Ketiga, Saudara tidak akan tahu apa itu keindahan sejati. Kita akan terus mencari hal-hal yang kosong. Kita terus menghibur diri sampai mati. Neil Postman menulis buku tentang revolusi TV, mengatakan TV itu mengajarkan kepada kita satu hal bahwa kita adalah orang yang mencari hiburan sampai mati. Apakah salah mencari kesenangan? Tidak, tapi kesenangan sejati akan mempertumbuhkan engkau sebagai manusia. Kesenangan palsu hanya akan mengisi kebutuhan sensasional yang sementara. Kesenangan sejati akan membentuk kemanusiaan. Jeremy Begbie, seorang teolog dan musisi dari Amerika mengatakan bahwa musik itu bukan untuk disukai, musik itu untuk membentuk. Jangan bilang apa yang saya suka, musik apa yang cocok dengan saya. Tapi yang engkau bilang adalah musik ini akan jadikan kamu orang seperti apa. Ketika puji-pujian agung yang menggambarkan ucapan syukur kepada Tuhan karena panen yang berhasil, itu dinyanyikan, Saudara langsung tahu ini dinyanyikan oleh negara yang ber-Tuhan benar. Tapi kalau lagu yang dinyanyikan hanya mendewakan seks, mendewakan hawa nafsu, mengagumi orang karena menggiurkan dan merangsang secara seksual, ini budaya bukan dari Kekristenan. Itu sebabnya tanpa cinta kasih Tuhan, Saudara akan mencari keindahan yang palsu, cari penghiburan yang kosong. Lalu yang terakhir, moralitas. Moralitas tidak mungkin bisa dipertahankan tanpa cinta Tuhan. Orang akan menjadi bermoral bukan karena tindakan untung rugi yang diberikan. Orang bermoral juga bukan karena dorongan dari dalam yang murni. Orang bermoral karena ada tarikan keindahan dari Tuhan. Ini teori yang tidak populer, kebanyakan orang akan mengatakan moralitas dinilai dari tujuan, ini namanya the end justifies the means, teleologis. Apa tujuanmu? Kalau tujuan itu tercapai dan tujuan itu benar, cara apa pun yang kamu buat, silahkan lakukan. Kamu lakukan cara apa pun silahkan jalankan. Kita tidak mengerti etika yang baik, kecuali etika itu didorong oleh suatu rencana yang secara total pasti jadi, kalau ini kita mau lihat secara tujuan. Mengapa kamu harus berbuat baik? Tidak ada gunanya. Orang sudah baik, mengorbankan diri, hidup saleh, tetap hidupnya tidak berhasil. Ini yang digumulkan di dalam Mazmur 73 misalnya, ketika dia mengatakan “Tuhan, saya sudah hampir hilang iman, karena saya hidup setia, lihat, hidupku begini-begini saja. Hidupku semakin miskin dan tidak ada kekuatan untuk bertahan karena badan lemah, miskin menyerang dan saya tidak punya apa-apa untuk dipertahankan dalam hidup saya. Tapi lihat orang fasik, orang jahat yang mencuri barang orang lain, yang merampok, yang menekan orang lain demi keuntungan, lihat mereka begitu sehat. Mereka begitu sejahtera, saya hampir kehilangan iman”, ini dikatakan dalam Mazmur yang dengan jujur mengekspresikan perasaan kita semua. Tapi kalau kita tidak punya Tuhan, cara etika yang baik memang tidak ada tujuan. “Untuk apa kamu pertahankan hidup beres?”, karena orang yang hidup beres tidak tentu menjadi pemenang di dalam hidup. Tapi ketika Tuhan mempunyai rencana dan rencananya diwujudkan dalam dunia, maka kita tahu orang-orang yang menjalankan kehidupan yang benar di hadapan Tuhan, mereka menjalankan kehidupan yang tidak