Ketika kita melihat bagaimana agama beralih dari abad-abad sebelumnya masuk ke dalam abad 21, peralihan agama dari menyembah Tuhan menjadi menyembah sistem nilai yang dipegang dengan ngotot membuat kita sadar manusia tidak pernah tidak beragama. Manusia selalu punya agama, tapi agama menjadi kacau dan rusak karena sekarang agama adalah sesuatu yang saya perjuangkan, bukan sesuatu yang bisa saya nikmati lagi. Sekarang orang akan membela agamanya “ini agama saya, berani menyinggung agama saya, saya bunuh kamu.” Jadi apa yang menyenangkan dari agamamu? “agama saya tidak menyenangkan, tapi agama saya harus saya bela”. Kalau engkau mengenal Tuhan yang engkau cintai, Saudara tidak akan melihat agama dengan cara seperti itu. Saudara akan melihat agama sebagai ekspresi kasih Tuhan yang kita balas dengan sistem yang teratur untuk membuat kita bertumbuh menyenangkan Tuhan. Bagi Calvin, agama adalah cara manusia untuk bertumbuh makin lama makin menyenangkan hati Tuhan. Maka pengertian Calvin tidak anti agama. Luther sangat negatif terhadap agama dan tata cara beragama, Luther mengatakan Injil itu bukan agama, tapi Calvin mengatakan agama perlu karena kalau engkau tidak beragama yang benar, engkau tidak mungkin berada di dalam sistem yang memaksa atau mengarahkan kamu bertumbuh dengan ketat. Saudara kalau tidak ke gereja, tidak beribadah, tidak menjalankan kehidupan spiritual yang rutin setiap hari, mustahil bertumbuh. Maka agama sangat penting, tapi agama bukan identitas yang mati-matian perlu kita bela. Agama adalah tempat di mana jiwa kita menikmati dicintai oleh Tuhan dan bertumbuh untuk mencintai Tuhan. Jadi kita perlu dicintai oleh Tuhan, kalau tidak kehidupan agama akan rusak. Saudara perlu dicintai oleh Tuhan, kalau tidak kehidupan sosial akan rusak. Saudara perlu berelasi dengan manusia dan Saudara menemukan segala pengertian tentang kasih yang tidak kokoh esensinya. Di dalam tulisan Nicholas Wolterstorff, dia mengkritik pemikiran Anders Nygren. Dalam pengertian Nygren, cinta kasih sejati adalah cinta kasih yang tidak tahu apa itu balas dendam yang sangat menerima, tidak melakukan apa pun yang jahat. Segala sesuatu yang jahat diterima apa adanya. Cinta kasih adalah penerimaan terhadap segala yang jahat, lalu membalasnya dengan yang baik, itu cinta kasih. Cinta kasih tidak kenal balas dendam, tidak kenal pencarian retribusi, tidak kenal pencarian membalas orang lain apa yang harus mereka dapat. Cinta kasih hanya memberi yang baik, meksipun dia menerima apa yang jahat. Wolterstorff merasa ini bukan konsep cinta kasih dari Alkitab. Pengertian cinta kasih dari Alkitab sangat terkait dengan adil. Karena Tuhan mencintai, maka Dia menghukum orang yang jahat. Tuhan mencintai maka Kristus harus menjadi Penebus bagi orang berdosa yang mau ditebus. Jadi di dalam pengertian Tuhan, cinta kasih bukan perasaan sentimental yang diumbar begitu saja. Cinta kasih adalah bagian penting dari perjanjian. Kalau kita tidak punya cinta kasih yang sejati, kita tidak akan punya kehidupan sosial yang baik, perjanjian antara manusia dengan manusia yang lain adalah intisari dari pengekspresian kasih. Saudara bisa mencintai sesama di dalam perjanjian yang benar. Saudara tidak mungkin