Maksudnya apa kalimat “Akulah Tuhan” itu? Maksud Tuhan adalah kamu harus mencintai yang sama dengan kamu, “Sama dengan saya dalam hal apa?” Sama dengan kamu di dalam hal punya Tuhan. Jadi yang punya Tuhan akan cinta orang lain yang juga punya Tuhan, “Saya milik Tuhan, saya juga cinta orang lain sebagai milik Tuhan. Tapi orang lain tidak kenal Tuhan, berarti dia bukan milik Tuhan”, salah. Orang tidak kenal Tuhan, tetap milik Tuhan. Orang tidak iman kepada Tuhan, tetap milik Tuhan. Allah Pencipta adalah Allah yang memiliki seluruh bumi dan yang memiliki semua manusia. Maka ketika John Calvin menulis tafsiran tentang mengasihi sesama, Calvin mengatakan kewajiban kita mengasihi sesama karena Tuhan, bukan karena kita. Maka kita akan melihat orang lain sama dengan saya, mereka adalah sama dengan saya. Saya dicipta Tuhan, mereka juga. Saya gambar Allah, mereka juga. Saya punya perasaan, mereka juga. Saya punya keinginan, mereka juga. Waktu kita melihat orang lain sama dengan kita, kita mulai sadar “aku dan dia sama”. Cintailah orang lain yang sama dengan kamu, iya, dan kita memang sama. Ini satu pengertian yang indah sekali, saya jadi sadar orang lain rentan sama dengan saya, orang lain punya pengharapan yang tak terpenuhi sama dengan saya, orang lain punya luka dan penderitaan sama dengan saya. Orang lain punya pengharapan sama dengan saya, orang lain bisa menikmati berkat umum Tuhan dan bersukacita di dalamnya sama dengan saya. Dari sini kita mulai mengembangkan perasaan sama, perasaan simpati, perasaan yang mendalam dengan sesama. Ini membuat kita merasa saya dan orang lain sebenarnya sama. Umat yang baru adalah umat yang memiliki kepekaan seperti ini, kepekaan bahwa Tuhan memiliki manusia dan Tuhan berniat menebus. Yesus menjadi manusia dan Dia mengatakan “Jadikanlah semua bangsa muridKu”, sekarang tidak ada lagi batas yang mengatakan “saya dan bukan saya”. Semua orang adalah saya versi lain yang juga milik Tuhan. “Saya lihat orang lain, saya lihat diriku ada di situ”, ini membuat kita mulai mempunyai perasaan cinta kasih. Dan mulai mempunyai perasaan ingin memaklumi dan ingin mengampuni. Tapi kalau Saudara melihat orang jahat, ingin memaklumi dan mengampuni, tapi orang jahat ini menindas orang lain, ini membuat Saudara ingin menjadi pembela bagi yang tertindas. Ini yang dimaksudkan dengan keadilan, “saya tidak setuju kamu bertindak keras kepada orang yang lemah ini, saya akan bela mereka”. Maka kita cari justice, kita kejar keadilan karena ada orang menindas orang lain. Tapi bagaimana kalau kita yang menjadi korban? Ini unik, setting dari umat Tuhan yang baru ini lain. “Kalau saya yang menjadi korban maka saya kasihan kepada orang yang menindas saya”, mengapa kamu kasihan kepada orang yang menindas kamu? Mengapa kamu tidak kasihani dirimu? Kita mengatakan “karena dia sedang menindas milik Tuhan. Tidak tahukah dia kalau Tuhan tersakiti waktu saya tersakiti?”, ini yang membuat kita merasa tidak perlu balas dendam. Kita merasa tidak perlu berjuang membela diri. Kalau kita dipanggil untuk membela orang, mari bela, tapi kita tidak dipanggil untuk membela diri. Sejak Kristus ada dan menebus dengan mati di kayu salib, Tuhan menginginkan umat Tuhan sekarang menjadi terbuka, bukan satu bangsa tapi semua bangsa. Bukan satu