Di dalam teologinya Paulus tentang kehidupan Kristen, dia akan mengaitkan kehidupan Kristen dengan efek finalnya. Jadi apa yang kita jalankan akan ada konsekuensi final dan konsekuensi final itu cuma 2 yaitu hidup atau mati. Hidup karena Injil dan mati karena hidup yang lama. Jadi Saudara dan saya ini sedang hidup dalam sesuatu yang akan memuncak pada tujuan final itu yaitu hidup dan mati. Apa yang dimaksudkan Paulus dengan kehidupan yang berujung pada kematian? Untuk memahami ini kita harus melihat bahwa kematian bukan hanya sekedar efek final dari kehidupan kita, tapi kematian adalah sesuatu yang senantiasa kita hidupi. Maut bukan cuma keadaan fisik yang final, maut adalah sebuah kuasa. Kuasa yang senantiasa bekerja dan kuasa yang akan membawa pada keadaan final yaitu kematian. Jadi kematian fisik adalah bentuk final dari pekerjaan kuasa kematian dalam hidup manusia. Kalau begitu kuasa itu sedang bekerja sekarang. Hidup di dalam daging berarti Saudara sedang menjalani sesuatu yang nanti ujungnya adalah kematian. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa kita sedang mencicipi kematian sekarang sampai nanti kita mencicipi kematian secara final. Kita sedang mencicipi maut sampai nanti kita akan mendapatkan maut secara total. Apa yang disebut dengan kehidupan lama di dalam maut? Yang paling jelas adalah kehidupan lama di dalam maut adalah kehidupan yang secara terpisah dari Tuhan dan umat dijalankan. Kalau saya tidak terlalu peduli ada Allah atau tidak, berarti saya akan tanggung hidup saya dalam kekuatan saya sendiri. Kita sedang mati ketika kita hidup tidak mencicipi ditopang dan dipelihara oleh Tuhan. Sangat menyenangkan untuk menyadari bahwa hidup kita ada di tangan Tuhan, berkat besar yang dimiliki oleh orang Israel yang setia adalah ketika mereka sadar mereka senantiasa dipelihara oleh Tuhan. Jangan pikirkan memelihara itu seperti Saudara memelihara binatang, memelihara itu adalah tindakan orang tua ke anak, jadi bukan tindakan Saudara ke binatang peliharaan. Calvin sangat menekankan tentang God’s fatherly care, kepedulian Allah sebagai Bapa. Ada satu yang personal bagi Calvin, dia tidak pernah mengalami punya papa yang baik. Calvin merasa papanya bukan papa yang buruk, tapi juga bukan papa yang membuat dia bertumbuh, dia merasa terintimidasi oleh papanya. Ketika dia mempelajari Kitab Suci, tema yang sangat menyentuh dia adalah “Allah itu Bapa”. Dia mengatakan bahwa di sini dia diarahkan dari pergumulan dia untuk mencari sebenarnya papa itu seperti apa. Dia mendapatkannya dalam figur Allah dan itu yang membuat teologi dia berbicara tentang kebapaan dari Allah. Tema God’s fatherly care ini bukan back-up plan, banyak orang Kristen menjadikan pemeliharan Allah sebagai back-up plan “nanti kalau saya sudah gagal, baru minta tolong kepada Allah. Itu bukan memahami Allah sebagai Bapa, karena Bapa yang ini adalah Bapa yang memelihara semua ciptaan, tidak ada yang bisa bertahan kalau tidak dipelihara oleh Tuhan. Dan Bapa adalah Bapa yang senantiasa memelihara. Maka tema God’s fatherly care sangat penting bagi orang percaya. Calvin dengan peka mengatakan “engkau tidak mungkin menjadi Kristen, kecuali engkau menyadari bahwa Bapa memelihara engkau”. Kalau Saudara memperlakukan Allah sebagai back-up plan, kita akan kacau rohaninya. Tuhan memelihara kita dengan rencana total bagi kita. Dia bisa memelihara kita dengan kelimpahan, Dia bisa memelihara kita dengan memberikan sengsara. Mengapa Bapa memberikan sengsara? Kita tidak tahu cara kita bertumbuh seperti apa, hanya Sang Bapa yang tahu. Maka apa pun yang Dia berikan, itu adalah pernyataan kebaikanNya sebagai Bapa. Ini yang tidak dipahami oleh kedagingan.