mencintai jika tidak ada perjanjian. Allah mencintai manusia, maka Dia mengikat diriNya dalam perjanjian dengan manusia. Itu sebabnya pernikahan adalah ekspresi yang indah dari cinta kasih. Mengapa janji cinta kasih harus diikat dengan pernikahan jika dua orang ingin menjadi satu di dalam keluarga? Karena cinta kasih harus diikat oleh perjanjian, kesetiaan, cinta kasih bukan perasaan yang kadang muncul kadang hilang, cinta kasih adalah tindakan yang diikat oleh tuntutan harus melakukan apa yang dijanjikan. Maka di dalam pengertian Alkitab, Tuhan yang mencintai adalah Tuhan yang mengikat perjanjian dengan manusia, dan Dia tidak pernah batalkan apa yang Dia sudah ikat, Dia dengan setia akan menjalankannya. Ketika kita menghidupi kehidupan Kristen kita, kita menjalankan kehidupan yang sangat penuh dengan sukacita yang besar karena apa yang akan kita terima dari Tuhan. Saudara menjadi tenang di dalam hidup karena mengatakan apa yang Tuhan janji pasti Dia berikan. Ketika Tuhan memberikan janji dan pernyataan janji itu kita terima, itu menjadi kekuatan kita untuk berjalan di dalam Tuhan. Maka mana yang lebih penting, fakta sekarang atau janji ke depan? Orang Israel akan mengatakan janji ke depan. Fakta sekarang tidak bisa membuat kita menilai Tuhan. Saudara tidak bisa menghakimi Dia dengan mengatakan “Engkau jahat, karena ini yang terjadi”. Tapi Tuhan sudah berjanji, Tuhan menjanjikan keadaan baik nanti. Dan kalau keadaan baik nanti terjadi karena Tuhan sudah berjanji, maka kita menjadi tenang. Saudara akan menjadi orang-orang yang mengatakan “karena Tuhan akan membereskan segala keadaan, maka saya tidak akan kehilangan pengharapan, kekuatan, kesetiaan kepada Tuhan, tidak akan goyah iman”. Orang-orang yang punya pengharapan kepada Tuhan, akan menjadi orang-orang yang berkontribusi kepada sesama. Tidak ada orang bisa berkontribusi bagi sesama jika tidak menerima itu dari Tuhan. Jika Saudara tidak tahu bagaimana setianya Tuhan, tidak mengerti bagaimana janjiNya dicurahkan dengan penuh cinta kasih, Saudara akan sulit menjadi berkat bagi orang lain. Segala konsistensi kita berelasi dengan orang lain selalu didukung oleh sebab akibat, take and give, “segala sesuatu yang berkait dengan apa yang saya beri, itu akan saya dapatkan lagi. Apa yang adil, itu yang membuat saya mau berelasi dengan orang lain”. Maka kita selamanya akan menjadi orang oportunis yang cuma tahu untung, “kalau aku berelasi demi keuntungan, maka aku akan jalankan dengan serius”. “Mengapa kamu mencintai orang lain?”, “karena orang lain menguntungkan saya”. “Mengapa kamu tidak mau berelasi dengan orang tertentu?”, “karena orang itu merugikan saya.” Maka di dalam masyarakat sosial seperti ini, kehidupan relasi sosial tidak mungkin jalan. Manusia bisa menjalankan kehidupan sosial yang kelihatan baik di permukaan, tapi di dalamnya perasaan cinta diterima, pengorbanan yang tulus, kerelaan untuk hidup bagi yang lain itu kosong, tidak ada. Dan dimana ada masyarakat yang tidak ada kerelaan berkorban di dalamnya, masyarakat itu akan kelihatan bagus di diluar tapi kosong di dalam. Masyarakat yang kelihat bagus, maju, kaya dan punya banyak sekali keuntungan, tapi tidak pernah mengerti apa itu menjadi