Ketika kita melihat bagaimana agama beralih dari abad-abad sebelumnya masuk ke dalam abad 21, peralihan agama dari menyembah Tuhan menjadi menyembah sistem nilai yang dipegang dengan ngotot membuat kita sadar manusia tidak pernah tidak beragama. Manusia selalu punya agama, tapi agama menjadi kacau dan rusak karena sekarang agama adalah sesuatu yang saya perjuangkan, bukan sesuatu yang bisa saya nikmati lagi. Sekarang orang akan membela agamanya “ini agama saya, berani menyinggung agama saya, saya bunuh kamu.” Jadi apa yang menyenangkan dari agamamu? “agama saya tidak menyenangkan, tapi agama saya harus saya bela”. Kalau engkau mengenal Tuhan yang engkau cintai, Saudara tidak akan melihat agama dengan cara seperti itu. Saudara akan melihat agama sebagai ekspresi kasih Tuhan yang kita balas dengan sistem yang teratur untuk membuat kita bertumbuh menyenangkan Tuhan. Bagi Calvin, agama adalah cara manusia untuk bertumbuh makin lama makin menyenangkan hati Tuhan. Maka pengertian Calvin tidak anti agama. Luther sangat negatif terhadap agama dan tata cara beragama, Luther mengatakan Injil itu bukan agama, tapi Calvin mengatakan agama perlu karena kalau engkau tidak beragama yang benar, engkau tidak mungkin berada di dalam sistem yang memaksa atau mengarahkan kamu bertumbuh dengan ketat. Saudara kalau tidak ke gereja, tidak beribadah, tidak menjalankan kehidupan spiritual yang rutin setiap hari, mustahil bertumbuh. Maka agama sangat penting, tapi agama bukan identitas yang mati-matian perlu kita bela. Agama adalah tempat di mana jiwa kita menikmati dicintai oleh Tuhan dan bertumbuh untuk mencintai Tuhan. Jadi kita perlu dicintai oleh Tuhan, kalau tidak kehidupan agama akan rusak. Saudara perlu dicintai oleh Tuhan, kalau tidak kehidupan sosial akan rusak. Saudara perlu berelasi dengan manusia dan Saudara menemukan segala pengertian tentang kasih yang tidak kokoh esensinya. Di dalam tulisan Nicholas Wolterstorff, dia mengkritik pemikiran Anders Nygren. Dalam pengertian Nygren, cinta kasih sejati adalah cinta kasih yang tidak tahu apa itu balas dendam yang sangat menerima, tidak melakukan apa pun yang jahat. Segala sesuatu yang jahat diterima apa adanya. Cinta kasih adalah penerimaan terhadap segala yang jahat, lalu membalasnya dengan yang baik, itu cinta kasih. Cinta kasih tidak kenal balas dendam, tidak kenal pencarian retribusi, tidak kenal pencarian membalas orang lain apa yang harus mereka dapat. Cinta kasih hanya memberi yang baik, meksipun dia menerima apa yang jahat. Wolterstorff merasa ini bukan konsep cinta kasih dari Alkitab. Pengertian cinta kasih dari Alkitab sangat terkait dengan adil. Karena Tuhan mencintai, maka Dia menghukum orang yang jahat. Tuhan mencintai maka Kristus harus menjadi Penebus bagi orang berdosa yang mau ditebus. Jadi di dalam pengertian Tuhan, cinta kasih bukan perasaan sentimental yang diumbar begitu saja. Cinta kasih adalah bagian penting dari perjanjian. Kalau kita tidak punya cinta kasih yang sejati, kita tidak akan punya kehidupan sosial yang baik, perjanjian antara manusia dengan manusia yang lain adalah intisari dari pengekspresian kasih. Saudara bisa mencintai sesama di dalam perjanjian yang benar. Saudara tidak mungkin mencintai jika tidak ada perjanjian. Allah mencintai manusia, maka Dia mengikat diriNya dalam perjanjian dengan manusia. Itu sebabnya pernikahan adalah ekspresi yang indah dari cinta kasih. Mengapa janji cinta kasih harus diikat dengan pernikahan jika dua orang ingin menjadi satu di dalam keluarga? Karena cinta kasih harus diikat oleh perjanjian, kesetiaan, cinta kasih bukan perasaan yang kadang muncul kadang hilang, cinta kasih adalah tindakan yang diikat oleh tuntutan harus melakukan apa yang dijanjikan. Maka di dalam pengertian Alkitab, Tuhan yang mencintai adalah Tuhan yang mengikat perjanjian dengan manusia, dan Dia tidak pernah batalkan apa yang Dia sudah ikat, Dia dengan setia akan menjalankannya. Ketika kita menghidupi kehidupan Kristen kita, kita menjalankan kehidupan yang sangat penuh dengan sukacita yang besar karena apa yang akan kita terima dari Tuhan. Saudara menjadi tenang di dalam hidup karena mengatakan apa yang Tuhan janji pasti Dia berikan. Ketika Tuhan memberikan janji dan pernyataan janji itu kita terima, itu menjadi kekuatan kita untuk berjalan di dalam Tuhan. Maka mana yang lebih penting, fakta sekarang atau janji ke depan? Orang Israel akan mengatakan janji ke depan. Fakta sekarang tidak bisa membuat kita menilai Tuhan. Saudara tidak bisa menghakimi Dia dengan mengatakan “Engkau jahat, karena ini yang terjadi”. Tapi Tuhan sudah berjanji, Tuhan menjanjikan keadaan baik nanti. Dan kalau keadaan baik nanti terjadi karena Tuhan sudah berjanji, maka kita menjadi tenang. Saudara akan menjadi orang-orang yang mengatakan “karena Tuhan akan membereskan segala keadaan, maka saya tidak akan kehilangan