa, ini ada dalam tulisan mereka. Sehingga Mesias bersifat ilahi, ini bukan hal aneh bagi orang Yahudi. Tetapi mengatakan Mesias dipaku di kayu salib, ini mereka marah sekali. Maka Paulus sebenarnya mengatakan bagi dunia Kekristenan itu sudah sangat kontroversial, tetapi Saudara dan saya perlu menjalani hidup yang membuat orang pelan-pelan sadar ternyata kehidupan Kristen bukan kontroversial, tetapi tepat untuk dijalani oleh setiap orang. Ini yang Paulus mau tekankan, karena kamu adalah imam di dalam Kristus maka tugas kamu adalah menjadi pengajar jemaat, bukankah imam harusnya mengajar jemaat? Bagaimana imam mengajar jemaat? Dengan menekankan bahwa cara hidup yang Tuhan atur harus kamu jalankan, mengapa harus? Bukan hanya karena ada hukuman, karena cara hidup yang Tuhan atur itu jauh lebih baik dari alternatif yang lain. Ini yang sebenarnya mesti ditekankan oleh para imam, mereka menjadi pengajar orang Israel dan kalau orang Israel terima pengajaran itu dan mereka taati Taurat, maka orang Israel akan menjadi bangsa pengajar bagi bangsa-bangsa lain. Jadi kalau engkau satu di dalam Kristus, engkau jadi imam, maka tugasmu adalah memamerkan bahwa kehidupan Kristen itu adalah kehidupan terbaik, bukan kehidupan yang buruk, bukan kehidupan yang bentur dengan kemanusiaan. Saya selalu ingat perkataan dari Hans Rookmaaker, dia mengatakan bahwa Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk membuat orang berdosa jadi manusia. Jadi sebenarnya orang berdosa sedang tidak jadi manusia, dia sedang menyangkali kemanusiaannya, dia sedang mengabaikan keindahan jadi manusia dengan berdosa. Tapi ketika Tuhan Yesus datang, Dia ubah, sehingga orang yang tadinya hidup dengan cara berdosa, orang yang tadinya hidup dengan cara yang bentur dengan kemanusiaannya, sekarang mempunyai cara hidup yang indah di dalam Tuhan, inilah yang harus dibagikan. Maka Paulus mengingatkan jangan membuat Saudara kita tersandung, maksudnya adalah jangan membuat orang gagal melihat kehidupanmu yang indah. Sekarang pertanyaannya, kehidupan yang indah itu kehidupan versi apa? Kalau Saudara mengambil pola pikir dunia yang tidak diubah lalu dimasukkan Kekristenan atau dengan kata lain Saudara cuma taruh stiker Kristen di dalam kehidupan yang lama, itu tidak akan menjadi buah yang membuat orang diberkati. Namun, ketika Saudara mengabarkan Injil, Saudara sedang mengabarkan sesuatu yang secara esensial berubah di dalam diri orang, akan mengubah orang itu di dalam dirinya. Waktu Saudara memberitakan Injil, Saudara memberitakan pesan bahwa ada Tuhan dan hidupmu sekarang di tangan Dia, hidupmu sekarang ditujukan untuk dia, ini secara radikal mengubah pola pikir manusia. Di dalam artikel yang ditulis oleh seorang bernama Calvin Seerveld, dia membahas tentang Abraham Kuyper, Kuyper itu sangat anti apologetik. Hal ini membuat orang mengkritik Kuyper habis-habisan. Tapi Calvin Seerveld membuktikan dari tulisan-tulisan Kuyper, dia lakukan studi terhadap tulisan Kuyper, dan dia membuktikan bahwa Kuyper tidak suka apologetik karena bagi dia apologetik itu cuma menyentuh satu sisi dari kehidupan Injil. Jadi dia bukan tidak setuju pekabaran Injil, dia cuma mengatakan metode apologetik tidak berguna karena kamu cuma bicara satu aspek. Kalau Saudara tersandung, misalnya Saudara mengatakan “saya tidak mau lagi jadi Kristen”, saya mau tanya berapa aspek dari Kekristenan yang membuat engkau tersandung? Biasanya cuma satu. Coba Saudara tanya orang yang tadinya Kristen tapi tidak Kristen lagi, “mengapa kamu tidak Kristen lagi?”, ada jawaban seperti ini “karena saya baca Matius dan Lukas beda, berarti Matius dan Lukas itu tidak sama, berarti