manusia yang dicintai, yang dihargai dan yang diberi berkat melalui pengorbanan orang lain. Di dalam pengertian Kitab Suci, waktu Tuhan mau memberi berkat kepada manusia, Tuhan memberi dengan kerelaan untuk mengorbankan diri. Pemberian diri Tuhan adalah syarat bagi berkat yang kita terima. Siapa yang mensyaratkan ini? Tuhan sendiri. Dia mengatakan pada DiriNya sendiri bahwa Dia akan mengorbankan diri bagi manusia. Di dalam perjanjian Allah Tritunggal sebelum penciptaan dilakukan, Allah Tritunggal sudah menyiapkan rencara keselamatan, dimana Sang Anak menjadi manusia dan dipecahkan tubuhNya bagi manusia. Di dalam perjanjian itu, cinta kasih yang berkorban adalah inti dari tindakan Allah menyelamatkan manusia. Kalau kita tidak terima pengorbanan Tuhan yang rela memecahkan diriNya bagi kita, kita tidak akan pernah memecahkan diri bagi orang lain. Ketika kita tidak mengenal Tuhan dan cintaNya, maka masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang kosong cinta kasih. Saudara melihat masyarakat yang bisa bertumbuh baik, bukan Kristen tapi sangat penuh dengan timbal balik yang menguntungkan. Banyak negara maju tidak kenal Tuhan, menjadi negara yang penuh dengan kekayaan, kelimpahan, dan kita mulai berpikir “Banyak negara yang tidak ber-Tuhan tapi mereka juga maju”. Tapi majunya karena apa? Apakah majunya karena ada penghormatan kepada manusia atau majunya karena di dalam teknologi, keuangan, sekaligus di dalam pelecehan kemanusiaan? Negara makin maju makin meremehkan banyak hal penting di dalam pengertian kasih dan perjanjian. Makin maju negara makin bebas relasi, remeh seksulitas, marak eksploitasi. Saudara akan melihat ini berjalan berbarengan. Saya tidak tahu berapa lama manusia akan celik mata dan melihat bahwa kemajuan yang ditawarkan oleh dunia ini adalah kemajuan yang memiskinkan kemanusia. Ada satu artikel mengatakan bahwa semakin orang meremehkan pernikahan, semakin mereka kehilangan orientasi dan arah tentang makna menjadi manusia. Sulit menghargai manusia jika kita tidak menghargai mereka sebagai makhluk yang agung, yang tidak boleh direndahkan dan tidak boleh dilecehkan. Tapi ketika orang mengekspoitasi kebutuhan seks, hanya sebagai objek untuk menyenangkan kebutuhan seksual, Saudara sedang meremehkan manusia. Dan orang meremehkan manusia akan sulit membangun masyarakat sosial yang baik karena manusia tidak ada nilainya. Tapi tidak ada pengertian bahwa “aku memecahkan diri untuk kamu. Saya menghancurkan diri bagi masyarakat, saya membuang diriku, membuat diriku turun, hancur dan habis demi masyarakat”. Pdt. Jadi pernah mengingatkan bahwa semua orang itu sebenarnya sedang mematikan dirinya demi sesuatu. Tidak ada orang yang semakin berjalan di dalam hidup, semakin panjang umurnya. Kita semua umurnya makin pendek. Hari-hari Saudara digunakan untuk apa, itu berarti Saudara mengorbankan hidup Saudara demi sesuatu itu. Kita senantiasa mengorbankan hidup. Hanya kita tidak sadar, kita mengorbankan hidup demi hal yang apa? demi hal-hal yang kosong. Maka tanpa cinta Tuhan, orang tidak akan mengerti apa itu manusia, mencintai. Maka masyarakat tidak mungkin maju, utuh, dan bertumbuh dalam mengerti kemanusiaan jika bukan karena cinta kasih Tuhan. Cinta kasih Tuhan adalah faktor satu-satunya untuk Saudara mencintai sesama.

