Maksud sama seperti Kristus yang disalib adalah Saudara melihat umat Tuhan dan pekerjaan Tuhan, sebenarnya seluruh sistem dari agama, Tuhan, KerajaanNya dan seluruh apa yang Tuhan mau kerjakan sebagai sesuatu yang paling penting, dan apa pun yang saya kerjakan tujuannya ke situ bukan ke diri. Dan ini mungkin terjadi kalau Saudara belajar mematikan segala yang paling Saudara banggakan dari diri. Ini yang sebenarnya Luther katakan tentang teologi salib. Teologi salib adalah kemuliaan yang saya banggakan saat ini, memang saya tidak membuat hancur, tapi saya tidak menjadikan itu lagi sebagai sesuatu yang identik dengan saya. Menjalankan peran tapi tidak anggap itu penting. Saudara pintar main musik, Saudara jalankan peran sebagai pemusik dan tidak boleh tidak, jangan pakai khotbah ini untuk menolak dijadwalkan lagi. “Ini jadwalmu untuk main musik”, “saya tidak mau menonjolkan diri, saya nothing”. Saudara justru tetap menjalankan apa yang Saudara sangat baik karena memang Tuhan berikan, tapi Saudara menolak untuk mengaitkan diri Saudara di situ. Saudara tidak mengatakan “this is me”, bukan. “This is my job”, iya, tapi bukan “this is me”, this is not me. “Saya adalah yang masih berusaha mengosongkan diri, berusaha merendahkan hati, berusaha menyalibkan kedagingan, masih berusaha mirip Kristus. Dan semakin saya semakin mirip Kristus yang disalib, semakin saya senang dengan pekerjaan Tuhan dalam diri saya”, itu targetnya. Makin mirip Kristus yang tersalib, itu yang kita mau tuju. Bukan semakin hebat pretasi dan penghargaan orang kepada kita. Maka Saudara jangan salah, kejar apa yang Saudara harus kerjakan. Dan kalau itu menimbulkan pujian, apa boleh buat. Saudara tidak boleh menyuruh diam orang yang memuji. Kalau Saudara sudah menyanyi, lalu ada yang tepuk tangan, tidak mungkin Saudara menyuruhnya untuk diam, Saudara tidak boleh lakukan itu. Saudara bersyukur ada yang memuji. Di dalam konser biasanya yang tepuk tangan akan lama, dan yang tampil akan tunduk berkali-kali. Itu sebenarnya lempar-lemparan pujian, penonton mengatakan “kamu layak dipuji”, si performed mengatakan “saya cuma hamba”, lalu dia tunduk. Tunduk artinya “kamu yang seharusnya mendapatkan musik yang bagus, tidak perlu tepuk tangan”. Saudara jalankan apa yang Tuhan percayakan untuk Saudara jalankan dengan sebaik mungkin. Dan saya percaya dengan bijaksana dari Tuhan, Saudara akan berhasil melakukan apa yang Saudara kerjakan demi kemuliaan Tuhan dengan baik. Namun jangan jadikan itu prestasi tentang diri saya. Kalau ditanya “sudah sampai mana dirimu”, “saya sudah lakukan ini dan ini”, itu omong kosong. Tapi kalau jawabannya “saya masih jauh dari salib Kristus”, itulah kebenaran yang sejati. Maka hari ini kita sudah belajar bagaimana agama menjadi pendorong untuk kebenaran palsu dan kebanggaan. Sedangkan Paulus ingin mengajarkan kebenaran Allah yang mendekatkan kita dengan situasi ketika kebenaran itu dibagikan yaitu salib Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)