Di dalam Roma 10, Paulus sedang memberikan argumen selanjutnya mengenai orang-orang yang beriman kepada Kristus. Di dalam pengertian orang-orang Yahudi, keindahan mengenal Tuhan adalah Tuhan akan mencabut mereka dari pengaruh dan juga dari politik bangsa-bangsa yang menyembah berhala menjadi sebuah bangsa yang khusus. Ini merupakan satu komitmen yang mengaitkan iman dengan politik. Bagi orang Israel percaya kepada Tuhan bukan hanya sesuatu yang berkait dengan agama dan iman, tapi juga sesuatu yang berkait dengan komitmen politik mereka. Mereka tidak lagi berlindung di bawah Firaun. Di zaman kuno, meskipun para raja itu memerintah dengan cara yang sangat diktator, tapi mereka percaya raja yang ditempatkan di atas mereka adalah anak allah atau anak dewa, adalah utusan dewa untuk melindungi seluruh bangsa. Karena bangsa-bangsa punya dewa masing-masing, maka dewa itu punya kepentingan untuk bangsanya tetap jaya. Misalnya ketika satu bangsa perang dengan bangsa lain, bangsa yang menang adalah pertanda dewa mereka menang atas dewa bangsa lain. Jadi sebuah bangsa mempunyai ilah utama, dan ilah utama ingin memelihara bangsa itu. Maka dewa itu akan menempatkan raja sebagai pelindung, ini konsep yang umum pada zaman itu. Maka ketika Israel menyadari mereka berlindung di bawah Firaun, mereka berlindung pada penyembah berhala, mereka berada di sebuah agama yang tidak mengenal Tuhan Pencipta langit dan bumi, mereka tidak mungkin sejahtera di dalamnya, mereka harus ditarik keluar, mereka harus menjadi bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah, imamat yang rajani. Mereka mesti keluar dari Mesir dan mereka mesti menjadi umat yang dipimpin oleh imam untuk menyembah Allah, Raja mereka. Itu sebabnya mereka keluar dari Mesir. Dan tindakan pertama yang Tuhan lakukan kepada Israel waktu mereka keluar dari Mesir adalah membuat sebuah bangsa yang arah politik dan arah agamanya kembali ke Tuhan. Jadi mereka harus dibersihkan dari pengaruh politik dan agama Mesir. Ini pengertian kalau kita tangkap akan membuat kita heran, kalau Tuhan sudah keluarkan Israel dari Mesir, mengapa setelah Israel jatuh dalam dosa, Tuhan membuang mereka ke Babel? Mengapa Tuhan membiarkan mereka dikuasai lagi oleh raja penyembah berhala dan politik yang tidak mengenap Tuhan? Ini hukuman, karena Tuhan melihat Israel yang sudah dipisahkan menjadi milik Tuhan, tidak hidup sebagaimana seharusnya, sebagai bangsa yang arah politik dan arah agamanya adalah kepada Allah Pencipta langit dan bumi. Karena kesetiaan mereka bukan kepada Tuhan, maka hati mereka yang bercabang lebih cocok untuk membuat mereka menjadi penyembah berhala. Ini pelajaran yang besar sekali, kita terus berpikir Tuhan secara otomatis suka kita menjadi umatNya, apa pun yang kita lakukan, apa pun komitmen kita, arah hidup kita seperti apa, itu tidak relevan, “Tuhan sudah menerima saya. Saya bisa menjadi orang Kristen sesembarangan dan Tuhan tidak punya pilihan selain menyimpan saya menjadi bagian dari umatNya”. Tapi itu tidak benar karena di dalam Perjanjian Lama jelas meskipun Allah sabar menanti Israel bertobat, namun ketika Israel membuat murka Tuhan muncul dan kesabaran Tuhan habis, maka Tuhan mengatakan “baik, sekarang kamu kembali dikuasai oleh raja-raja penyembah berhala dan oleh agama yang tidak kenal Allah Pencipta”, ini hukuman. Israel dihukum dengan diperintah oleh raja yang tidak mengenal Allah dan oleh Agama yang tidak menyembah Allah Sang Pencipta. Tapi ketika Kristus sudah hadir, Kristus menjadi Raja atas umat Tuhan. Sehingga ketika umat Tuhan