Kalau begitu bagian ini sedang mengajarkan sesuatu yang indah tentang iman. Jadi teori dari orang Yahudi Kristen, jalankan Taurat sampai diuji, sampai teruji setia, baru bisa terima Kristus, setelah itu engkau mendapatkan keselamatan. Bangsa-bangsa lain pun sama, “kamu dari bangsa mana?”, “kami dari bangsa Yunani”, “bangsa Yunani bukan bangsa yang mengerti Taurat kan?”, “tidak, kami tidak mengerti”, “waktu kecil kamu pernah membaca Taurat, dididik oleh rabi?”, “tidak pernah”, “kalau begitu kamu baru jadi Kristen, belum pernah tahu apa itu menjalankan Taurat, kamu mesti sama dengan orang-orang bangsa lain yang menjadi Yahudi yaitu diamati dulu, dilihat apakah kamu sudah menjalankan Taurat dengan setia atau belum, baru kamu boleh dideklarasikan sebagai orang yang menerima Kristus, dan karena itu kamu menjadi orang yang diselamatkan”, itu 3 step yang dimiliki, yang dipahami oleh orang Yahudi Kristen. Tapi Paulus mengatakan “tidak, bukan 3 step, tapi 1 step”, step apa? Step iman, satu langkah itu, beriman kepada Tuhan dan manusia diselamatkan. Kalau begitu apakah ini bertentangan dengan Taurat? Paulus dengan sangat teliti dan meyakinkan memakai argumen dari Taurat. Ini cara yang bagus untuk memberikan argumen, Saudara berargumen memakai pola berpikir orang lain untuk menunjukkan bahwa di dalam pola pikirmu pun ada pengertian yang sama dengan yang saya ajarkan. “Ini yang sedang kamu pikirkan, tapi yang kamu pikirkan belum mendapatkan kesempurnaannya”, ini metode pekabaran Injil yang dipakai oleh Yohan Bavinck. Ketika dia melihat orang-orang di Solo, dia melihat orang-orang di Jogja, terutama anak-anak muda, Bavinck mempunyai beban besar sekali untuk menginjili anak-anak muda. Dan dia pakai orang-orang muda yang sudah Kristen untuk berani membuat kelompok 4 atau 5 orang, terus bicara tentang hidup, kemudian temukan bagaimana Injil masuk dalam kebutuhan hidup yang mereka miliki. Ini pertemuan yang terus dilakukan. Mungkin kita tidak melihat hasil yang besar seperti yang Tuhan berikan kepada Nommensen atau kepada Kruyt di Sulawesi Tengah, mereka luar biasa berhasil di dalam angka. Tetapi Bavinck pelayanannya singkat di Indonesia, tidak sebesar mereka di dalam hasil. Tapi sangat besar di dalam teologi misi. Dia mengatakan “ketika engkau mengabarkan Injil, jangan kabarkan Injil dengan cara yang tidak nyambung dengan pertanyaan hidup yang dimiliki oleh orang yang mau dengar Injil. Kita bisa punya beban sendiri, punya interest sendiri, punya pergumulan hidup sendiri, tapi harap mengerti orang lain belum tentu ada di situ, orang lain belum tentu punya pertanyaan yang sama denganmu”. Ada orang yang terus punya pertanyaan “kalau mati, saya ke sorga atau ke neraka? Tapi tidak semua orang tanya seperti itu. Ada orang yang mengatakan “Sekarang saya sedang memikirkan mengapa hidup saya penuh dengan kegelisahan, saya sudah mendekat ambang pintu depresi. Bagaimana hidup dengan tenang di tengah begitu banyak hal yang menggoncang saya”, dia perlu jawaban di tempat ini. Ada yang jawabannya adalah kesalehan, dia terus berpikir tentang hidup harus baik, harus berguna bagi orang, harus punya dedikasi, ini kerinduan dia dan itu harus dijawab. Kalau kita mengerti Kristus secara sempit, sulit bagi kita untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan manusia yang ebgitu ragam. Kalau kita cuma tahu pertanyaan kita, kita sulit menjadi saksi, karena saksi memberitakan apa yang Kristus sampaikan. Waktu Tuhan mengutus murid-murid, Dia mengatakan “pergilah, jadikan semua bangsa murid, baptis mereka di dalam nama Sang Bapa, Sang Anak, dan Sang Roh Kudus”, ini kalimat Tritunggal dari mulut Tuhan Yesus sendiri. Sekarang kita memakai Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, saya tidak menyalahkan itu karena mungkin kita memberikan penekanan Bapa itu Allah, Anak itu Allah dan Roh Kudus itu Allah. Tapi Tuhan Yesus tidak mengatakan “Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, Yesus mengatakan “Bapa, Anak dan Roh Kudus”. Maka saya lebih setuju kita mengatakan “dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”, ini formulasi kalimat dari Tuhan Yesus sendiri. Yesus mengatakan “baptis mereka di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dan ajar mereka”. Ajar apa? “Ajar mereka semua yang Aku ajarkan kepadamu”. Tuhan Yesus tidak mengatakan “ajar mereka yang menjadi beban hatimu. Kamu punya beban apa, bicara itu ke orang”. Tuhan Yesus mengatakan “ajar mereka yang Aku ajarkan kepadamu”. Berarti yang Tuhan ajarkan memperluas perspektif kita tentang beban hidup manusia. Semakin Saudara mengenal Tuhan Yesus, semakin Saudara celik bahwa manusia itu kompleks. Orang egois yang cuma tahu satu sisi tentang kemanusiaan, adalah orang yang kurang terpapar kepada Kristus. Saya tidak mengatakan tidak percaya Yesus, tapi kurang terpapar kepada Kristus. Ini yang banyak orang Kristen Yahudi tahu “pokoknya pergumulan hidupku sebagai umat Tuhan adalah kami pernah dibuang karena gagal menjalankan Taurat. Sekarang kami mau berhasil jalankan Taurat. Puji Tuhan, Tuhan perhatikan, Tuhan izinkan kami menerima perkenanan Tuhan dan Tuhan berikan Kristus”, ini cuma satu sisi. Paulus mengingatkan ada sisi lain yang bangsa lain juga alami, yaitu mereka tidak beriman kepada Tuhan. “Kamu dan nenek moyangmu dibuang oleh Tuhan karena tidak beriman kepada Tuhan”. Harap mengerti pergumulan manusia itu ada banyak sekali dan Kristus memberikan diriNya untuk membuat sadar bahwa mereka semua akan datang kepada Tuhan. Maka mereka datang dengan pergumulan masing-masing, tapi mendapatkan pembaruan dari satu yaitu dari Kristus. Paulus mengajarkan pengertian yang lain dari orang-orang Yahudi yang sudah Kristen. Seperti yang dikatakan oleh Herman Bavinck, semua orang punya beban, semua agama punya cara pandang yang unik. Ada agama yang ingin menjadi satu dengan Tuhan, ada agama mensyaratkan moral. Islam mensyaratkan moral, “kamu sudah menjalankan ini belum? Kamu sudah menaati ini belum?”. Banyak agama-agama mistik di Jawa mensyaratkan kesatuan dengan Tuhan, bukan moral yang dipentingkan, kesatuan dengan yang Ilahi. Maka kita mesti memberi jawaban yang mengena kepada setiap pertanyaan mereka.