Orang yang hidup dalam kedagingan, memikirkan hal-hal yang dari diri. Sekali lagi daging itu bukan fisik, daging tidak merasa nyaman dengan adanya Allah. Itu sebabnya saya sering mengulangi perkataan dari James K. A. Smith, dia mengatakan untuk menjawab Kekristenan Saudara apakah Saudara benar-benar Kristen, ini bukan masalah selamat atau tidak, ini move beyond, Saudara sekarang maju dalam kelimpahan yang lebih lagi. Yang harus Saudara jawab adalah pertanyaan apakah yang kamu cari dalam hidup, yang paling kamu inginkan itu apa? Apakah kita jawab seperti Agustinus, “yang paling aku inginkan adalah Tuhan”. Dan itu jawaban bijak karena kalau Tuhan menginginkan Tuhan, Saudara mendapatkan semua yang lain. Kalau Saudara hanya menginginkan salah satu aspek pemeliharaan Tuhan, nanti Saudara akan kehilangan Tuhan. Jadi Tuhan menyatakan diri sebagai Bapa yang memelihara. Dan jiwa kedagingan kita tidak mau itu. Kita ingin Allah sebagai yang melengkapi apa yang masih kurang dalam diri kita. Maka kita akan menyusun hidup tanpa Tuhan dengan berharap Tuhan akan tambahkan apa yang masih kurang dan ini sebenarnya adalah bentuk kematian, ini cicipan kematian. Sama seperti nanti saya akan membahas kita diizinkan mencicipi hidup yang baru. Kita juga sebenarnya sudah terlanjur menjalani cicipan kematian. Jadi kematian adalah ketika kita tidak mau memahami Allah sebagai Allah yang memelihara. Sulit sekali bagi kita untuk memahami bahwa Allah itu adalah Allah yang memelihara. Padahal di dalam memahami bahwa Allah adalah Allah yang memelihara, Saudara bukan menjadi orang yang pasif, Saudara akan menjadi orang yang digerakan oleh kasih. Biasanya orang akan mengatakan “kalau kamu percaya Allah yang sediakan, maka kamu akan pasif”, benar kita akan pasif kalau kita hanya menangkap satu sisi dari pemeliharaan Tuhan. Tapi sebenarnya ada sesuatu hal lain, dengan menyadari bahwa Allah memelihara, Saudara akan mulai muncul perasaan kasih kepada Dia, “kalau selama ini Tuhan yang cukupkan, maka saya dipelihara oleh Dia”. Di situ Saudara akan bergerak oleh kasih. Kasih itu kekuatan paling besar untuk orang bertindak. Tidak ada yang lebih mengerikan dari pada seekor kucing atau sejenisnya yang lebih besar, termasuk singa dan harimau, yang sedang melindungi anaknya. Mengapa induknya begitu berani? Karena ada anak. Kalau induknya melakukan itu demi mengamankan anak-anaknya, bukankah ini menjadi kuasa kasih yang bisa paralelkan dengan ini, yang bisa juga kita miliki. Yang paling mengerikan atau yang paling menggerakan orang adalah ketika seseorang itu digerakan oleh kasih. Mencintai membuat orang bertindak, mencintai tidak membuat orang pasif. Ketika kita mendapatkan cinta dari Tuhan, kita akan bertindak, kita tidak mungkin pasif. Lalu bagaimana memahami Allah mengasihi kita? Allah mengasihi kita dengan pemeliharaanNya setiap hari. Di dalam Doa Bapa Kami, kita memohon supaya Allah memberikan makanan kita hari ini, “give us today our daily bread, berikan kepada kami makanan kami hari ini”. Di dalam terjemahan baru, kata makan akan diubah menjadi roti. Karena roti memiliki makna teologis yang berkait dengan Perjanjian Lama dan Perjamuan Kudus. Roti bukan makanan rendah dalam pikiran orang Indonesia, akhirnya diganti makanan. Tapi aslinya adalah roti. Roti identik dengan nasi pada zaman sekarang, jadi Doa Bapa Kami memohon supaya Tuhan memberikan makanan pokok. Berarti bahwa pernyataan Allah mengasihi itu ada di dalam makanan yang kita terima setiap hari. Kita tidak bisa mengatakan “kalau aku benar dikasihi Tuhan, mengapa temanku lebih kaya dari pada aku?”, itu kalimat bodoh dari orang yang tidak mengerti bagaimana cinta Tuhan kepada dia. “Kalau benar Allah mengasihiku, mengapa aku tidak bisa keluar dari penderitaan ini? Itu kedagingan yang bicara. Kedagingan itu akan berusaha menjauhkan kita dari Tuhan, kita tidak cocok dengan Tuhan. Kalau pakai bahasanya Pdt. Eko, kita ini didesain untuk tidak compatible dengan Tuhan kalau kita didesain oleh dosa kita. Kedagingan membuat kita tidak cocok dengan Tuhan. Padahal di dalam rancangan Tuhan, kita ini diciptakan untuk tidak cocok dengan kedagingan, dosa, maut, kita tidak cocok dengan apa yang sekarang kita cocok. Kita akan mati dengan apa yang sekarang kita nikmati di dalam dosa. Kita adalah orang-orang yang tidak didesain untuk hidup di luar Tuhan, tapi dosa membuat diri kita bentur dengan Tuhan yang adalah sumber hidup kita. Hal pertama dari kedagingan adalah kedagingan membuat kita tidak cocok dengan Tuhan, apa yang Dia mau berikan kita hina, dan apa yang kita harap Dia berikan kepada kita itu yang menjadi ukuran. Dan itu akhirnya menjauhkan dari kita mengerti