dipanggil keluar, ini konsepnya Paulus, mereka bukan hanya dipanggil keluar dari keadaan yang lama saja, tapi mereka juga diutus kembali ke dalam keadaan lama dengan natur yang baru. Ini perbedaan Irsrael dengan Kekristenan, dengan gereja. Israel dipanggil keluar dan mereka menjadi bangsa yang dikuduskan. Di dalam lokasi yang khusus dan di dalam kemandirian dari pengaruh politik yang lain dan dari interaksi dengan agama lain. Ini cara Tuhan sebelum Kristus Sang Raja datang. Setelah Kristus datang, orang Kristen diutus kembali ke dalam dunia. Mengapa kita diutus kembali ke dalam dunia? Karena Kristus ditetapkan oleh Allah untuk menjadi Raja, bukan hanya bagi gereja, bukan hanya bagi lokal, tapi bagi seluruh dunia. Maka Kekristenan adalah agama misi, Kekristenan adalah agama saksi, Kekristenan adalah agama Injil. Orang Kristen secara natur adalah penginjil, karena mereka dipanggil keluar lalu mereka diutus kembali ke dalam. Ini kita alami waktu kita berkebaktian di dalam gereja. Di dalam situasi normal, di gereja, Saudara akan datang ke sini dan Saudara akan dapat berkat untuk diutus kembali ke dalam dunia, menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dimana Saudara dipanggil keluar, kita dikembalikan lagi ke dalam. Itu sebabnya di dalam Kekristenan kita memahami iman yang kita jalani dan agama yang kita miliki, serta komitmen politik kita kepada Sang Raja yaitu Kristus adalah sesuatu yang akan berinteraksi dengan erat dengan kebudayaan yang tidak mengenal Tuhan, yang tidak mempunyai Allah sebagai Pencipta, yang tidak mempunyai Kristus sebagai Raja.
Ketika kita diutus kembali ke dalam dunia, ini seperti orang Israel yang setia kepada Tuhan namun ada di dalam pembuangan. Waktu mereka di pembuangan, Tuhan tetap memberkati orang-orang Israel yang beriman. Yang dihukum karena tidak setia mendapatkan hukumannya, tapi yang beriman kepada Tuhan mengalami kesulitan yang sama, sama-sama ditaklukan, sama-sama dikalahkan di dalam perang, sama-sama ditawan, sama-sama dibawa ke Babel. Tapi perbedaannya ada di dalam misi. Mereka ada di tengah-tengah Babel sebagai saksi, sehingga Tuhan mengatakan “kemanapun engkau dibuang, Aku akan membuat bangsa yang menguasai engkau menjadi sayang kepadamu. Aku akan membuat raja-raja mencintai kamu”, itulah pekerjaan Tuhan lewat umatNya yang ada di pembuangan. Orang Israel yang dibuang itu ada 2 jenis, yang pertama orang Israel yang memang korup, yang memang kacau imannya, yang memang tidak setia kepada Tuhan, mereka ada di pembuangan karena dihukum. Tapi orang-orang seperti Yehezkiel, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, mereka bukan orang-orang yang dibuang ke Babel karena dihukum. Mereka adalah saksi, mereka adalah wakil Tuhan untuk menyaksikan Tuhan. Maka Tuhan berjanji “kemana kamu dibuang, Aku akan membuat orang sekelilingmu mengasihi engkau”. Konsep ini kalau tidak tertanam di dalam pikiran kita akan membuat kita terus bersikap seperti orang yang sedang dihukum, “Tuhan, mengapa hidupku menderita, sulit seperti orang-orang lain juga?”