sia-sia. Ini yang dimaksudkan dengan tanpa mengerti cinta Tuhan, Saudara tidak mungkin mengerti etika yang benar. Kalau Saudara tahu cinta Tuhan, bahwa Tuhan adalah Allah yang cintaNya menjadi dorongan dan pondasi untuk kuasa Tuhan, maka Saudara akan tahu Tuhan akan menjalankan rencanaNya karena Tuhan mencintai. Tuhan tidak akan gagal menjalankan apa yang Dia rencanakan. Dan Tuhan tidak mungkin menjalankannya tanpa kasih. Di dalam pengertian Alkitab, kasih ada lebih dulu, baru setelah itu dorongan kuasa muncul. Yang menggerakan Tuhan dengan menjalankan kuasaNya adalah kasih. Yang menggerakan Tuhan mempraktekan kuasaNya adalah kasih Tuhan. Maka ini yang dikatakan Agustinus, jika Allah Kristen dibandingkan dengan allah orang Yahudi yang dipahami secara salah, allahnya orang Yahudi seharusnya sama dengan Allahnya orang Kristen. Tapi kalau orang Yahudi salah mengenal Allah, maka perbedaan Allah orang Kristen dan allah orang Yahudi yang salah dikenal oleh mereka, adalah allah orang Yahudi memunyai kuasa, sedangkan Allah orang Kristen memunyai kasih. Apakah Allah orang Kristen tidak punya kuasa? Punya, tapi kuasa itu digerakan oleh kasih. Tuhan sanggup lakukan apa pun, tapi Tuhan hanya mau lakukan segala hal dengan motivasi kasih. Bisakah Tuhan menjadi jahat? Kalau Dia mau, mengapa tidak bisa? Tapi Dia tidak akan lakukan itu karena kuasaNya Dia didorong oleh kasihNya. Ini dikatakan oleh Anselm di dalam Proslogion. Anselm mengatakan menurut kamu mahakuasa itu apa? Mahakuasa itu berarti dia bisa lakukan segalanya, almighty, apa pun bisa dilakukan. Tapi Anselm mengatakan Allah dari Alkitab adalah Allah yang Mahakuasa karena Dia tidak bisa lakukan semua. Mengapa tidak bisa lakukan semua? Dia tidak bisa lakukan apa pun yang tidak didorong oleh kasih. Kalau Tuhan bertindak selalu karena kasih mendorong. Jika Tuhan bertindak, selalu karena Dia mencintai. Dan Roma 8 mengatakan yang Dia cintai adalah umat pilihan. Mengapa Dia menghukum setan? Karena Dia mencintai orang pilihan. Mengapa Dia menyiapkan langit dan bumi yang baru? Karena Dia mencintai umat pilihan. Mengapa Dia menciptakan neraka? Karena Dia mencintai orang pilihan. Nanti kapan-kapan kita bahas tema ini dengan lebih dalam. Mengapa Dia menyatakan hukumNya? Karena Dia mencintai orang pilihan. Cinta Dia kepada orang pilihan adalah alasan mengapa Dia melakukan segalanya. Jika kita tahu Tuhan mencintai kita dan Tuhan akan membuat semuanya untuk membuktikan cinta Dia kepada kita, Saudara akan punya kehidupan moral yang selaras dengan Tuhan, karena Saudara memunyai pengharapan yang besar di dalam rencana Dia. Inilah yang harus kita dapatkan di dalam kehidupan kita. Agama yang sejati, hidup sosial yang sejati, keindah yang sejati, juga aspek moral yang sejati hanya mungkin terjadi jika Saudara menyadari cinta kasih Tuhan. Inilah yang Paulus mau katakan, maka Paulus mengatakan bahwa kita tidak akan digugat oleh siapa pun, karena Tuhan sudah memiliki kita. Kita sudah diselamatkan karena Kristus menjadi Pembela kita. Kita tidak akan dipisahkan dari Tuhan karena Tuhan sudah mencintai kita. Di dalam segala keadaan, Tuhan membuktikan cinta kasihNya kepada kita. Maka Paulus merasa Injil adalah kesimpulan