Tapi ada salah mengerti di dalam tradisi orang Farisi, baik Farisi Yahudi, Yahudi pada umumnya atau pun orang-orang imam, mereka punya pengertian yang salah. Mereka percaya bahwa mereka adalah umat spesial, selamat karena iman. Tapi setelah selamat mesti ada layer dalam masyarakat. Ada lapisan-lapisan, yang mana yang punya wibawa, yang punya nama, yang punya kedudukan tinggi dan mana yang rendah. Karena di dalam masyarakat pasti ada lapisan sosial, dimana pun itu pasti ada. Di dalam sebuah kerajaan atau bangsa yang seluruh kehidupan sosialnya diatur oleh firman, sangat mungkin untuk salah mengerti lihat firman sebagai usaha untuk menjadi level paling atas. Di dalam tradisi Bait Allah kedua, standarnya adalah ketaatan kepada Taurat. Kalau kamu berikan perpuluhan lebih rajin dari pada yang lain, kalau kamu menafsirkan Alkitab lebih ekstrim dari yang lain, maka kamu akan masuk dalam golongan paling elit. Kamu akan masuk dalam layer utama dari masyarakat Israel. Mengapa mereka berada dalam level yang paling tinggi? Karena mereka menafsirkan Taurat di dalam garis paling keras dan mereka sanggup lakukan. Ini pasti bisa ada cermin bagi kita sekarang karena kita pun bisa melakukan hal yang salah. Kalau Saudara ditanya “menurutmu teologi Reformed itu apa?”, mungkin kita bisa menjawab yang sama. Teologi Reformed adalah yang paling ekstrim menafsirkan Alkitab, yang memberikan bar paling tinggi untuk menjadi Kristen. Jadi mirip, ini menjadi cermin bagi gereja kita sekarang, gereja Tuhan di mana pun, bahwa seringkali diri kita mengklaim sebagai kelompok yang paling tinggi layernya, paling utama, ini problem.

Maka Paulus menekankan fungsi Taurat yang awal, namun sekarang Paulus membagikan kekayaan menafsirkan Taurat dengan menyorotinya secara Kristologis. Paulus sangat Kristologis. Dan waktu kita mengatakan Kristologis maksudnya adalah teologi yang berpusat pada salib, staruologi. Kristus memang mulia, tapi Paulus akan selalu soroti dari salib, sesuatu yang Paulus dan Luther pahami. Martin Luther menekankan kalau mau membaca Paulus, baca dari sudut pandang salib, bukan yang lain. Kalau kamu baca dari sudut pandang yang lain, pemahaman tentang Kristusmu rusak. Dengan demikian, kamu akan salah mengerti tentang Alkitab. Jadi bagaimana menafsirkan Taurat? Paulus memberikan satu tawaran, lihat Taurat dari kacamata Kristus. Kesannya ini seperti membandingkan Kristus dan Taurat, tapi yang Paulus maksudkan adalah apakah kamu berada dalam Taurat dan kamu berusaha tafsirkan Taurat seperti budayamu usahakan tafsirkan, atau kamu di dalam Kristus melihat Taurat, atau melihat apa pun sebenarnya kalau di dalam kasus dari Surat Roma melihat Taurat. Kamu melihat Taurat dari sudut pandang Kristus yang tersalib itu atau bukan? Karena kalau kamu gagal lihat itu, kamu akan terus-menerus jatuh dalam keadaan yang rusak. Yang Paulus mau bereskan adalah orang Israel harus tahu bahwa mereka sudah diselamatkan oleh Tuhan, itu tidak perlu dipertanyakan lagi, mereka umat Tuhan. Tapi setelah itu ada Taurat yang membuat mereka harus memunyai pertumbuhan, pertumbuhan di dalam cinta Tuhan, pertumbuhan di dalam cinta sesama. Kamu tidak bolah stay, tidak boleh tetap di dalam keadaan ketika percaya, kamu harus bertumbuh. Bagaimana manusia bertumbuh? Ini akurasi dari teologi Calvin. Dia mengatakan bahwa Taurat juga berguna untuk mendidik orang Israel mencintai Tuhan dan sesama. Atau dalam pengertian Calvin, Taurat mendidik orang untuk mempunyai kesalehan, pietas, punya kecintaan