pengharapan, kekuatan, kesetiaan kepada Tuhan, tidak akan goyah iman”. Orang-orang yang punya pengharapan kepada Tuhan, akan menjadi orang-orang yang berkontribusi kepada sesama. Tidak ada orang bisa berkontribusi bagi sesama jika tidak menerima itu dari Tuhan. Jika Saudara tidak tahu bagaimana setianya Tuhan, tidak mengerti bagaimana janjiNya dicurahkan dengan penuh cinta kasih, Saudara akan sulit menjadi berkat bagi orang lain. Segala konsistensi kita berelasi dengan orang lain selalu didukung oleh sebab akibat, take and give, “segala sesuatu yang berkait dengan apa yang saya beri, itu akan saya dapatkan lagi. Apa yang adil, itu yang membuat saya mau berelasi dengan orang lain”. Maka kita selamanya akan menjadi orang oportunis yang cuma tahu untung, “kalau aku berelasi demi keuntungan, maka aku akan jalankan dengan serius”. “Mengapa kamu mencintai orang lain?”, “karena orang lain menguntungkan saya”. “Mengapa kamu tidak mau berelasi dengan orang tertentu?”, “karena orang itu merugikan saya.” Maka di dalam masyarakat sosial seperti ini, kehidupan relasi sosial tidak mungkin jalan. Manusia bisa menjalankan kehidupan sosial yang kelihatan baik di permukaan, tapi di dalamnya perasaan cinta diterima, pengorbanan yang tulus, kerelaan untuk hidup bagi yang lain itu kosong, tidak ada. Dan dimana ada masyarakat yang tidak ada kerelaan berkorban di dalamnya, masyarakat itu akan kelihatan bagus di diluar tapi kosong di dalam. Masyarakat yang kelihat bagus, maju, kaya dan punya banyak sekali keuntungan, tapi tidak pernah mengerti apa itu menjadi manusia yang dicintai, yang dihargai dan yang diberi berkat melalui pengorbanan orang lain. Di dalam pengertian Kitab Suci, waktu Tuhan mau memberi berkat kepada manusia, Tuhan memberi dengan kerelaan untuk mengorbankan diri. Pemberian diri Tuhan adalah syarat bagi berkat yang kita terima. Siapa yang mensyaratkan ini? Tuhan sendiri. Dia mengatakan pada DiriNya sendiri bahwa Dia akan mengorbankan diri bagi manusia. Di dalam perjanjian Allah Tritunggal sebelum penciptaan dilakukan, Allah Tritunggal sudah menyiapkan rencara keselamatan, dimana Sang Anak menjadi manusia dan dipecahkan tubuhNya bagi manusia. Di dalam perjanjian itu, cinta kasih yang berkorban adalah inti dari tindakan Allah menyelamatkan manusia. Kalau kita tidak terima pengorbanan Tuhan yang rela memecahkan diriNya bagi kita, kita tidak akan pernah memecahkan diri bagi orang lain. Ketika kita tidak mengenal Tuhan dan cintaNya, maka masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang kosong cinta kasih. Saudara melihat masyarakat yang bisa bertumbuh baik, bukan Kristen tapi sangat penuh dengan timbal balik yang menguntungkan. Banyak negara maju tidak kenal Tuhan, menjadi negara yang penuh dengan kekayaan, kelimpahan, dan kita mulai berpikir “Banyak negara yang tidak ber-Tuhan tapi mereka juga maju”. Tapi majunya karena apa? Apakah majunya karena ada penghormatan kepada manusia atau majunya karena di dalam teknologi, keuangan, sekaligus di dalam pelecehan kemanusiaan? Negara makin maju makin meremehkan banyak hal penting di dalam pengertian kasih dan perjanjian. Makin maju negara makin bebas relasi, remeh seksulitas, marak eksploitasi. Saudara akan melihat ini berjalan berbarengan. Saya tidak tahu berapa lama manusia akan celik mata dan melihat bahwa kemajuan yang ditawarkan oleh dunia ini adalah kemajuan yang memiskinkan kemanusia. Ada satu artikel mengatakan bahwa semakin orang meremehkan pernikahan, semakin mereka kehilangan orientasi dan arah tentang makna menjadi manusia. Sulit menghargai manusia jika kita tidak menghargai mereka sebagai makhluk yang agung, yang tidak boleh direndahkan dan tidak boleh dilecehkan. Tapi ketika orang mengekspoitasi kebutuhan seks, hanya sebagai objek untuk menyenangkan kebutuhan seksual, Saudara sedang meremehkan manusia. Dan orang meremehkan manusia akan sulit membangun masyarakat sosial yang baik karena manusia tidak ada nilainya. Tapi tidak ada pengertian bahwa “aku memecahkan diri untuk kamu. Saya menghancurkan diri bagi masyarakat, saya membuang diriku, membuat diriku turun, hancur dan habis demi masyarakat”. Pdt. Jadi pernah mengingatkan bahwa semua orang itu sebenarnya sedang mematikan dirinya demi sesuatu. Tidak ada orang yang semakin berjalan di dalam hidup, semakin panjang umurnya. Kita semua umurnya makin pendek. Hari-hari Saudara digunakan untuk apa, itu berarti Saudara mengorbankan hidup Saudara demi sesuatu itu. Kita senantiasa mengorbankan hidup. Hanya kita tidak sadar, kita mengorbankan hidup demi hal yang apa? demi hal-hal yang kosong. Maka tanpa cinta Tuhan, orang tidak akan mengerti apa itu manusia, mencintai. Maka masyarakat tidak mungkin maju, utuh, dan bertumbuh dalam mengerti kemanusiaan jika bukan karena cinta kasih Tuhan. Cinta kasih Tuhan adalah faktor satu-satunya untuk Saudara mencintai sesama.