Dikatakan bahwa tidak ada yang bisa memisahkan kita dari cinta kasih Allah. Sebenarnya ini bagian dari pengharapan orang Israel, karena ketika orang Israel mendapatkan keadaan dibuang oleh Tuhan, mereka menginginkan untuk dipulihkan dan pulih di dalam pemikiran mereka itu mengandung banyak sekali aspek. Paling tidak ada 5 aspek penting yang mereka kejar, yang pertama mereka rindu Tuhan memulihkan mereka di tanah yang Tuhan janjikan. Kedua, mereka rindu Tuhan memulihkan mereka dengan memberikan raja yang akan memberikan keadilan di tengah-tengah mereka. Mereka juga merindukan supaya Tuhan memberikan kembali damai sejahtera dari penyertaan Tuhan yang tidak kunjung hilang, yang sempurna diberikan. Kemudian mereka juga menginginkan supaya Tuhan menyatakan kasih dan perkenanan Tuhan selama-lamanya. Mereka rindu Tuhan berkata kepada mereka bahwa Tuhan mencintai mereka. Lalu yang terakhir, mereka merindukan Tuhan mengubahkan hati mereka. Ini semua adalah aspek-aspek dari pengharapan Israel di dalam Kitab Yeremia, Yesaya dan Yehezkiel. Apa yang diinginkan Israel? Supaya mereka dipulihkan, semua keadaan yang Tuhan pernah janjikan menjadi sempurna di dalam kehidupan mereka. Tapi di dalam Perjanjian Lama apa yang dijanjikan ini tidak mencapai kesempurnaannya, belum tercapai dengan tuntas. Itu sebabnya setelah penulisan Perjanjian Lama selesai, harus ada seruan dari Yohanes Pembaptis yang menyatakan janji Tuhan sekarang sudah tiba. Perjanjian Lama menyatakan apa yang Tuhan mau berikan, Perjanjian Baru menyatakan bagaimana yang Tuhan janjikan ini sudah terjadi. Apa yang Tuhan mau berikan dan yang Tuhan janjikan, menjadi sempurna di dalam kehidupan gereja Tuhan. Kita melihat bahwa Paulus mengerti pengharapan ini, Paulus mengerti apa yang dia selidiki sendiri dari Perjanjian Lama. Paulus tahu ini yang diperlukan oleh Israel. Sekarang Tuhan tidak hanya menjanjikan bagi Israel, tapi bagi seluruh bangsa yang mau beriman kepada Kristus. Ini kesempurnaan janji yang Tuhan berikan. Itu sebabnya ketika Paulus berbicara tentang Injil, dia berbicara di dalam konteks, dia tidak berbicara dalam tema baru. Paulus bukan pemikir original yang menyampaikan teori baru. Paulus menyampaikan apa yang dia tahu dari Taurat, apa yang dia tahu dari Mazmur, apa yang dia tahu dari Kitab Nabi-nabi, dan dia menyatakan “sekarang saatnya sudah tiba, inilah kegenapan waktu. Apa yang kamu nanti-nantikan sekarang sudah diberikan”. Maka, ketika Paulus memberitakan Injil, dia akan memberitakan pengharapan Israel kepada bangsa lain. Ini sesuatu yang berbeda dengan praktek penginjilan yang kita tahu, kalau kita memberitakan Injil kita menekankan keperluan akan Juruselamat, tetapi tidak membagikannya dengan cara yang diajarkan Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama yang Tuhan ajarkan adalah kebutuhan akan dicintai Tuhan. Semua bangsa memerlukan adanya Allah yang membawa mereka ke dalam relasi yang indah dengan Dia. Ini adalah pernyataan di dalam Kitab Suci, dan fakta yang Paulus temukan waktu dia memberitakan Injil. Ketika dia pergi ke Athena, dia tidak memberitakan tentang Israel secara eksplisit, Perjanjian Lama secara pengutipan ayat. Tetapi dia menyatakan bahwa sama seperti orang Israel punya Tuhan bukan buatan tangan, demikian orang Athena perlu Allah yang bukan buatan tangan. Paulus mengatakan perbedaannya adalah dewa-dewa buatan tangan manusia