Alkitab orang Kristen karangan”, terus saya tanya “hal apalagi?”, tidak ada, cuma 1 poin yang mungkin salah mengerti juga, sudah membuat orang tidak mau lagi jadi Kristen. Jadi begitu banyak hal yang orang tidak stabil dan tidak adil di dalam menilai. Ini penting untuk kita pahami bahwa Kekristenan itu seluruh pandangan hidup bukan cuma satu aspek. Ini yang Kuyper kritik “kalau kamu berapologetik, kamu cuma memberikan argumen rasional untuk mengatakan kekristenan itu masuk akal di dalam satu sudut. Kalau Saudara mengatakan “saya orang Kristen”, lalu ada orang mengatakan “saya atheis”. Lalu orang atheis itu mengatakan “saya atheis karena saya tidak percaya Alkitab”, Saudara tanya “mengapa?”, “karena Alkitab itu mitos”. Lalu Saudara menginjili dia dengan cuma mengoreksi fakta bahwa Alkitab itu bukan mitos, Saudara terus kemukakan cara itu, Saudara terus berdebat dengan cara itu. Lalu setelah Saudara memenangkan orang itu, “ternyata benar, ternyata Alkitab bukan mitos. Saya salah mengerti. Tapi saya tetap tidak mau jadi Kristen”, baru ketahuan ada aspek lain lagi. “Mengapa tidak mau Kristen?”, “karena pendeta suka minta uang persembahan”, sekarang ada aspek kedua yang harus Saudara klarifikasi “pendeta tidak minta persembahan, pendeta itu memberikan persembahan, jemaat memberikan persembahan. Lalu ada pengelolaan persembahan, kemudian pengelolaan itu dilakukan dengan cara yang benar”. “Ternyata saya salah mengerti lagi, tapi saya tetap tidak mau jadi Kristen”, “apa lagi?”, “saya tidak mau Kristen, karena bagi saya Kekristenan itu tidak adil, membuat agama lain masuk neraka, cuma Kristen yang masuk surga”. Ini membuat Saudara berapologetik lagi, “sebenarnya keselamatan itu bukan karena perbuatan manusia tapi karena anugerah Tuhan”, baru Saudara sadar yang membuat orang itu sulit jadi Kristen bukan aspek-aspek di atas, tapi cara berpikir yang menjadi cara pandang dia. Kuyper mengatakan, kalau kamu mau memberitakan Injil jangan hanya berapologetik satu sisi, tapi ubah seluruh pandangan hidup, yang tadinya berpusat ke manusia, dan ini sangat tidak bisa menopang banyak pengertian, sekarang belajar berpusat ke Tuhan, belajar untuk mengerti dari sudut pandang penciptaan. Manusia diciptakan untuk apa, lalu mengapa Tuhan menyatakan diri, kemudian apa yang menjadi tujuan Tuhan menciptakan segala sesuatu, kalau ini berubah dan orang mengambil pengertian dari cara pandang Kristen, dia pelan-pelan akan melihat yang lain masuk akal. Jadi harus ada perombakan cara berpikir atau dengan kata lain menurut Calvin Seerveld bagi Kuyper penginjilan adalah tentang memberikan pengertian Kristen sebagai cara pandang utama. Kamu punya cara pandang dikacaukan oleh yang bukan Kristen, sekarang mari kembali kepada cara pandang yang Kristen. Ini yang menjadi tujuan mengapa orang mengajar, memberitakan Injil, supaya pelan-pelan orang melihat kerangkanya, “ternyata cara berpikir Kristen itu seperti ini”. Itu yang sebenarnya sedang diusahakan di dalam penginjilan, di dalam pengajaran, di dalam khotbah, di dalam penyelidikan Kitab Suci supaya kerangka berpikir Kristen kita yang terbangun. Inilah yang Paulus mau katakan “tahu tidak, kamu sudah berubah cara berpikir. Sekarang mari berubah juga di dalam tanggapanmu terhadap ibadah”. Mengapa kita mesti beribadah atau menjalankan hidup dengan cara yang mengekang diri? Padahal Tuhan sudah mengatakan semua makanan boleh, “apapun yang kamu lakukan kamu lakukan untuk Tuhan bukan untuk orang lain. Jadi sudah lakukan saja apa yang kamu pikir benar”. Tapi Paulus mengingatkan kamu juga adalah orang yang beribadah sebagai imam, kamu mesti pikir orang lain juga. Jadi