dari apa yang dinanti-nantikan oleh para nabi, terutama Yeremia. Dia berharap segera ada saat dimana Tuhan kembali mencintai Israel. Saudara kalau melihat ratapan dari Yeremia dan kitab Yeremia itu sendiri, Saudara akan melihat banyak seruan yang mengatakan “kiranya Tuhan mau pulihkan kami, kiranya Tuhan mau mencintai kami kembali”. Di sini Saudara bisa melihat bedanya orang saleh dengan orang yang pura-pura. Orang saleh rindu dicintai Tuhan, hanya ingin Tuhan menyatakan cinta kasihNya. Orang benar haus akan cinta kasih Tuhan, mereka terhibur bukan karena harta duniawi, tetapi Tuhan mengatakan “Aku mengasihi engkau”. Orang Israel menantikan kapan saatnya Tuhan akan curahkan lagi kasihNya, bolehkah kami kembali menikmati dicintai Tuhan? Dan Tuhan berencana untuk menyatakan kasihNya setiap hari. Umat Tuhan adalah orang yang menginginkan hal ini, maka antara Tuhan dan umat pilihanNya selalu ada hal yang klop, Tuhan mau berikan yang rindu kita terima, Tuhan mau nyatakan yang rindu kita dengar. Inilah relasi yang indah antara umat dengan Tuhan. Saya tidak tahu kita ada di dalam posisi mana, apakah yang paling menyukakan hati kita? Jika dicintai Tuhan adalah hal yang paling menyukakan hati kita, maka kita berada di dalam keadaan penuh sukacita. Berbahagialah orang yang tahu bahwa Allah mencintai dia dan menginginkan supaya Allah mencintai dia. Tapi kalau Saudara tidak mencintai Tuhan, maka keadaan hati Tuhan menjadi hal yang tidak penting bagi Saudara. Saudara yang tidak mencintai orang, Saudara tidak akan berharap orang itu mencintai Saudara. Tapi kalau Saudara mencintai seseorang lalu orang itu mengatakan “saya tidak lagi mencintai kamu, saya mau buang kamu dari kehidupan saya”, hari itu menjadi hari dimana jiwa Saudara mati. Saudara akan mengatakan “saya tidak mau lagi hidup karena cintaku yang paling aku inginkan ternyata tidak mendapatkan respon yang setara”. Ini yang dialami Israel “kami tidak mau lagi hidup, karena Tuhan sudah benci kami, Tuhan tidak cinta kami karena kami sudah terlalu jahat. Tuhan sudah buang kami dan Tuhan tidak mau lagi kami ada di hadapan Dia”, ini tangisan Yeremia. Mengapa dia tulis Ratapan? Karena dia rasa dia dibuang Tuhan dan Tuhan memang membuang Israel, dan itu yang menyedihkan hati dia. Dia ingin kembali dicintai oleh Tuhan. Pengharapan Israel, tadi kita lihat ada 5, yang ke-4 adalah supaya Tuhan kembali mencintai mereka dan Tuhan mengekspresikannya setiap hari. Adalah baik bagi relasi yang penuh cinta untuk saling mengekspresikan kasih itu setiap hari. Orang yang sudah menikah kadang beriman dengan kondisi awal, “dulu saya sudah menyatakan cinta kasih, sudah ada perjanjian nikah, sudah mengucapkan janji di depan Allah Tritunggal dan jemaatNya. Sudah beres, kamu sudah tahu saya mencintai kamu, selesai, tidak perlu mengatakannya tiap-tiap hari”. Tapi itu bukan relasi cinta yang baik. Relasi cinta yang baik menuntut adanya ekspresi kasih tiap-tiap hari. Ada orang pernah bertanya kepada saya “pak, kenapa setiap selesai ibadah ada doa berkat, lalu pakai kata selama-lamanya: Allah Tritunggal memberkati engkau hari ini, esok, sampai selama-lamanya atau sampai Kristus datang. Itu kan sudah diucapkan