perlu dipelihara, sedangkan Allah yang bukan buatan tangan manusia yaitu Allah yang sejati adalah yang memelihara manusia. Allah memelihara manusia dan Allah yang mencintai kamu seperti ini yang kamu perlu. Tuhan adalah Tuhan yang menjaga, memelihara, melindungi, menyertai, mendampingi, dan memimpin umatNya. Siapa bangsa yang merasa tidak perlu Ilah seperti ini? Jadi waktu Paulus memberitakan tentang Tuhan, dia memberitakan tentang Allah sejati yang sangat diperlukan oleh semua orang. Kalau kita kupas dan bongkar kebudayaan di zaman kita, di balik kulit yang bagus, ada kekosongan di mana Tuhan yang sejati absen. Kalau melihat kebudayaan modern atau postmodern, kita lihat kecanggihan teknologi, tapi tidak menemukan Tuhan makin dikenal, dicintai, dikagumi, karena manusia seperti punya juruselamat baru, “Kami sudah tahu bahwa buruknya zaman dulu karena orang belum mengerti teori ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, dan segala hal yang diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik. Karena kamu belum tahu maka kamu cari Tuhan. Kami sudah tahu, kami tidak cari Tuhan lagi”. Maka ketika Saudara membaca karya dari para teolog zaman kuno, Saudara akan sadar kita kehilangan banyak hal yang indah, karena kita merasa tidak perlu Tuhan. John Calvin dari buku Institio, mengatakan jika engkau tidak merasa bahwa kebaikan Tuhan adalah sesuatu yang engkau tidak bisa hidup tanpanya, kalau Tuhan tidak baik dan tidak mencurahkan kebaikan kepadamu, kamu tidak mungkin hidup. Kalau engkau tidak mengenal Tuhan sampai segitu, engkau tidak akan mencintai Dia. Manusia tidak mungkin mencintai Tuhan, kecuali dia tahu dia memerlukan Tuhan. Kita bisa lihat bagaimana zaman modern meruntuhkan iman orang dengan mengatakan “kita tidak perlu Tuhan, kita perlu teknologi.”, ini yang meruntuhkan iman manusia. Kalau Saudara mengatakan “saya bukan seperti itu, pak. Saya adalah orang yang tetap beriman kepada Tuhan meskipun teknologi yang baik saya miliki.” Meskipun di satu sisi itu benar, tapi di sisi lain kerinduan untuk mendapatkan Tuhan yang melampaui apa pun mungkin sudah hilang dari kita. Karena mungkin kita tidak siap menukar apa yang menjadi jaminan hidup kita demi mengenal Tuhan, misalnya.
Dalam buku Proslogion Anselm, dia mengatakan bahwa kebutuhan manusia paling utama adalah kenal Tuhan. Orang yang sadar akan kebutuhan ini akan tinggalkan apa pun kalau perlu demi bisa mengenal Tuhan. Ini aspek yang hilang dari kehidupan kita karena tidak pernah mengetahui apa artinya menukarkan keadaan hidup yang lama dengan Tuhan. Kita tidak pernah ada dalam keadaan dimana kita harus memilih mau hidup baik atau Tuhan. Seolah-olah hidup baik dan Tuhan sekarang dengan akrab bisa disatukan, “saya tetap bisa jadi Kristen, saya tetap bisa menikmati mengikuti Tuhan tanpa kehilangan apa pun yang dunia modern tawarkan kepada saya. Sehingga mungkin kita menjadi orang yang luput menikmati hal yang dulu orang Kristen sangat nikmati. Orang Kristen zaman dulu kalau ditanya “mana yang kamu pilih, tetap beriman kepada Tuhan dan hidupmu rusak, hancur, usaha tidak mungkin jalan, uang tidak mungkin kamu terima, kami akan kejar kamu, bahkan mungkin siksa kamu. Masih mau percaya Tuhan Yesus? Kalau kamu menolak Dia, maka kamu akan hidup tenang. Kalau kamu menerima dan mengakui Dia, mungkin kamu akan dianiaya”. Orang Kristen zaman dulu akan mengatakan “kami