saya mesti pikirkan bagaimana orang lain bisa tersandung untuk hal-hal yang tidak penting. Ini yang Paulus mau tekankan, kalau salib menyandung orang lain, silakan dia tersandung, tapi engkau punya kewajiban untuk menerangkan kembali baik dengan mulut maupun dengan hidup bahwa cara hidup Kristen di mana pusatnya adalah salib merupakan cara hidup yang paling baik. Tidak ada cara hidup lebih baik dari pada kalau Saudara menjadikan salib inti dari kehidupan Saudara. Ada seorang teolog di abad 20 yang sangat berani, dia mengatakan salib bukan cuma inti dari kehidupan orang Kristen, salib adalah inti dari pekerjaan Allah Tritunggal. Sehingga kalau Saudara mau memahami bagaimana Allah Tritunggal berkarya, maka di dalam rancangan dan penggenapan rancangan dari Allah Tritunggal intinya adalah salib. Saudara jangan pikir salib itu sesuatu yang berat untuk manusia, salib adalah sesuatu yang jadi poin utama cinta kasih Allah Tritunggal. Di atas kayu salib, Sang Anak Allah sekarang dihina oleh seluruh dunia. Di atas kayu salib, Sang Bapa menderita. Di atas kayu salib, Sang Anak yang menjadi manusia menderita. Di atas kayu salib, Roh Allah mengalami hal yang sangat sulit dan kelam, karena pada saat itu kegelapan seperti menguasai. Sedangkan Roh Allah adalah Roh keteraturan dan terang. Jadi di salib, Allah Tritunggal menjalani sesuatu yang sulit bahkan bagi Allah Tritunggal sendiri. Ini pengertian dari Moltmann yang saya pikir perlu kita ingat, kita terlalu berpikir karena Allah itu Mahakuasa maka untuk menebus manusia itu mudah. Tapi Moltmann mengingatkan seperti sulitnya manusia pikul salib, demikian beban yang dipikul Allah Tritunggal. Jadi ketika Tuhan mengatakan jadikan salib pusat hidupmu, jangan lupa Allah Tirtunggal menjadikan salib pusat dari kehidupan dan pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Waktu saya baca bagian itu, saya kagum sekali sama Moltmann, mengapa dia bisa mengkomunikasikan memberikan kalimat yang tepat untuk sesuatu yang kita sudah ketahui tapi kita belum bisa kalimatkan. Salib menjadi bagian utama hidup karena salib menjadi bagian utama hidup Allah Tritunggal. Waktu Allah menyatakan ciptaanNya dan penebusanNya salib menjadi utama bagi pribadi, 3 Pribadi Allah Tritunggal. Maka ketika Tuhan mengatakan “jadikan salib utama dalam hidupmu”, ini juga bagian yang akan memanusiakan Saudara, menjadikan Saudara hidup dengan segala kelimpahan. Jadikan salib utama, tapi ini kita cuma jadikan semacam angan-angan atau semacam teori yang kita tidak pernah jalankan. Begitu banyak orang Kristen mengatakan salib adalah pusat hidup tapi dia sulit untuk pikul itu ketika dia menghadapi keluarganya, misalnya. Berapa banyak anak-anak yang tidak tahan sama orang tuanya karena merasa orang tuanya kurang cocok dengan dia? Tapi mengatakan bahwa pusat hidupnya adalah salib. Berapa banyak suami yang menganggap istrinya memberikan sengsara bagi dia atau sebaliknya istri mengatakan suami memberikan sengsara bagi hidup dia, tapi mengakui bahwa hidupnya berpusat ke salib. Kalau pusat hidupmu adalah salib, mngapa tidak pikul penderitaan yang Tuhan percayakan tiap hari? Kalau Saudara mengatakan “pusat hidupku adalah salib”, kadang kit berpikir tentang Nommensen yang pergi ke tanah di mana orang masih makan orang lain atau misionaris yang pergi ke tempat perang atau misionaris yang pergi ke tempat menderita, itu namanya pikul salib. Tapi kamu sendiri bagaimana? Salib adalah pusat hidup orang Kristen dan apa yang dicerminkan oleh salib itu perlu kita pahami dengan tepat. Saudara tidak akan mengerti salib kecuali Saudara mengerti itu sebagai bagian dari korban di dalam Bait Suci.