Ketiga, Saudara tidak akan tahu apa itu keindahan sejati. Kita akan terus mencari hal-hal yang kosong. Kita terus menghibur diri sampai mati. Neil Postman menulis buku tentang revolusi TV, mengatakan TV itu mengajarkan kepada kita satu hal bahwa kita adalah orang yang mencari hiburan sampai mati. Apakah salah mencari kesenangan? Tidak, tapi kesenangan sejati akan mempertumbuhkan engkau sebagai manusia. Kesenangan palsu hanya akan mengisi kebutuhan sensasional yang sementara. Kesenangan sejati akan membentuk kemanusiaan. Jeremy Begbie, seorang teolog dan musisi dari Amerika mengatakan bahwa musik itu bukan untuk disukai, musik itu untuk membentuk. Jangan bilang apa yang saya suka, musik apa yang cocok dengan saya. Tapi yang engkau bilang adalah musik ini akan jadikan kamu orang seperti apa. Ketika puji-pujian agung yang menggambarkan ucapan syukur kepada Tuhan karena panen yang berhasil, itu dinyanyikan, Saudara langsung tahu ini dinyanyikan oleh negara yang ber-Tuhan benar. Tapi kalau lagu yang dinyanyikan hanya mendewakan seks, mendewakan hawa nafsu, mengagumi orang karena menggiurkan dan merangsang secara seksual, ini budaya bukan dari Kekristenan. Itu sebabnya tanpa cinta kasih Tuhan, Saudara akan mencari keindahan yang palsu, cari penghiburan yang kosong. Lalu yang terakhir, moralitas. Moralitas tidak mungkin bisa dipertahankan tanpa cinta Tuhan. Orang akan menjadi bermoral bukan karena tindakan untung rugi yang diberikan. Orang bermoral juga bukan karena dorongan dari dalam yang murni. Orang bermoral karena ada tarikan keindahan dari Tuhan. Ini teori yang tidak populer, kebanyakan orang akan mengatakan moralitas dinilai dari tujuan, ini namanya the end justifies the means, teleologis. Apa tujuanmu? Kalau tujuan itu tercapai dan tujuan itu benar, cara apa pun yang kamu buat, silahkan lakukan. Kamu lakukan cara apa pun silahkan jalankan. Kita tidak mengerti etika yang baik, kecuali etika itu didorong oleh suatu rencana yang secara total pasti jadi, kalau ini kita mau lihat secara tujuan. Mengapa kamu harus berbuat baik? Tidak ada gunanya. Orang sudah baik, mengorbankan diri, hidup saleh, tetap hidupnya tidak berhasil. Ini yang digumulkan di dalam Mazmur 73 misalnya, ketika dia mengatakan “Tuhan, saya sudah hampir hilang iman, karena saya hidup setia, lihat, hidupku begini-begini saja. Hidupku semakin miskin dan tidak ada kekuatan untuk bertahan karena badan lemah, miskin menyerang dan saya tidak punya apa-apa untuk dipertahankan dalam hidup saya. Tapi lihat orang fasik, orang jahat yang mencuri barang orang lain, yang merampok, yang menekan orang lain demi keuntungan, lihat mereka begitu sehat. Mereka begitu sejahtera, saya hampir kehilangan iman”, ini dikatakan dalam Mazmur yang dengan jujur mengekspresikan perasaan kita semua. Tapi kalau kita tidak punya Tuhan, cara etika yang baik memang tidak ada tujuan. “Untuk apa kamu pertahankan hidup beres?”, karena orang yang hidup beres tidak tentu menjadi pemenang di dalam hidup. Tapi ketika Tuhan mempunyai rencana dan rencananya diwujudkan dalam dunia, maka kita tahu orang-orang yang menjalankan kehidupan yang benar di hadapan