tidak akan pernah memalingkan wajah dari Kristus. Kami sudah melihat yang paling indah dan tidak akan tergerak untuk keindahan apa pun yang ditawarkan kepada kami. Tidak ada apa pun di dalam hidup kami selain Tuhan. Sehingga jika engkau menyuruh kami untuk meninggalkan Tuhan, engkau suruh kami untuk mati, kami tidak bisa hidup tanpa Dia dan kami harus beriman kepada Dia. Apa pun resiko yang harus kami bayar, kami akan lalui karena kami tidak bisa kehilangan Tuhan”, aspek seperti ini jauh dari kehidupan kita sekarang. Sehingga kita dengan sangat tenang bisa beriman kepada Tuhan dan bisa dengan tenang menjalankan kehidupan yang stabil dan aman. Itu sebabnya Kekristenan menjadi agama yang pelan-pelan kehilangan makna, pengisi waktu lowong, penghibur jiwa jika yang lain sudah gagal. Berapa banyak orang berpaling kepada Tuhan ketika hidup seperti tidak menawarkan apa pun lagi? Waktu mereka berpaling kepada Tuhan, baru mereka sadar selama ini mereka salah memilih hidup karena sebenarnya sukacita sejati, tenang sejati, dan damai sejati hanya mungkin ada di dalam Tuhan. Itu sebabnya, Anselm menulis kalimat indah, jika kamu ingin belajar kenal Tuhan maka sebenarnya kamu sedang belajar mengenal tujuan manusia dicipta. Mengapa Tuhan menciptakan manusia? Supaya bisa kenal Tuhan. Mengapa kenal Tuhan? Jika kamu berusaha cari keindahan, kenyamanan, kesenangan, keagungan yang paling besar di dalam dunia, kamu akan sadar bahwa pencarian kesenangan, keindahan, kebaikan, kemuliaan di dalam dunia sangat remeh dibandingkan dengan kemuliaan Sang Pencipta. Kebenaran di dalam dunia ciptaan adalah sesuatu yang lebih rendah dibandingkan Sang Kebenaran itu sendiri yaitu Allah. Kesenangan di dalam dunia ciptaan jauh lebih rendah dibandingkan dengan sumber kesenangan sejati yaitu Allah. Maka bagi Anselm semakin kita mencari Tuhan dan kenal Dia dengan benar, semakin kita ingin untuk menjadi orang yang menikmati Dia. Tuhan jauh lebihindah dari apa pun yang dunia ini tawarkan. Itu sebabnya ketika orang Israel ada dalam pembuangan, yang mereka rindukan adalah Tuhan kembali berkenan untuk mencintai mereka. “Maukah Tuhan berkenan kembali mencintai kami? ini menjadi pengharapan mereka yang paling besar, dan ini yang Paulus bawa kemana-mana. “Kamu perlu Tuhan karena jika engkau tidak dikasihi oleh Dia, sebenarnya kehidupanmu akan menjadi kosong makna”. Tanpa cinta dari Tuhan, manusia tidak bisa hidup. Kita didesain untuk dicintai oleh Tuhan dan karena itu kita tidak bisa hidup jika kita tidak dicintai oleh Tuhan. Seorang teolog Kanada bernama James Smith mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang mencintai dan dicintai. Manusia terutama bukanlah makhluk pemikir, ini kesalahan dari Aristotle ketika mengatakan manusia adalah binatang yang berpikir atau binatang rasional. Manusia itu manusia karena manusia perlu cinta kasih. Kalau Saudara mengatakan binatang pun memerlukan itu, tapi tidak sekompleks manusia. Manusia adalah makhluk yang utamanya adalah desire to love, keinginan untuk mencintai. Sehingga pertanyaan paling penting bagi manusia bukan “apakah itu kebenaran?”, ini pertanyaan abstrak di zaman modern. Tapi sekarang, orang mencari “dimana saya bisa tenang karena saya dicintai? Anselm mengingatkan karena kita sudah jatuh dalam dosa, kita tidak sadar akan kebutuhan ini, kita tidak mencari cinta Tuhan. Tapi ketika orang Israel ada di dalam