Masuk dalam pengertian tentang Taurat, Paulus sudah mulai bicarakan di ayat 14 dan nanti dia akan jelaskan lebih limpah lagi di dalam pasal 7. Pembacaan kita akan Taurat sangat dikuasai oleh tradisi Reformasi dan boleh dibilang pemikiran Taurat dari tradisi Reformasi adalah pemikiran yang perlu dikoreksi. Salah satu hal yang sulit kita temukan dengan akurat mengenai Taurat adalah kita tidak tahu mengenai apa yang orang Yahudi pikirkan tentang Taurat. Luther dan Calvin belum sampai pada pemikiran itu. Tentu kita tidak abaikan sumbangsih yang diberikan Luther dan Calvin yang sampai sekarang membentuk kerangka pikir kita. Salah satunya adalah tanggapan tentang Taurat, karena baik Luther maupun Calvin melihat bahwa Taurat ada di depan membawa orang Israel masuk tapi gagal. Kemudian ada Kristus, setelah Kristus baru ada first use of the law, kalau Calvin katakan, yaitu Taurat berguna sebagai pengajar. Tapi Calvin kurang mengkritik Luther dalam pendirian bahwa Taurat sebenarnya tidak pernah dipahami oleh orang Israel sebagai jalan masuk untuk menjadi umat. Bisa dikatakan bahwa pengertian kita diselamatkan oleh iman, itu kita warisi dari orang Yahudi, bukan dari pengajaran Luther, Luther memperlajarinya dari Kitab Suci, dari Paulus. Dan Paulus mempunyai pengertian bahwa kita diselamatkan karena iman itu dari tradisi Perjanjian Lama. Sejak keluarnya Israel dari Mesir, Israel sudah mengerti bahwa mereka dibebaskan karena anugerah. Mereka tidak kenal Tuhan, mereka tidak tahu bagaimana bertindak, bahkan mereka belum punya Taurat. Jadi tentu mereka tidak bisa andalkan ketaatan kepada Taurat untuk dibebaskan dari Mesir, itu tidak mungkin, itu adalah anakronisme. Saudara tidak bisa terapkan yang ada baru di belakang untuk dimiliki oleh orang-orang yang belum pada zaman itu. Jadi tidak mungkin orang Israel mengatakan “kami harus taat Taurat supaya selamat”, karena saat itu Taurat belum diberikan. Maka sebenarnya sangat jelas orang Israel tahu bahwa mereka selamat karena iman, mereka tidak pernah melihat Taurat sebagai syarat keselamatan.
Lalu mengapa Taurat diberikan? Ini pengertian asli sebelum dikacaukan oleh pengertian orang-orang Farisi di abad pertama, Taurat diberikan supaya orang Israel dapat mengenal keistimewaan menjadi umat yaitu mencintai Tuhan dan mencintai sesama, ini tujuan Taurat diberikan. Dan kita tidak lihat Taurat sebagai hukum, itu baru ditafsirkan di bahasa Yunani, nomos, tapi arti Taurat adalah teaching. Dan apa yang dimaksudkan dalam Taurat sama dengan maksud yang Tuhan berikan kepada kita melalui Kitab Amsal misalnya. Saudara menemukan di dalam Kitab Amsal, siapa yang menjalaninya akan hidup, akan selamat, siapa yang tidak menjalaninya akan mati. Sama, Taurat juga mengklaim demikian, siapa yang menjalaninya akan hidup, siapa yang tidak menjalaninya akan mati. Jadi keduanya berfungsi sama. Saudara tidak bisa mengatakan Taurat adalah aturan seperti undang-undang atau hukum negara kita, karena bukan itu tujuan Tuhan memberikan Taurat. Dalam konteks timur dekat kuno, ide tentang aturan sebuah negara adalah ide yang asing, tidak ada kelengkapan undang-undang seperti yang kita miliki sekarang. Jadi Taurat tidak pernah diberikan sebagai undang-undangnya Israel atau aturan hukum