Tuhan, mereka menjalankan kehidupan yang tidak sia-sia. Ini yang dimaksudkan dengan tanpa mengerti cinta Tuhan, Saudara tidak mungkin mengerti etika yang benar. Kalau Saudara tahu cinta Tuhan, bahwa Tuhan adalah Allah yang cintaNya menjadi dorongan dan pondasi untuk kuasa Tuhan, maka Saudara akan tahu Tuhan akan menjalankan rencanaNya karena Tuhan mencintai. Tuhan tidak akan gagal menjalankan apa yang Dia rencanakan. Dan Tuhan tidak mungkin menjalankannya tanpa kasih. Di dalam pengertian Alkitab, kasih ada lebih dulu, baru setelah itu dorongan kuasa muncul. Yang menggerakan Tuhan dengan menjalankan kuasaNya adalah kasih. Yang menggerakan Tuhan mempraktekan kuasaNya adalah kasih Tuhan. Maka ini yang dikatakan Agustinus, jika Allah Kristen dibandingkan dengan allah orang Yahudi yang dipahami secara salah, allahnya orang Yahudi seharusnya sama dengan Allahnya orang Kristen. Tapi kalau orang Yahudi salah mengenal Allah, maka perbedaan Allah orang Kristen dan allah orang Yahudi yang salah dikenal oleh mereka, adalah allah orang Yahudi memunyai kuasa, sedangkan Allah orang Kristen memunyai kasih. Apakah Allah orang Kristen tidak punya kuasa? Punya, tapi kuasa itu digerakan oleh kasih. Tuhan sanggup lakukan apa pun, tapi Tuhan hanya mau lakukan segala hal dengan motivasi kasih. Bisakah Tuhan menjadi jahat? Kalau Dia mau, mengapa tidak bisa? Tapi Dia tidak akan lakukan itu karena kuasaNya Dia didorong oleh kasihNya. Ini dikatakan oleh Anselm di dalam Proslogion. Anselm mengatakan menurut kamu mahakuasa itu apa? Mahakuasa itu berarti dia bisa lakukan segalanya, almighty, apa pun bisa dilakukan. Tapi Anselm mengatakan Allah dari Alkitab adalah Allah yang Mahakuasa karena Dia tidak bisa lakukan semua. Mengapa tidak bisa lakukan semua? Dia tidak bisa lakukan apa pun yang tidak didorong oleh kasih. Kalau Tuhan bertindak selalu karena kasih mendorong. Jika Tuhan bertindak, selalu karena Dia mencintai. Dan Roma 8 mengatakan yang Dia cintai adalah umat pilihan. Mengapa Dia menghukum setan? Karena Dia mencintai orang pilihan. Mengapa Dia menyiapkan langit dan bumi yang baru? Karena Dia mencintai umat pilihan. Mengapa Dia menciptakan neraka? Karena Dia mencintai orang pilihan. Nanti kapan-kapan kita bahas tema ini dengan lebih dalam. Mengapa Dia menyatakan hukumNya? Karena Dia mencintai orang pilihan. Cinta Dia kepada orang pilihan adalah alasan mengapa Dia melakukan segalanya. Jika kita tahu Tuhan mencintai kita dan Tuhan akan membuat semuanya untuk membuktikan cinta Dia kepada kita, Saudara akan punya kehidupan moral yang selaras dengan Tuhan, karena Saudara memunyai pengharapan yang besar di dalam rencana Dia. Inilah yang harus kita dapatkan di dalam kehidupan kita. Agama yang sejati, hidup sosial yang sejati, keindah yang sejati, juga aspek moral yang sejati hanya mungkin terjadi jika Saudara menyadari cinta kasih Tuhan. Inilah yang Paulus mau katakan, maka Paulus mengatakan bahwa kita tidak akan digugat oleh siapa pun, karena Tuhan sudah memiliki kita. Kita sudah diselamatkan karena Kristus menjadi Pembela kita. Kita tidak akan dipisahkan dari Tuhan karena Tuhan sudah mencintai kita. Di dalam segala keadaan, Tuhan membuktikan cinta kasihNya kepada kita. Maka