pembuangan, orang saleh seperti Yeremia, Daniel, Yesaya, meratap kepada Tuhan dengan mengatakan “Tuhan, kami rindu dicintai kembali oleh Tuhan”. Ini kerinduan besar yang diharapkan oleh orang Israel. Tapi kalau kita mengatakan “aku ingin Tuhan mencintai kami lagi?”, mengapa kita ingin Tuhan mencintai kita lagi? mengapa kita ingin Tuhan menyatakan kasihNya kepada kita? Karena kalau Tuhan tidak mencintai kita, maka kita akan menjadi orang yang kehilangan 4 hal penting dalam hidup. Kita akan kehilangan agama, karena agama menjadi kosong dan tidak berarti kalau tidak cinta Tuhan. Yang kedua, kita akan kehilangan kehidupan sosial, karena tanpa cinta Tuhan, Saudara tidak akan mungkin mengerti bagaimana hidup berkomunitas dengan manusia yang tidak pernah menjadi standar cinta kasih. Saudara kalau tidak punya Tuhan, bagaimana mengerti mencintai? Karena Saudara akan belajar cinta dari manusia yang tidak pernah mengerti apa itu cinta kasih. Yang ketiga, tanpa dicintai oleh Tuhan, Saudara akan sangat kosong makna di dalam hal keindahan. Apa itu keindahan sejati? Di dalam Institutio, Calvin mengatakan segala hal yang baik, indah, menyenangkan, dan mulia dari ciptaan adalah cermin untuk kita melihat Allah yang tidak terlihat dengan cara yang lain. Saudara tidak bisa melihat Tuhan, tapi dengan keindahan yang ditawarkan alam, Saudara bisa mengerti keindahan dari Tuhan yang memelihara. Maka tanpa cinta Tuhan, kita tidak akan mempunyai konsep keindahan. Saudara akan kehilangan agama, sosial, estetika, dan pada akhirnya kehilangan sisi etika. Tanpa dicintai oleh Tuhan, manusia hanya akan menjadi makhluk oportunis yang mencari kemungkinan untuk untung, kemungkinan untuk kehendaknya jadi, sehingga menjadi makhluk yang secara moral penuh dengan manipulasi, penuh dengan penipuan demi keuntungan diri sendiri. Siapa tidak dicintai Tuhan, tidak akan punya kehidupan beragama, sosial, tidak akan punya pengertian tentang indah, apa itu moral yang sejati. Empat hal ini sebenarnya adalah pilar utama adanya budaya dan peradaban yang baik. Charles Taylor mengingatkan bahwa ekspresi agama sebenarnya berubah wujud tapi tidak pernah hilang dari masyarakat. Bangsa paling sekuler yang mengatakan “kami tidak percaya Tuhan lagi”, tetap memercayai ide yang mereka pegang sekuat orang beragama memegang agamanya. Agama itu bukan cuma sekedar mengakui ada Tuhan lalu saya sembah Dia, agama adalah sistem kepercayaan yang dipegang dengan sangat kuat. Apa pun itu yang dipegang dengan sangat kuat, itu sebenarnya adalah religius value atau nilai agama yang dipegang oleh sebuah kebudayaan. Dia menyelidiki bagaimana ekspresi seseorang didalam menyatakan dirinya menjadi agama baru di masyarakat. Kalau Saudara bertanya sekarang agama yang paling populer di dunia barat itu apa? Sekarang agama paling populer adalah Saudara bersikap dengan cara yang sangat tidak esensial dalam mengerti identitas. Sekarang orang akan menyatakan identitas dia bukan di dalam hal yang paling utama, tapi hal yang paling remeh sekali. Bahkan identitas manusia dikaitkan dengan seksualitas, “saya adalah orang yang orientasi seksualitasnya ke arah ini atau arah itu.” Itu sebabnya manusia yang sudah kehilangan arah untuk dicintai oleh Tuhan, akan menjadikan agama sebagai sesuatu yang dipegang secara ketat tapi isi dari apa yang dipegang itu tidak akan membantu kemanusiaan untuk bertumbuh menjadi baik.