Dulu Israel diperingatkan, jangan ada Allah lain. Tuhan Allahmu harus engkau sembah dan kau harus takut akan Dia. KepadaNya-lah kamu harus menyembah dan beribadah. Ini Kitab Ulangan 13 “kamu harus menyembah hanya Tuhan”. Dan di dalam pasal yang sama, Musa mengingatkan, “jangan ada nabi-nabi berani melakukan mujizat dan bernubuat tapi mengajarkan Allah yang salah”. Ini kalimat tentang nabi palsu penting, karena nabi-nabi palsu itu menyatakan nubuat yang terjadi. Itu nubuat yang terjadi. Mengapa nubuat terjadi itu memikat? Karena memberikan kesenangan. Nabi-nabi palsu itu akan menjanjikan kesenangan, akan melakukan mujizat, mujizat adalah sumber mendapatkan kesenangan dan ada jalan pintas untuk mendapatkan itu. Tetapi mereka tidak memperkenalkan Allah. Mereka mengatakan “mari menyembah berhala”, maka aku berkata kepadamu, “singkirkan dia dari tengah-tengah umat”. Siapa nabi palsu? Nabi palsu adalah orang-orang yang memberikan kesenangan, tetapi tidak mengajarkan tentang Tuhan. Banyak nabi mengajar palsu, nabi-nabi palsu mengajar tentang ilah-ilah, “oh kamu harus pelajari sistem penyembahan dari Isytoret juga, kamu harus mempelajari sistem penyembahan dari Baal juga, jangan cuma Tuhan”. Akhirnya Israel menjadi tidak beriman, menjadi apistia”, menjadi berhenti beriman kepada Tuhan. Mana jalan masuknya? Kalau Saudara mau mengatakan “mari kita bangun benteng iman”, lalu selidiki mana titik lemahnya? Titik lemahnya adalah gairah hati yang diarahkan kepada yang lain. Tuhan bukan lagi sumber sukacita, kesenangan dan pengharapan kita. Jika Tuhan bukan lagi sumber pengharapan, kesenangan dan sukacita, maka kita sedang tidak lagi beriman kepada Tuhan. Ini jalan masuk yang smooth, yang lembut sekali. Karena kadang-kadang kita melihat dalam sejarah Israel, kekacauan dari ketidakberiman itu terjadi di generasi selanjutnya. Tidak ada keindahan Tuhan yang dipahami dan diteruskan. Yang ada adalah identitas yang terpaksa dijalankan atau yang dijalankan tanpa mengerti apa yang sedang diperjuangkan. Di satu sisi menyatakan diri Kristen, tapi di sisi lain menikmati segala hal yang membuat mereka tidak perlu ber-Tuhan sebenarnya. Generasi berikutnya akan mulai mencari kesenangan tapi berhenti berTuhan. Ini membuat anak mewarisi kesenangan hidup tapi tidak mewarisi Tuhan. Karena bagi mereka ini 2 hal yang beda. Ini membuat orang akhirnya mulai menyimpang. Menyimpang bukan karena paksaan, menyimpang bukan karena ajaran sesat saja. Tapi ajaran sesat yang paling utama, yang paling bahaya adalah menekankan ada kesenangan lain di luar Tuhan, ada kesenangan yang bisa diperoleh dan sumbernya itu bukan Tuhan. Ini ketidak beriman, keadaan ketidak beriman. Keadaan tidak beriman inilah yang membuat Israel dibuang. Dan jangan salah, keadaan tidak beriman sudah dimulai lama, namun baru generasi berikutnya yang mempunyai keadaan berontak secara murni kepada Tuhan. Di dalam Kekristenan ini sesuatu yang terjadi di daerah-daerah Kristen. Misalnya di Eropa, karena ada banyak sekali pergolakan dan juga perebutan kekuasaan atas nama Kristen, “mengapa kamu Kristen Protestan?”, “karena daerahku Protestan.” Ini membuat orang tidak lagi melihat Kekristenan sebagai agama membawa iman kepada Allah yang memberikan sukacita. Kekristenan dilihat sebagai keharusan untuk dianut karena politik di atasku begitu. Jadi Saudara jangan mengatakan “Eropa hancur karena Kristen sendiri”, bukan, Eropa hancur karena politik pakai topeng Kristen. Ketika orang mengatakan daerah ini harus Protestan atau harus Katolik, mereka mengatas-namakan agama atau aliran demi kepentingan politik. Jadi karena orang punya mindset “agama dan politik itu adalah yang berkuasa atas saya. Agama Kristen dan politik Kristen itu satu, dan saya diperintah oleh agama dan politik Kristen. Kalau begitu agama dan politik satu”. Tidak ada orang menikmati penguasa yang berdaulat ketika penguasa yang berdaulat itu mengenakan kuasanya, bukan kasihnya. Tidak ada pemerintah pakai kasih, orang tidak bisa dipimpin oleh kasih, ini sistem ilmu politik dari kuno. Ada banyak perdebatan dalam dunia politik, tapi ada satu yang sama, tidak ada orang percaya pemerintah atas nama kasih bisa bekerja. Kalau pemerintah atas nama kasih bisa bekerja, maka tidak perlu ada polisi, tidak perlu ada angkatan bersenjata, semua akan berjalan baik, tidak mungkin. Pemerintah harus menyandang pedang, Roma pasal 13 menyatakan demikian. Dan karena pemerintah harus menyandang pedang, maka pemerintah dan iman Kristen tidak boleh menyatu. Tidak boleh ada pemerintah mengatas-namakan iman Kristen pakai senjata untuk mengatur. Maka gereja tidak pakai senjata, tidak mungkin ketua sinode datang ke sini bawa orang bersenjata lalu tanya “siapa yang tidak mengakui Westminster Confession of Faith? Masih mengakui Westminster Confession of Faith? Kalau tidak akan kami tangkap, dipenjarakan, ditembak”. Itu bukan Kekristenan, karena tidak mungkin ada love dan delight dari power. Saudara terima power, Saudara balas pakai power atau balas pakai fear, ketakutan yang tidak ada kasih. Maka ketika kita berTuhan, kita beriman kepada yang penuh cinta kasih. Ini sebenarnya konsepnya Paulus di dalam Surat Roma. Tapi sering kali kita salah baca, sehingga iman itu ditekankan sebagai kengototan untuk percaya yang tidak ada bukti, itu iman. Apa itu iman? Kengototan percaya yang tidak ada bukti. Tapi coba perhatikan waktu Saudara lihat argumen Paulus di dalam Surat Roma, iman selalu dikaitkan dengan sumber kesenangan, “mengapa engkau beriman kepada Allah?”, “karena Dialah yang menyatakan diriNya. Dia membuat aku berada di dalam seluruh ciptaanNya yang mulia ini”. Makanya gambaran dari Mazmur mengatakan, Mengapa memuji? Apa karena dipaksa? Saudara memuji karena menyadari “Allahku mulia, Allahku sumber kebaikan, Allahku sumber kasih, Allahku penuh dengan anugerah maka aku mengatakan terpujilah Tuhan, alangkah besarnya Engkau mengatur seluruh alam sehingga pujian kepada Tuhan layak diberikan”. Di dalam khotbahnya mengenai kemuliaan Kristus, Jonathan Edwards membuat 7 kotbah tentang The Glory of Christ, tentang kemuliaan Kristus. Dia mengatakan di dalam salah satu tema dari 7 itu, “mengapa Kristus ditinggikan? karena keindahan Tuhan tidak mungkin bisa paralel dengan apa pun dinyatakan. Selain di dalam Kristus, Dialah pernyataan keindahan Tuhan paling tinggi karena di dalam dirinya anugerah Tuhan paling besar juga diberikan. Di dalam Kristus Saudara tidak melihat kuasa Tuhan mengancam kita. Di dalam Kristus Saudara melihat kuasa Tuhan ditanggung oleh kasih. Kasih menaklukan power, kasih membuat kuasa menjadi penuh dengan berkat bagi kita. Tuhan tidak mengancam kita dengan kuasaNya, karena kuasa mengancam sudah semua diterima dan diambil oleh Kristus. Dari situ Kristus adalah puncak dari pernyataan kemuliaan Tuhan bagi kita, karena di sanalah kemuliaan dari anugerah belas kasihan dan pengampunan Tuhan diberikan kepada umat. Maka Edwards mengatakan, “ketika engkau melihat kemuliaan Kristus, engkau melihat ada yang ekstrim berbeda di mana kuasa yang menaklukan seluruh alam di ganti atau di paralelkan disatukan dengan kerelaan menjadi rendah, kerelaan menjadi kosong, kerelaan menjadi hina, kemuliaan tertinggi dengan kehinaan terendah dipadukan di dalam