. Kalau Saudara mengatakan “saya tidak mengerti kenapa”, harap gumulkan hal ini. Saudara bisa lihat ada 2 jalur, jalur pertama adalah orang yang memang dibuang tanpa harapan, Saudara bukan orang itu. Tapi Saudara adalah orang yang ada di pembuangan sebagai saksi. Dan ini adalah mentalitas yang Tuhan mau ada pada orang-orang Kristen. Kita ada di tengah-tengah pemerintahan politik yang tidak menyembah Kristus dan kita menjadi saksi di tengah-tengah pemerintahan politik seperti ini. Kita berinteraksi dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah Pencipta langit dan bumi, dan kita ada di dalam interaksi yang erat dengan orang-orang seperti ini. Itu sebabnya Yesaya 28 sangat penting bagi Paulus, karena Paulus sedang mengatakan “Orang Kristen, baik kamu Yahudi, baik kamu bangsa-bangsa lain, kamu tidak dipanggil untuk membentuk bangsa mandiri, kumpul di sebuah tempat khusus, pilih raja sendiri, bikin pemerintahan otoritas sendiri, bukan seperti itu. Kamu dipanggil untuk berada di dalam dunia sebagai orang yang melanjutkan janji Tuhan kepada Israel”. Di dalam pengertian Paulus, sekarang Israel tidak lagi menjadi bangsa yang dipanggil sebagai bangsa yang mandiri secara politik. Karena orang Israel yang percaya kepada Kristus pun hanya minoritas di tengah-tengah orang Yahudi. Mereka pun tunduk kepada pemerintahan Yahudi. Itu sebabnya Paulus mengingatkan baik orang Yahudi yang percaya Kristus, maupun bangsa-bangsa lain yang percaya kepada Kristus, mereka harus tahu kebenaran lewat iman, justification by faith, pembenaran karena iman. Ini dikatakan di dalam Roma 10 yang kita baca tadi, “jika kamu mengaku dengan mulutmu Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”, ini bicara tentang iman. “Kamu mengaku dengan mulut Yesus adalah Tuhan”, ini pengakuan politis. Pengakuan ini sifatnya bukan hanya agama, “saya mengakui Yesus adalah Kirios”, kirios atau tuhan adalah sebutan untuk kaisar. Kaisar mau disebut kirios. Di dalam logam koin yang dibuat oleh Kekaisaran Romawi, di situ diukir, ada satu orang Romawi sedang berdiri tegak dan ada satu orang Yahudi sedang bungkuk menyembah, Lalu disebut disitu perkataan orang Yahudi “kirios, kirios, tuhanku adalah Romawi”, itu penghinaan besar untuk orang Yahudi. Koin itu menyebar di daerah Syria. Ini membuat sakit hati orang-orang dari Israel, maka mereka benci sekali dengan Gubernur Syria pada waktu itu yang bernama Aneas. Waktu itu mereka sangat ingin memberontak, tapi tentara Roma dikumpulkan ditengah-tengah Syria untuk melindungi gubernur ini. Sehingga mereka sangat benci apa yang dilakukan ini, waktu mereka belanja, mereka tidak mau memakai koin itu. Tapi mereka kesulitan, kalau tidak dipakai, mereka tidak akan mendapatkan uang. Maka mereka harus telan semua harga diri mereka, sangat malu “kami terpaksa berdagang dengan logam yang menunjukkan orang Yahudi menyembah orang Romawi. Ini membuat Israel sangat sedih, waktu mereka tunggu mengapa tidak ada yang memberontak. Tidak ada yang punya cukup kekuatan untuk memberontak. Ini membuat orang-orang Yahudi berada dalam keadaan dijajah dengan sangat melukai hati mereka. Itu sebabnya ketika Saudara membaca Kisah Rasul, ketika Petrus datang ke rumah Kornelius, Kornelius keluar lalu sujud kepada Petrus, itu sengaja ditulis oleh Kitab Para Rasul untuk menjadi pembalik, bukan orang Yahudi menyembah orang Yunani, sekarang ada pemimpin dari centurion, pemimpin pasukan 100 sujud menyembah kepada Petrus. Tapi apakah Petrus mau gambar ini menjadi kekal? Tidak, dia mengatakan “berdiri, jangan sembah saya, saya cuma manusia”. Lalu sembah siapa? Sembah Kristus, semua orang mau Romawi maupun Yahudi harus sujud kepada Kristus. Petrus mengatakan “jika kamu mengaku dengan mulutmu Yesus adalah Tuhan, ini adalah pengakuan yang mewakili seluruh gesture tubuh kita untuk menyembah. “Siapa Tuhanmu?”, “Yesus Kristus. Dan Saudara tahu kesetiaan seorang hamba kepada tuan, seorang hamba akan berkata kepada tuan, “My Kirios, my Lord, katakanlah sebuah kalimat dan saya akan jalankan”. Ini persis dikatakan oleh