Paulus merasa Injil adalah kesimpulan dari apa yang dinanti-nantikan oleh para nabi, terutama Yeremia. Dia berharap segera ada saat dimana Tuhan kembali mencintai Israel. Saudara kalau melihat ratapan dari Yeremia dan kitab Yeremia itu sendiri, Saudara akan melihat banyak seruan yang mengatakan “kiranya Tuhan mau pulihkan kami, kiranya Tuhan mau mencintai kami kembali”. Di sini Saudara bisa melihat bedanya orang saleh dengan orang yang pura-pura. Orang saleh rindu dicintai Tuhan, hanya ingin Tuhan menyatakan cinta kasihNya. Orang benar haus akan cinta kasih Tuhan, mereka terhibur bukan karena harta duniawi, tetapi Tuhan mengatakan “Aku mengasihi engkau”. Orang Israel menantikan kapan saatnya Tuhan akan curahkan lagi kasihNya, bolehkah kami kembali menikmati dicintai Tuhan? Dan Tuhan berencana untuk menyatakan kasihNya setiap hari. Umat Tuhan adalah orang yang menginginkan hal ini, maka antara Tuhan dan umat pilihanNya selalu ada hal yang klop, Tuhan mau berikan yang rindu kita terima, Tuhan mau nyatakan yang rindu kita dengar. Inilah relasi yang indah antara umat dengan Tuhan. Saya tidak tahu kita ada di dalam posisi mana, apakah yang paling menyukakan hati kita? Jika dicintai Tuhan adalah hal yang paling menyukakan hati kita, maka kita berada di dalam keadaan penuh sukacita. Berbahagialah orang yang tahu bahwa Allah mencintai dia dan menginginkan supaya Allah mencintai dia. Tapi kalau Saudara tidak mencintai Tuhan, maka keadaan hati Tuhan menjadi hal yang tidak penting bagi Saudara. Saudara yang tidak mencintai orang, Saudara tidak akan berharap orang itu mencintai Saudara. Tapi kalau Saudara mencintai seseorang lalu orang itu mengatakan “saya tidak lagi mencintai kamu, saya mau buang kamu dari kehidupan saya”, hari itu menjadi hari dimana jiwa Saudara mati. Saudara akan mengatakan “saya tidak mau lagi hidup karena cintaku yang paling aku inginkan ternyata tidak mendapatkan respon yang setara”. Ini yang dialami Israel “kami tidak mau lagi hidup, karena Tuhan sudah benci kami, Tuhan tidak cinta kami karena kami sudah terlalu jahat. Tuhan sudah buang kami dan Tuhan tidak mau lagi kami ada di hadapan Dia”, ini tangisan Yeremia. Mengapa dia tulis Ratapan? Karena dia rasa dia dibuang Tuhan dan Tuhan memang membuang Israel, dan itu yang menyedihkan hati dia. Dia ingin kembali dicintai oleh Tuhan. Pengharapan Israel, tadi kita lihat ada 5, yang ke-4 adalah supaya Tuhan kembali mencintai mereka dan Tuhan mengekspresikannya setiap hari. Adalah baik bagi relasi yang penuh cinta untuk saling mengekspresikan kasih itu setiap hari. Orang yang sudah menikah kadang beriman dengan kondisi awal, “dulu saya sudah menyatakan cinta kasih, sudah ada perjanjian nikah, sudah mengucapkan janji di depan Allah Tritunggal dan jemaatNya. Sudah beres, kamu sudah tahu saya mencintai kamu, selesai, tidak perlu mengatakannya tiap-tiap hari”. Tapi itu bukan relasi cinta yang baik. Relasi cinta yang baik menuntut adanya ekspresi kasih tiap-tiap hari. Ada orang pernah bertanya kepada saya “pak, kenapa setiap selesai ibadah ada doa berkat, lalu pakai kata selama-lamanya: Allah Tritunggal memberkati engkau hari ini, esok, sampai selama-lamanya atau sampai Kristus datang. Itu kan sudah