kelompok tapi seluruh kelompok. Bukan satu bahasa tapi semua bahasa. Maka Kekristenan menjadi versi genap dari Israel karena Kristus. Itu sebabnya kita diberikan perintah yang jauh lebih baik, jauh lebih agung dan jauh lebih indah dibandingkan perintah yang diberikan kepada orang Israel, karena penggenapannya ada di dalam Kekristenan. Israel punya perintah Taurat yang indah, yang agung, yang bagus sekali tapi Kekristenan menafsirkannya dengan cara yang agung lewat otoritas Kristus. Maka khotbah di bukit menjadi segel dari otoritas Kristus yang mengatakan “Kamu mendengar orang-orang tua mengatakan”, ini berarti ada tradisi penafsiran dari Taurat. Tapi Yesus mengatakan “Aku berkata kepadamu”, ini ada tradisi penafsiran baru. Penafsiran dari Sang Firman yang juga menginspirasikan Taurat. Taurat dari mana? Dari Kristus. Sebelum Dia berinkarnasi, Dia adalah Sang Firman itu. Maka Taurat ditafsirkan oleh Sang Firman, ini pasti tafsiran yang lebih akurat. Yesus mengatakan “tetapi Aku berkata kepadamu kasihilah musuhmu. Kamu sudah dengar Firman kasihilah sesamamu dan benci musuh, buat batas yang jelas. Siapa yang sesama kita dan siapa yang bukan siapa, siapa yang kita dan siapa yang mereka, tarik garis yang jelas, Israel dan non-Israel. Tapi Yesus mengetahui juga di dalam Taurat ada dorongan untuk ajak orang lain jadi milik Tuhan. Karena Israel harus pelihara keketatan, supaya dia tidak campur agama. Tuhan mengapa begitu ketat memimpin Israel? Karena mereka masih kanak-kanak, mereka masih gampang jatuh ke dalam penyembahan berhala. Kanak-kanak yang harus dijaga dan dilindungi. Maka mereka tidak boleh bergaul dengan bangsa lain. Tapi apakah mereka tidak boleh undang bangsa lain kenal Tuhan? Boleh, bahkan harus. Tuhan mengatakan “inilah sebabnya Aku memanggil kamu supaya semua orang mengenal Aku”. Jadi Tuhan mau lewat Israel orang lain kenal Allah. Berarti ada undangan, undangan supaya bangsa lain bisa kenal Tuhan. Tapi undangan ini hanya mungkin digenapi setelah Kristus sang Mesias menebus Israel dan penebusan itu yang dibagikan ke yang lain. Kalau Israel sendiri belum ditebus, mereka mau sebarkan apa? “Bangsa-bangsa mari ikut saya”, “Ikut apa?”, “Ikut kita memberikan korban”, “Berkorban untuk apa?”, “Sambil menunggu nanti Mesias datang”. “Kalau begitu saya tunggu Mesias datang saja”. Jadi Mesias datang dulu, baru bangsa-bangsa lain dipanggil menjadi milik Tuhan sama seperti Israel adalah milik Tuhan. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “Kasihilah sesamamu dan kasihilah musuhmu”. Perintah mengasihi musuh adalah perintah yang sulit, tetapi ini perintah yang paling wajar. Bagaimana bisa ada shalom di muka bumi kalau manusia hidup dengan bermusuhan satu dengan lain? Kalau kita punya musuh, kita tidak bisa damai. Kalau musuhmu ada di dalam rumah, rumah itu membuat sengsara bukan main. Orang Kristen punya mental yang harusnya berbeda. Dunia bisa menjadikan apapun alasan untuk konflik. Tetapi hanya orang Kristen yang bisa menjadikan apapun alasan untuk berdamai. Alasan berdamai bagi orang Kristen jauh lebih limpah ketimbang alasan orang dunia untuk berkonflik. Inilah sebabnya kita jadi umat yang jauh lebih baik dari Israel karena Kristus bukan karena kita. Itu sebagai diperintahkan oleh Tuhan Yesus “kasihilah musuhmu”.