minggu lalu, mengapa minggu ini diucapkan lagi?”, lalu saya menjawab “setiap Minggu ada doa berkat karena Tuhan mencintai engkau dan Dia ingin memastikan kamu tahu Dia mencintai engkau, maka Dia terus menyatakan berkat yang baru”. Bukan hanya tiap Minggu, tapi tiap pagi. Alkitab mengatakan di dalam Ratapan 3, selalu baru kesetiaanMu, setiap pagi baru. Inilah Tuhan, Dia ingin mengekspresikan cinta kasihNya. Waktu Dia mau pulihkan Israel, Dia berjanji “Aku akan mengasihi engkau kembali”. Dan Tuhan akan komunikasikan cinta kasihNya tiap-tiap hari kepada umat yang Dia pulihkan. Satu kali seorang bernama Carl Trueman mengatakan bahwa dia selalu menandai ulang tahun istrinya. Dia pasti memberikan hadiah untuk istrinya, karena dia mencintainya. “Kan istrimu sudah tahu kalau kamu mencintai dia, jangan seperti anak remaja, anak muda yang baru pacaran, setiap hari mengatakan aku cinta kamu, tapi setelah itu putus. Kita kan sudah menikah, tidak perlu mengatakan aku cinta kamu, sudah otomatis tahu”, tapi itu tidak mencerminkan sifat Tuhan. Karena Tuhan tidak mengatakan kepada umatNya, “hai umat, kalian otomatis sudah tahu kalau Aku mengasihi kalian, Aku sudah mengatakan di Yohanes 3:16, kalau mau tahu baca sendiri, Aku tidak mau ngomong lagi, selesai”. Tuhan mengekspresikan kasihNya setiap saat kepada umatNya. Calvin mengatakan Roh Kudus adalah Roh yang mengaplikasikan pengampunan Tuhan kepada kita tiap saat. Saudara perlu pengampunan Tuhan setiap hari dan Tuhan berikan itu tiap hari. Tuhan mencintai Saudara tiap hari dan Tuhan tidak lalai memeritahukannya jika Saudara punya kepekaan dengar itu setiap hari. Pernikahan pun harus dijalankan dengan sifat Tuhan, mari belajar mengekspresikan kasih, jangan membiarkan relasi kasih menjadi dingin di dalam pernikahan yang sudah dijalani sekian lama. Saudara tidak mungkin memberikan hadiah ke istri berupa sembako, itu bukan pemberian, itu namanya pertolongan, istrimu bukan perlu makan yang seperti itu. Saudara akan memberi sesuatu bukan karena dia perlu, tapi karena ada ekspresi kasih yang Saudara mau berikan. Carl Trueman mengatakan “ini yang saya lakukan karena saya ingin mencontoh Tuhan”, Tuhan adalah Allah yang senantiasa mengekspresikan cinta kasihNya. Dan semakin kita sadar, bukan hanya tahu, bahwa Allah mengasihi, kita semakin mampu mengekspresikan kasih kepada Tuhan. Karena cinta kasih itu sifatnya berbalas. Saudara tidak mungkin tidak membalas orang yang mencintai Saudara, orang paling jahat pun akan punya hati mau membalas cinta kasih yang dia terima, apalagi orang milik Tuhan. Ketika Saudara semakin menyadari Tuhan mencintai Saudara, Saudara akan rindu untuk hidup bagi Dia. Saudara dicintai Tuhan, dan tiba-tiba Saudara punya keinginan “saya ingin menunjukan ke Tuhan bahwa hidup saya jalani dengan cara yang pantas, dengan cara yang baik, kiranya Tuhan senang atas hidup saya”, ini yang terjadi ketika kita menyadari cinta kasih Tuhan. Itulah sebabnya Roma 8 mengatakan “Tuhan mencintai engkau dan engkau tidak akan dipisahkan dari cinta kasih Tuhan”. Tidak ada yang akan memisahkan engkau dari kasih Allah, entah itu pedang, bahaya dan apa pun tidak akan memisahkan engkau dari cinta kasih Tuhan.