diucapkan minggu lalu, mengapa minggu ini diucapkan lagi?”, lalu saya menjawab “setiap Minggu ada doa berkat karena Tuhan mencintai engkau dan Dia ingin memastikan kamu tahu Dia mencintai engkau, maka Dia terus menyatakan berkat yang baru”. Bukan hanya tiap Minggu, tapi tiap pagi. Alkitab mengatakan di dalam Ratapan 3, selalu baru kesetiaanMu, setiap pagi baru. Inilah Tuhan, Dia ingin mengekspresikan cinta kasihNya. Waktu Dia mau pulihkan Israel, Dia berjanji “Aku akan mengasihi engkau kembali”. Dan Tuhan akan komunikasikan cinta kasihNya tiap-tiap hari kepada umat yang Dia pulihkan. Satu kali seorang bernama Carl Trueman mengatakan bahwa dia selalu menandai ulang tahun istrinya. Dia pasti memberikan hadiah untuk istrinya, karena dia mencintainya. “Kan istrimu sudah tahu kalau kamu mencintai dia, jangan seperti anak remaja, anak muda yang baru pacaran, setiap hari mengatakan aku cinta kamu, tapi setelah itu putus. Kita kan sudah menikah, tidak perlu mengatakan aku cinta kamu, sudah otomatis tahu”, tapi itu tidak mencerminkan sifat Tuhan. Karena Tuhan tidak mengatakan kepada umatNya, “hai umat, kalian otomatis sudah tahu kalau Aku mengasihi kalian, Aku sudah mengatakan di Yohanes 3:16, kalau mau tahu baca sendiri, Aku tidak mau ngomong lagi, selesai”. Tuhan mengekspresikan kasihNya setiap saat kepada umatNya. Calvin mengatakan Roh Kudus adalah Roh yang mengaplikasikan pengampunan Tuhan kepada kita tiap saat. Saudara perlu pengampunan Tuhan setiap hari dan Tuhan berikan itu tiap hari. Tuhan mencintai Saudara tiap hari dan Tuhan tidak lalai memeritahukannya jika Saudara punya kepekaan dengar itu setiap hari. Pernikahan pun harus dijalankan dengan sifat Tuhan, mari belajar mengekspresikan kasih, jangan membiarkan relasi kasih menjadi dingin di dalam pernikahan yang sudah dijalani sekian lama. Saudara tidak mungkin memberikan hadiah ke istri berupa sembako, itu bukan pemberian, itu namanya pertolongan, istrimu bukan perlu makan yang seperti itu. Saudara akan memberi sesuatu bukan karena dia perlu, tapi karena ada ekspresi kasih yang Saudara mau berikan. Carl Trueman mengatakan “ini yang saya lakukan karena saya ingin mencontoh Tuhan”, Tuhan adalah Allah yang senantiasa mengekspresikan cinta kasihNya. Dan semakin kita sadar, bukan hanya tahu, bahwa Allah mengasihi, kita semakin mampu mengekspresikan kasih kepada Tuhan. Karena cinta kasih itu sifatnya berbalas. Saudara tidak mungkin tidak membalas orang yang mencintai Saudara, orang paling jahat pun akan punya hati mau membalas cinta kasih yang dia terima, apalagi orang milik Tuhan. Ketika Saudara semakin menyadari Tuhan mencintai Saudara, Saudara akan rindu untuk hidup bagi Dia. Saudara dicintai Tuhan, dan tiba-tiba Saudara punya keinginan “saya ingin menunjukan ke Tuhan bahwa hidup saya jalani dengan cara yang pantas, dengan cara yang baik, kiranya Tuhan senang atas hidup saya”, ini yang terjadi ketika kita menyadari cinta kasih Tuhan. Itulah sebabnya Roma 8 mengatakan “Tuhan mencintai engkau dan engkau tidak akan dipisahkan dari cinta kasih Tuhan”. Tidak ada yang akan memisahkan engkau dari kasih Allah, entah itu pedang, bahaya dan apa pun tidak akan memisahkan engkau dari cinta kasih Tuhan.

« 2 of 3 »