Orang Kristen ada yang buruk tabiatnya, orang bukan Kristen ada yang sangat indah moralnya, meskipun mereka tidak kenal Tuhan. Maka kita hargai “kamu punya moral sangat baik”. Sedangkan ada orang Kristen moralnya parah bukan main, Tuhan akan hakimi orang Kristen itu. Dan Tuhan mau kita belajar meghargai hal baik yang ada di dalam dunia ini karena asal dari semua yang baik adalah Tuhan, Dialah sumbernya. Ketika Tuhan memanggil manusia untuk mengenal Dia, Tuhan mau manusia belajar di dalam dunia ini ada hal baik ada hal buruk, ada yang indah ada yang jelek. Ketika Tuhan memanggil kita, Tuhan ingin kita memberikan penghargaan setinggi mungkin terhadap hal yang memang layak dihargai, dan memberikan pengabaian kepada hal yang tidak perlu diperhatikan, abaikan hal yang remeh, abaikan yang hina dan hargai yang baik. Maka meskipun hidup kita sementara, tetap ada hal yang baik di dalam kehidupan yang sementara itu. Hal yang baik tapi tetap diungguli oleh berita Injil. Hal indah, tapi tetap kalah indah dengan Kristus. Di dalam lagu Kristus Lebih Indah ada kalimat-kalimat yang bagus, saya menikmati indahnya alam, menikmati indahnya ciptaan Tuhan, tapi Kristus lebih indah dari semuanya. Lagu ini tidak mengatakan dunia muram, dunia suram, dunia jelek, therefore I run to Christ. Jadi waktu Saudara melihat hidup, hidup sehari-hari kita sangat baik, hidup sehari-hari kita sangat penting. Waktu hidup sehari-hari goncang, kita hancur hatinya, kita menjadi khawatir dan kita menjadi sangat tertekan, ini wajar. Saudara jangan mengatakan “karena aku memandang kepada Kristus, tidak ada hal apapun dalam hidup yang membuat aku goncang”, itu pengertian yang salah. Hidup ini penting, namun Kristus jauh lebih penting. Jadi ada orang-orang yang hanya melihat yang sementara, ini bukan berarti yang sementara jelek. Tapi mereka gagal melihat melampaui yang sementara. Sedangkan orang remnant, kaum sisa, kadang-kadang yang sementara pun lepas dari harapan mereka. Mereka tidak bisa pegang, mereka tidak tahu indahnya hidup sehari-hari. Ada orang-orang yang Tuhan izinkan menikmati kehidupan hari demi dengan uang yang banyak, dengan kesenangan bisa diraih. Ada orang-orang yang Tuhan izinkan kehidupannya diisi dengan begitu banyak perjuangan, kepahitan dan kesulitan. Lalu yang mengalami kesulitan mulai berpikir “mengapa keindahan hidup jauh dari saya?”. Waktu keindahan hidup itu dianggap jauh dari dia, dia mulai berpikir “apakah Tuhan yang baik, gagal memberikan kepada saya pengharapan?”, dia mulai bergumul dan dia sadar pengharapan sejati ada di dalam Kristus. Lalu bagaimana dengan orang yang Tuhan izinkan menikmati hidup yang baik, kadang-kadang hidup yang baik menjadi batu sandungan yang sangat bahaya. Karena hidup yang baik membuat orang terlena seperti tidak perlu yang melampaui itu, “saya sudah memiliki hidup yang baik. Hari-hari dijalani dengan baik. Puji Tuhan untuk berkatNya”. Kadang-kadang kita salah mengerti berkat, apa itu berkat? Hidup yang baik ini. Tapi hidup yang baik adalah sementara. Kesulitan dari Israel kaum utama adalah mereka lihat yang sementara sebagai utama. Sedangkan kaum sisa, yang sementara pun sudah tidak ada. Apa kegagalan Israel? Mereka tidak melihat pengharapan di luar yang sementara. Tetapi kaum sisa melihat ini dengan iman. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang kasihan, tidak punya pengharapan. Tetapi sebagian dari mereka adalah orang-orang yang meskipun punya pengharapan baik, tetap menginginkan hal yang lebih baik. Coba lihat Daniel, apa yang kurang dari hidupnya? Ini orang belajar begitu banyak pengetahuan, tetapi melampaui pengetahuan itu. Di dalam Kitab Daniel dikatakan baik Daniel maupun Sadrakh, Mesakh dan Abednego sama-sama belajar hikmat Babel, tetapi Tuhan berikan hikmat Dia, hikmat dari Roh Kudus. Dan ketika Daniel, lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego mendapatkan hikmat dari Roh Kudus, mereka belajar apapun, suksesnya bukan main. Mereka mengungguli semua anak muda dari seluruh dunia yang ditarik oleh Babel pada waktu itu. Sehingga dengan mudah mereka mendapatkan sorotan. Apakah Tuhan cuma cinta orang sukses? Tentu tidak, Tuhan cinta umatNya. Tetapi orang-orang sukses ini menjadi sorotan di dalam Kitab Suci karena mereka tidak terlena dengan sukses yang mereka dapat. Mereka tidak lupa program besar Tuhan untuk umatNya, meskipun mereka untuk sementara waktu menikmati kesuksesan. Mereka lihat sukses sementara, mereka melihat keunggulan di dalam bidang akademik yang mereka capai, ini pun sementara. Banyak orang gagal melihat mana yang utama, mana yang sementara, ini problem besar. Yang utama sudah dilupakan, yang sementara jadi utama. Apalagi orang Reformed, bisa mengatakan “ini panggilan Tuhan, aku kejar ini mati-matian karena ini panggilan Tuhan”. Tapi begitu panggilannya diubah, tidak rela, “panggilan Tuhan apa?”, “aku musti study sampai tinggi, aku mesti dapat gelar tertinggi di luar negeri, ini panggilan Tuhan bagi saya”, bagus, saya sangat mendorong Saudara mempunyai kesuksesan studi sampai sedemikian. Tapi kalau Saudara mengabaikan hal utama, lalu memakai mask, topeng seolah-olah hal sementara ini adalah utama karena panggilan Tuhan, maka harus ada ujian yang besar kena yaitu kalau yang engkau cari ini gagal engkau dapat, masihkah engkau punya sukacita? Saudara mengatakan “saya mesti sukses di dalam bidang ini”, kalau sukses di dalam bidang itu Tuhan tidak berikan, masihkah ada sukacita? Kalau tidak, berarti kita perlu belajar lagi bagaimana mengutamakan yang utama dan bagaimana sementarakan yang sementara. Yang sementara biar sementara, yang utama harus jadi utama. Pak Tong mengingatkan hikmat adalah membuat yang relatif jadi relatif, yang absolut jadi absolut. Yang mengabsolutkan yang relatif itu hikmat yang ketat tapi bodoh. Yang merelatifkan yang absolut itu adalah fleksibilitas yang bodoh. Jadi baik membuat relatif yang mutlak atau memutlakkan yang relatif, ini adalah tindakan bodoh. Mari belajar bijaksana, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego suksesnya itu di luar rancangan manusia. Ada orang-orang sukses yang mendadak tinggi sekali, ada orang dari miskin sekali hanya dalam waktu 20 tahun jadi salah satu orang terkaya di dunia. Lalu semua mimpi mau seperti dia seolah-olah ini adalah pakem yang umum. Ini tidak umum, tapi banyak orang memimpikan apa yang didapat oleh orang-orang ini. Mereka mendapatkan apa yang orang-orang lain cuma bisa mimpi. Bagaimana bisa anak-anak muda ini waktu datang kumpul dengan semua orang paling pintar di dunia pada waktu itu, mereka bukan cuma jadi nomor satu, tetapi gap antara mereka dan yang lain besar bukan main. Sehingga pemimpin-pemimpin Babel seperti cuma melihat mereka dan bukan yang lain. Jadi karena mereka punya prestasi begitu besar, Babel pun melonggarkan hukum mereka, bayangkan suksesnya orang-orang ini. Maka kalau kita adalah kaum utama yang salah melihat pengharapan, kita akan mengatakan “ini cita-cita, this is life. Hidup itu seperti ini, nikmati hidup di istana, makan makanan terenak”, meskipun mereka memutuskan makan makanan paling biasa, tetapi karir mereka begitu hebat. Kalau orang sebut nama mereka, langsung identik dengan hikmat, Tetapi apakah mereka berhenti berharap karena mereka sudah dapat apa yang