kepada Tuhan dan sesama. Jadi setelah kita selamat, kita perlu Taurat. Dan kita jalankan Taurat supaya kita belajar cinta Tuhan dan sesama. Tapi problem yang terjadi adalah kita masih gagal menjalankan Taurat oleh sebab kita masih tidak sadar tentang kuasa dosa yang mencengkeram kita, ini yang harus kita pelajari dari Paulus. Paulus mengatakan bahwa kuasa dosa mencengkeram kamu dan karena itu kamu tidak sanggup menjalankan Taurat. Sebab ketika kamu sanggup menjalankan Taurat, hasilnya bukan cinta kepada Tuhan dan sesama. Hasilnya adalah lapisan masyarakat yang kamu bentuk, dan kamu menempatkan dirimu di lapisan paling tinggi, bukankah ini merusak tujuan Taurat semula diberikan? Kamu tidak boleh melihat Taurat sebagai jalan, sebagai tiket untuk dihormati, dan lagi-lagi ini menjadi cermin bagi kita sekarang, apakah kita kerjakan apa yang kita lakukan untuk reputasi? Ada yang salah dengan ini, Saudara membatalkan tujuan Taurat karena menjalankan Taurat demi reputasi. Ini problem besar bagi Paulus, maka Paulus menekankan bahwa selama kita berada di dalam hidup ini, kita berjuang meninggalkan dosa yang adalah kuasa. Kuasa yang membuat kita tunduk. Sesuatu yang sulit kita pahami kalau pakai bahasanya Paulus, karena kita tafsirkan dosa yang adalah kuasa sebagai tindakan-tindakan etis yang eror secara etika. Misalnya, mencuri, membunuh, pokoknya banyak aspek yang secara moral salah dan kamu harus jaga diri dari itu. Dan Saudara mengatakan “saya lumayan bisa melakukan”, tapi kesalahan yang Paulus deteksi ada pada masyarakat Yahudi itu bukan dalam kemampuan beretika baik, tapi kemampuan untuk rela hancur demi orang lain, menjadi berkat, ini yang tidak ada. Kegagalan kita, menurut Paulus yang membuat kita dikuasai oleh dosa, adalah gagal untuk jadi manusia bagi sesama kita. Kita bisa tidak mencuri, tidak membunuh, tapi kita gagal menjadi manusia untuk sesama. Maka meskipun 10 hukum itu sangat penting, tapi tafsiran kita terhadap 10 hukum itu tidak boleh salah. Ini bukan sekedar mengatakan “jangan”. Tapi bagian ini sedang menekankan salah satu cara untuk kamu belajar mencintai sesama adalah dengan tidak melakukan hal-hal ini. Jadi ada tujuan, cinta kasih kepada sesama itu menjadi tujuan. Dengan demikian ketika orang menjalankan Taurat dan hasilnya menjadikan dia manusia yang superior, lebih penting dari manusia lain, di situ dia sudah membatalkan tujuan Taurat dengan menjalankannya. Ini aneh, jalani tapi hasilnya membatalkan hasil. Menjalani Taurat tapi membatalkan tujuan, jalani Taurat lalu menjadi sombong. Ini yang namanya legalis, tapi lawannya antinomian juga sama parahnya, dua-duanya sama erornya, Tuhan mau usir kedua-duanya. Jadi kesalahan untuk menafsirkan tujuan Taurat itu terjadi karena kita dikuasai dosa, kata Paulus. Sehingga alat dari Tuhan yang paling baik sekalipun kamu kacaukan untuk menjadi kebinasaan bagimu. Mengapa dikacaukan? “cuma itu yang bisa saya lakukan, saya manusia yang celaka”, kalau Paulus bilang di dalam pasal berikut, “saya tidak punya cara lain selain dosa”. Maka cengkeraman dosa itu yang harus kita pahami sebenarnya apa. Kita sulit memahami cengkeraman dosa kecuali kita baca Roma dengan teliti. Dan waktu Saudara membaca Alkitab, tolong jangan terlalu cepat menyimpulkan, “ini pasti tentang ini. ini kan tentang dosa asal. Ini tentang keselamatan dalam Kristus. Ini sola gratia, ini sola fide”. Baca lagi, apa yang diberikan sebagai penjelasan, yang Saudara tidak dapatkan di tempat lain, itu yang harus didapat.

« 2 of 4 »