Kristus. Sehingga di dalam dia engkau menikmati kemuliaan Tuhan yang tarik engkau dari lumpur hina dan masukan engkau ke dalam kemuliaan Tuhan. Ini iman, jangan tafsir iman dalam cara yang lain. Apa itu iman? Iman itu berarti saya yakin kamu tidak bisa goncang iman saya. Mengapa? Karena saya yakin banget, pokoknya yakin karena saya disuruh yakin, salah. Kalau Saudara ditanya “mengapa yakin Tuhan itu Allah?” Karena saya menerima kebaikan demi kebaikan dari Dia. Saya tidak lihat sumber lain selain di dalam Tuhan. Kalau ini kita sudah luntur, ini kita tidak lagi miliki, kita bukan orang beriman. Ini peringatan Paulus, tahu tidak apa yang dilakukan Israel. Mereka berhenti beriman kepada Tuhan lalu pelan-pelan menemukan kesenangan demi kesenangan dari yang lain. Dan Tuhan mengatakan kalau” kesenanganmu kamu impor dari bangsa lain, saya impor kamu ke bangsa lain juga sekalian. Kamu senang dewa-dewa Babel. Lihatlah dari dekat sana, pergi ke Babel. Kamu mau sistem penyembahan mereka yang menyenangkan? Aku buang engkau ke sana”, Tuhan membuang umatNya. Allah adalah Allah yang beranugerah. Tapi alat juga adalah Allah yang keras. Mengapa keras? karena anugerahnya diabaikan, diterima lalu dibuang, diterima, lalu kita hina dengan menyembah yang lain, ini membuat Tuhan marah. Maka Paulus mengingatkan “aku membagikan kepadamu Injil yang harusnya milik Israel, tapi karena mereka menolak, saya berikan kepadamu. Namun saya harus memberikan peringatan yang juga milik Israel. Jika engkau tidak lagi beriman kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan patahkan engkau dari pohon zaitun ini dan membuang engkau. Dan kehidupan manusia akan makin kering sehingga menjadi kayu yang cuma berguna untuk dibakar. Gambaran yang sangat menakutkan, tapi ini kontras yang luar biasa. Gambaran yang sangat menakutkan yang dikontraskan dengan gambaran yang sangat beautiful, yang sangat indah. Seringkali kita menjalani Kekristenan sebagai usaha bertahan di tengah. Pokoknya saya selamat tidak dimurkai Tuhan. Tuhan memberikan alternatif antara dirinya atau murka nya. Dua hal yang luar biasa kontras. Dan Saudara yang sudah berada di dalam cinta Tuhan mengatakan “kalaupun tidak ada neraka, saya tetap pilih jalan ini”, ini kalimat dari Calvin di Institute of Christian Religion. Takut Dia marah? Bukan, tapi takut karena saya menikmati Dia. Ada perasaan sukacita besar di dalam Dia dan saya tidak mau kehilangan itu, tidak tentu neraka, tapi saya tidak mau kehilangan itu. Saya tidak mau hati yang biasa-biasa. Saya tidak lagi takut neraka, tapi hati yang dingin. Saya mau hatinya penuh kehangatan Tuhan, ini beriman. Maka beriman itu dilawan bukan karena takut neraka, tapi karena mulai rasa biasa dengan Tuhan. Hal biasa ini sebenarnya tidak beriman, apistia. Ini jadi kata kunci yang tidak beriman. Paulus mengatakan Israel diputus, dipatahkan, dibuang, lalu kamu tunas liar dicangkokan ke pohon zaitun milik Tuhan, ke janji Tuhan kepada Abraham. Setelah kamu dicangkokan kamu menikmati hidup Kristen, tapi hati-hati ada di antara kamu yang tidak lama lagi akan berhenti beriman. Atau lebih tepatnya lagi ada di antara kamu yang tidak beriman dan akan makin nyata. Mengapa tidak beriman? Karena tidak memiliki suka di dalam Tuhan. Ini yang pelan-pelan akan membuat orang percaya menjadi jauh dari Tuhan. Mengapa jauh? Karena tidak mempunyai kesenangan di dalam Tuhan, tidak beriman. Maka Paulus mengingatkan “kalau engkau adalah cabang liar, berarti engkau tadinya punya kesenangan dari Tuhan tapi menyembah yang lain (ini bangsa-bangsa lain). Sekarang engkau sudah dikembalikan oleh Tuhan. Menikmati berkat Israel”.