mereka cita-citakan? Tidak, mereka tetap melihat diri mereka sebagai remnant, orang sisa yang mengharapkan Kerajaan Allah pulih. Mereka mengharapkan Thy Kingdom come, mereka tidak mengharapkan my karier come. Mereka bilang Thy Kingdom come, ini kaum sisa. Mana ada orang masih menyiksa diri dengan berpuasa dengan sedih terus, dengan berdoa seperti Daniel? Apakah Daniel kekurangan uang? Tidak. Apa yang kurang dari Daniel? Daniel mengatakan “yang kurang adalah Thy Kingdom come ya Tuhan, kerajaanMu belum datang maka hidup saya belum penuh. Hidupku belum komplit karena kerajaan-Mu belum datang”. Mari kita belajar bicara seperti ini. Dia buka jendelanya menghadap Yerusalem sebagai tindakan simbolik “saya tidak bisa beribadah di Bait Suci, paling tidak jendelaku diarahkan ke sana supaya seperti ada koneksi dari tempat aku beribadah dengan Bait Suci”. Daniel di pembuangan, apakah doa di kamar diterima Tuhan? Harusnya tidak, karena seharusnya pergi ke tanah suci, harus beribadah di Bait Suci. Tapi karena kesalehan hati Daniel, Tuhan terima doanya. Jadi Tuhan memberkati Daniel karena hatinya. Saudara sekarang tidak bisa beribadah fisik, tapi hatimu ingin beribadah, Tuhan lihat hatimu. Orang yang hatinya tulus, meskipun tidak bisa hadir fisik, Tuhan berkati. Beribadah dengan penuh sukacita dari tempat dimana Saudara berada dan beribadah dengan penuh sukacita karena Tuhan menginginkan memberikan berkat kepada orang-orang yang memang mau datang mencari Tuhan. Jadi waktu Daniel doa “jangan lihat ini sebagai sesuatu atau bentuk normal ini bentuk ibadah yang sangat tidak lazim, sangat aneh, sangat tidak diterima di dalam Taurat, sebenarnya. Tapi doa Salomo membuat kemungkinan doa seperti ini bisa diterima. Kalau mereka bertanya “Tuhan jika umatmu dibuang lalu mereka berdoa dari tempat mereka dibuang, harap Tuhan jadikan mereka kesayangan, harap Tuhan dengar doa mereka dan Tuhan kabulkan doa itu. Jadi Daniel merasa saya sudah tidak melakukan hal yang utama, hal yang paling minim yaitu datang ke Yerusalem untuk beribadah. “Itu sudah tidak saya lakukan, paling tidak jendelaku menghadap ke Yerusalem”. Itu hal paling minimal bagi Daniel, setiap hari dia berdoa dalam waktu-waktu tertentu di dalam rutinitas yang tidak pernah berubah.
Waktu musuh-musuh Daniel melihat Daniel rajin berdoa, maka mereka tipu Raja dengan membuat Raja menandatangani sebuah persetujuan yang di dalam tradisi Persia tidak boleh diubah oleh siapapun. Raja memutuskan tidak boleh ada ilah lain yang kepadanya orang berdoa di kota Persia ini di tempat Persia. Politik tidak sepenting Tuhan meskipun politik dipakai oleh Tuhan. Maka Daniel tetap berdoa kepada Tuhan. Dan waktu dia ditangkap karena dia tetap berdoa, dia sudah tahu resikonya ditangkap. Dia diancam dilemparkan ke goa singa. Mana ada orang mengharapkan goa singa menggantikan karier yang sudah begitu mulus. Apakah Daniel melalukan blunder? Kalau bisa tutup jendela kan bisa, tidak perlu ada orang yang melihat dia berdoa. Tapi Daniel merasa “ini satu-satunya koneksi yang saya miliki dengan Bait Suci. Jangan ambil ini dari saya”. Maka meskipun dia seperti kehilangan karier, dia tidak peduli. Lalu dia dilempar ke goa singa, Saudara harus tahu waktu dia dilempar ke goa singa, itu semacam simbol dari kehancuran karier dan kematian dia, bukan cuma mati tapi kariernya hancur. Tuhan selamatkan dia dari singa, itu benar, tapi kalau dia diangkat dari goa singa akankah dia peroleh hidup dia sebelumnya? Tidak ada harapan, bukan cuma selamat dari singa yang Daniel perlu, dipulihkan identitasnya, dipulihkan kedudukannya, itu sebenarnya juga hal yang sangat diperlukan. Heran