pemimpin-pemimpin Romawi yang disembuhkan oleh Yesus, “Tuhan, engkau adalah Tuan yang berkuasa. Saya seorang pemimpin, kalau saya berkata kepada bawahanku kerjakan ini, mereka akan pergi dan kerjakan. Maka Tuhan, katakanlah sepatah kalimat dari jauh, tidak perlu masuk ke rumahku, maka apa yang Engkau katakan akan jadi”. Penyakit pergi karena Yesus mengatakan, badai berhenti karena Yesus mengatakan, mengapa kita sulit menjalankan hidup? Karena Yesus mengatakan, tapi kita malah melawan. Saudara dan saya kurang mempunyai jiwa hamba, kita terlalu ingin dilayani oleh Tuhan terus, kita terlalu ingin situasi sekitar kita cocok dengan yang kita mau. Kita tidak punya keberanian mengatakan “Jadilah yang Tuhan mau kepada saya”, itu mentalitas yang baik, itulah sikap hamba yang mengetahui “Tuhanku adalah Raja”. Tapi Paulus tidak hanya mengatakan “jika kamu mengaku dengan mulutmu Yesus adalah Tuhan”, dia juga mengatakan “percaya dalam hatimu Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati”. Berarti Saudara menyembah yang menang, “saya sujud kepada Dia yang sanggup memberikan hidup”, ini bukan sujud yang terpaksa, ini sujud yang membayar harga namun yang mengalami kelimpahan jauh lebih besar dari harga yang dibayarkan. Pedagang pun akan mengerti ini adalah deal yang sangat menguntungkan “saya cuma taat kepada setiap perkataan Yesus dan saya memperoleh kebangkitan, hanya itukah?”. Seringkali kita tidak menghargai kebangkitan sebagaimana seharusnya, karena kita menilai keadaan kita sekarang terlalu besar. Bukankah Paulus sendiri mengatakan “apa pun yang terjadi tidak akan membatalkan kasih Allah”. Dan di dalam bagian yang lain, Paulus sendiri mengatakan “bukankah kebangkitan Kristus melampaui semuanya kamu adalah gereja yang tidak mungkin ditelan oleh maut”. Sesuatu yang sangat indah yang sebenarnya Kitab Suci nyatakan sebagai Injil. Maka di dalam ayat 9 dikatakan “kamu mengaku dengan mulut”, ini adalah gesture penyembahan, “dan percaya dalam hatimu”, ini adalah penghiburan. Percaya Tuhan adalah penghiburan. Beriman bukan tuntutan berat, beriman adalah sesuatu yang penuh kesenangan, karena Saudara sedang beriman kepada sesuatu yang dengan pasti memberikan kelimpahan yang Tuhan janjikan kepada kita. Ketika kita menginginkan kelimpahan, kita tahu Tuhan sudah janjikan itu. Ketika kita tahu Tuhan sudah janjikan, kita tahu Tuhan menyatakan kuasanya dengan kebangkitan Kristus. Ketika kita menyaksikan dengan iman Kristus bangkit, kita juga tahu Tuhan mencintai kita, maka Tuhan tidak akan meluputkan kita dari kebangkitan. Ini adalah pendirian politik yang paling indah dibandingkan pendirian politik mana pun. Saudara mau bergabung partai apa, tidak mungkin ada janji selimpah yang Kristus nyatakan jika Dia menjadi Rajamu. Jika engkau menjadikan Dia Raja, kelimpahan berada di dalam Dia jauh melampaui apa pun yang dunia bisa tawarkan. Itu sebabnya Tuhan membuang Israel ke Babel dan tanya “sekarang Aku mau tanya, mana yang lebih baik melayani raja yang sekarang menindas engkau atau melayani Aku hai Israel? Mana yang lebih menyenangkan, mana yang lebih sukacita, menyembah Tuhan yang mencintai engkau, atau menyembah Nebukadnezar, sujud kepada Raja Babel yang mau membunuh engkau?”. Orang Israel menangis dan mengatakan “kami lebih suka masa yang lalu”. Maka Tuhan akan tanya “mengapa engkau tidak setia kepadaKu?”. Kalau Tuhan tanya kepada gerejaNya sekarang, “apakah Aku temukan kesetiaan di tengah-tengah orang Kristen?”, kita menjawab apa kepada Tuhan? Harap kita bertobat, harap kita kembali kepada Tuhan.