bahwa Allah itu kasih adanya. Dan kalau kita tidak tahu Allah itu kasih, kita akan mencari kasih di tempat-tempat yang salah. Kita akan dihiburkan oleh hal-hal yang salah, kita akan jatuh dalam tangan setan, dosa dan maut. Mengapa jatuh dalam tangan setan, dosa dan maut? “Maksud bapak kalau kita tidak mencintai Tuhan, kita menjadi penyembah Lucifer atau menjadi penyembah mamon atau menjadi penyembah baal atau apa pun itu?”, bukan, yang saya katakan adalah Saudara akan disenangkan oleh apa yang bukan Tuhan dan itu akan merendahkan kemanusiaan Saudara. Saudara akan direndahkan, dihancurkan oleh diri sendiri ketika Saudara tidak menyenangi Tuhan. Jadi sebenarnya kita sedang memerangi tendensi di dalam diri kita untuk tidak menyukai Tuhan, itu harus diperangi, tidak boleh dibiarkan hidup terus. Hatimu harus diperjuangkan untuk menjadi milik Tuhan, tidak bisa tidak. Karena mencintai Tuhan dan hati yang mengikuti Tuhan adalah bahagia paling besar yang Tuhan tawarkan kepada manusia. Bayangkan Agustinus mengalami pergumulan puncak untuk mencari Tuhan itu di Milan. Kalau Saudara melihat tahap hidupnya, tahap hidupnya di Milan adalah tahap tersukses dalam hidupnya. Dia diakui sebagai pengajar besar di Milan, Milan adalah kota paling maju di abad ke-5. Kemampuan Agustinus untuk menjadi orang kunci di dunia retorika, di dunia studi di Milan, membuat dia menjadi pengajar terpenting di dunia. Dia adalah orang yang sudah berdiskusi dengan ahli-ahli Platonis yang seudah terkenal dan menemukan mereka terlalu bodoh. Bayangkan orang bicara dengan orang-orang yang diakui pintar di dunia, dan kesimpulan dia mereka bodoh. Saudara bisa tahu orang ini pintarnya seperti apa, kalau Pak Tong mengatakan sepertinya sel otaknya lebih banyak dari kita 2 atau 3 kali. Agustinus berada pada puncak karier, dia diakui sebagai orang penting, dan dia juga ditawari untuk menjadi suami dari anak perempuan orang-orang kaya, orang kaya ingin supaya anak perempuannya menikah dengan Agustinus, mungkin supaya memperbaiki cucu, jadi cucunya lumayan pintar. Dia berada di puncak karier, dan di Milan dia merasa kosong, karena terlalu kosongnya, dia pergi ke gereja. Orang ini adalah orang yang menghina Kekristenan, dia selalu menganggap Kekristenan adalah ekspresi neo-platonis bagi orang bodoh. Jadi bagi orang-orang level bawah, Kristen itu cocok, tapi bagi orang-orang pintar seperti dia, Kristen itu tidak cocok. Lalu di dalam keadaan kosong, dia mencari gereja, Saudara bayangkan dia seperti menelan ludah sendiri. Dia mendengarkan khotbah dari Ambrose dan dia sangat tersentuh dengan apa yang diberitakan oleh Ambrose. Dia menyadari hidupnya kosong. Mengapa sadar hidupnya kosong waktu sukses? Saya mau membuat Saudara tidak perlu capek-capek, banyak orang berpikir “saya ini hidupnya masih kosong karena memang belum berhasil, saya masih dalam perjalanan mencapai puncak”. Agustinus sudah berada di situ dan justru dia merasa paling kosong di situ. Orang punya kecenderungan merasa kosong ketika apa yang dia harapkan dicapainya. Orang yang punya cita-cita menjadi sukses, waktu sudah sukses jadi bingung “mengapa seperti ini ya?”. Ini sebenarnya yang manusia akan alami dalam level yang berbeda-beda, hidupnya kosong. Saya tidak tahu dengan bahasa apa Alkitab harus dinyatakan kepada kita kalau kita masih keraskan hati untuk membuat kita sadar bahwa hidup kita ini kosong. Kita akan kosong jika tanpa Tuhan. Tapi kedagingan kita akan menyeret kita dalam maut karena kita berpikir kita bisa hidup tanpa Tuhan. Kalau kita tidak kenal kita dipelihara, kita akan kehilangan kasih, itu sebenarnya intinya. Kalau Saudara merasa kekayaan Saudara sekarang adalah hasil kejeniusan Saudara, merasa kesuksesan Saudara sekarang adalah hasil kemampuan Saudara, Saudara merasa tidak diberi. Dan kalau Saudara merasa tidak diberi, Saudara tidak merasa dikasihi. Dan kalau Saudara merasa tidak dikasihi, hidup Saudara tidak akan limpah. Dan Saudara akan mencari kasih di tempat yang salah. Hal pertama yang kedagingan bagikan adalah perasaan kita bisa hidup tanpa Tuhan. Itu tidak cocok dengan desain kita, kita di-desain untuk berelasi dengan Tuhan. Menerima dikasihi oleh Tuhan.