yang mengikat Israel, tapi ini diberikan sebagai tawaran untuk hidup, yang diluarnya adalah mati, mirip dengan nasihat Amsal. Seperti seorang ayah yang menasihati anaknya, “dengar nasihatku, nak. Kalau kamu jalani, kamu akan hidup, kalau tidak, kamu akan mati. Perhatikan perkataan mulutku, jika kamu tidak menaatinya kamu akan mati.” Mungkin memang ada ancaman, tapi bukan ancaman dari si pemberi amsal. Ini ancaman bahwa kalau kamu tidak setia menjalankan akan rugi sendiri, karena cara hidup yang baik itu ditawarkan dalam nasihatku, ini Amsal. Atau cara hidup yang baik diberikan lewat penawaran Taurat, ini dalam Kitab Taurat. Jadi kita harus memahami dulu bahwa Taurat tidak pernah berfungsi sebagai syarat masuk, karena sangat absurb melihat itu. Alasan urutannya juga sudah jelas, Tuhan bebaskan, baru Taurat diberikan. Mereka harus mengerti dulu bahwa mereka milik Tuhan, lalu mereka diberikan Taurat, penuntun hidup yang membuat mereka bisa hidup. Maka Taurat diberikan supaya orang belajar mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Sehingga tentu tradisi yang baik, yang Yesus juga ajarkan akan mempertahankan garis ini. Mana hukum yang utama? Kasihi Tuhan dan kasihi sesama. Kalau Saudara bingung mengapa ini disebut hukum yang utama, karena inilah satu penilaian bahwa kita jalankan Taurat. Bahwa kalau saya jalankan Taurat maka yang menjadi hasil itu bukan kebenaran saya, kebenaran dalam arti saya berhasil memenuhi syarat yang diberikan seperti tugas sekolah. Kamu akan tahu kalau jalankan, karena kamu akan mempunyai kasih kepada Tuhan dan sesama. Itu sebabnya dalam Taurat diarahkan begitu banyak hal yang dalam konteks Timur Dekat Kuno itu sangat berarti. Sangat berarti bagi mereka untuk membawa korban dan persembahkan ke dewa, sehingga konteks pemberian korban menjadi tema utama dalam Kitab Imamat, Saudara bisa lihat ini dalam pasal-pasal awal di Kitab Imamat, jika kamu mempersembahkan seekor lembu, kamu harus persembahkan seperti ini. Jadi pemberian korban itu sangat berarti, ini adalah tindakan sosial yang dalam maknanya. Sekarang kita tidak mengerti itu, tidak tahu apa yang signifikan dari Imamat. Kalau Saudara tahu budaya pemberian korban, Saudara akan melihat Kitab Imamat sebagai yang merevolusi cara memberikan korban. Korban diberikan bukan supaya dimakan oleh Tuhan, tapi darahnya yang dipakai. Darahnya dibawa masuk, baru setelah itu orang Israel bisa menikmati persekutuan. Dan di dalam keseluruhan tradisi Bait Suci, pemberian makan itu selalu dari pihak Tuhan kepada Israel, tidak pernah sebaliknya. Ini juga kontroversial, ini juga revolusioner, karena pengertian orang-orang pada zaman dulu beda dengan yang ditawarkan oleh Kitab Imamat. Baik tindakan memberikan korban, tindakan mencegah diri untuk masuk ke dalam masyarakat ketika ada penyakit atau keadaan tertentu, itu semua adalah bagian dari cara hidup yang punya makna dalam di dalam budaya Timur Dekat Kuno. Maka ketika Israel mendengar perintah ini, mereka tahu Tuhan sedang mengatur kita untuk mengekang apa yang bisa membuat kita menjadi orang yang merusak masyarakat. Mengekang diri supaya bisa membuktikan cinta kepada sesama. Sehingga Taurat sebenarnya mengajarkan kita untuk mencintai Tuhan dan sesama, itu saja tujuannya.