Alkitab mengatakan malaikat menutup mulut singa-singa. Di dalam kepercayaan Babel kuno dan juga Persia, binatang seperti singa adalah wakil dewa untuk murka dewa. Kalau dewa murka bisa pakai singa untuk makan atau terkam orang. Pada zaman dulu singa adalah binatang yang masih bisa berkeliaran di hutan di pinggir dekat kepada tempat tinggal manusia. Lalu karena eksotiknya binatang ini, maka paling membanggakan bagi seorang pemimpin kalau dia bisa punya kulit singa di rumahnya. Sebab itu singa diburu habis-habisan, sehingga singa Asia langsung punah di dalam beberapa waktu yang lalu, tetapi singa Afrika yang masih bisa bertahan. Jadi singa bisa dipakai oleh dewa menurut orang Persia untuk hukum orang, makan orang, kalau orang itu dianggap melakukan kesalahan yang fatal. Tapi Tuhan mau menunjukkan pernyataan yang nyambung dengan budaya Persia, Tuhan menutup mulut singa-singa itu memakai malaikatNya. Sesuatu yang unik, singa pun bertindak berdasarkan kehendak Tuhan, bukan berdasarkan perut. Daniel turun, singa sepakat jangan makan. Daniel beriman tapi tetap khawatir. Orang beriman bukan tidak boleh khawatir. Namun, Tuhan menunjukkan berkali-kali binatang taat kepada Tuhan, karena binatang pun milik Tuhan, bukan milik dewa-dewa. Jadi singa di Persia taat kepada Tuhan, mereka tidak makan Daniel. Waktu Daniel keesokan harinya dibebaskan, raja datang dengan gelisah, dia sayang sekali kepada Daniel. Kemudian raja mengatakan “hukum bagi pemfitnah yaitu orang-orang yang memfitnah Daniel. Jadi singa pun makan kalau Tuhan suruh makan, singa pun mendapat bagian kalau Tuhan suruh. Saudara jangan korupsi, Saudara tidak boleh lebih buruk dari singa, karena korupsi bukan bagianmu, jangan ambil bagian yang bukan milikmu. Jadi singa-singa ini sudah sangat lapar tapi dia tunggu waktu Tuhan. Tuhan simpan kaum remnant, Tuhan pelihara iman mereka dan Tuhan pelihara arah hati mereka. Daniel tahu yang penting bukan cuma hidup, tapi Kerajaan Tuhan datang. Maka waktu dia selamat dari goa singa, dia tidak tahu kariernya akan pulih atau tidak, yang dia tahu adalah dia dibiarkan hidup oleh Tuhan. Dan ternyata Tuhan pulihkan karier dia. Waktu karier dia sudah baik, apakah dia melupakan Tuhan? Tidak, dia tetap ingin Tuhan memperbaiki Israel. Itu sebabnya dia tetep panjatkan doa “Tuhan, maukah Engkau pulihkan Israel?”. Dan Tuhan berikan banyak penglihatan kepada Daniel “engkau tidak akan lihat pulihnya Israel, tapi lihat Aku akan menggenapi”. Maka Daniel melihat ada raja demi raja muncul, tapi sang Mesias akan bertahta. Dia melihat pemandangan Anak Manusia bertahta di KerajaanNya. Ini membuat Daniel senang, jadi Kerajaan Allah akan dinyatakan, Sang Mesias akan hadir. Ini membuat Daniel rela mati dengan tenang, dan Tuhan mengatakan “engkau akan dikumpulkan bersama nenek moyangmu”. Kalimat ini kalimat bagus, sama-sama artinya mati tapi dikumpulkan bersama nenek moyangmu artinya kematian yang tenang. Sedangkan dikirim ke dunia orang mati itu berarti kematian yang buruk sekali. “Daniel engkau akan dikumpulkan bersama dengan nenek moyangmu”, dia berbagian dengan para nenek moyang. Nenek moyangnya sedang apa? Sedang menunggu rencana Tuhan untuk KerajaanNya dinyatakan. Nenek moyangnya sama jiwanya dengan para remnant. Jadi apa yang dimiliki para remnant? Meskipun mereka bisa punya harta, meskipun mereka bisa punya sukses, mereka menantikan kapan Tuhan pulihkan kerajaan. Jadi bagaimana dengan kita, apakah kita kaum remnant? Karena di dalam pasal ke-11 Paulus mengatakan “Tuhan memulihkan Israel yang adalah kaum sisa dan Tuhan membangkitkan bangsa-bangsa yang menyambut uluran tangan Tuhan lewat InjilNya”.