Dan inilah yang kita harapkan, bagaimana bisa menikmati keadaan itu? Keunikan dari iman Kristen dan iman Perjanjian Lama adalah iman dari Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengajarkan kepada kita untuk meniru kehidupan final itu di dalam hari-hari hidup kita sekarang, sehingga kita memperoleh kekuatan menjalaninya. Jadi kita ingin menikmati hari utama itu, hari akhir itu, untuk kita cicipi sekarang, itu yang memberikan kekuatan. Penghiburan sejati bagi manusia terdapat di dalam kemampuan menikmati hari final yang Tuhan izinkan dicicipi sekarang, inilah kesejahteraan sejati, inilah damai sejati, sukacita sejati sekarang. Maka ketika Saudara hidup sekarang, Saudara ingin tahu apa nikmatnya menantikan Sabat itu. Jadi sekarang kita menantikan Sabat dan kita cicipi seperti apa nikmatnya. Apa yang membuat kita senang? Apakah kita hadir bersama dengan Dia? Waktu kita beribadah dan menikmati hal-hal itu, kita menjadi berlimpah. Inilah yang membuat kita hidup di tengah-tengah kesengsaraan dan kesulitan di bumi. Sehingga tanpa sadar manusia memiliki keinginan untuk mencicipi kesempurnaan di dalam kehidupan sekarang, yang kita tahu belum sempurna. Kalau ini tidak ada dalam diri manusia, kita akan hidup dengan keadaan yang kosong. Karena kita tahu hidup tidak sempurna, banyak hal buruk terjadi. Ketika kita tidak pernah mempunyai harapan mencicipi kesempurnaan di dalam hidup di sini, maka kita akan menjadi orang yang sinis. Sinis adalah respon wajar di tengah-tengah dunia yang tidak memberikan apa pun. Kalau kita pikir baik-baik memang dunia seperti tidak memberi apa-apa. Kalau Saudara mencari keindahan di dunia ini, Saudara akan menemukan keindahan yang kosong. Keadaan yang sepertinya bagitu baik, kalau disoroti dari sudut pandang positif, yang ternyata realitanya kosong, tidak ada yang bagus dari hidup. Ketika orang memutuskan untuk melihat kehidupan tanpa harapan, dia akan menjadi orang yang sinis. Hati-hati, kita bisa penuh kepahitan hidup dengan cara ini. Ketika kita melihat hidup tidak ada apa pun yang ditawarkan, menjalani hidup dengan sinis. Alasan menjalani hidup dengan sinis karena tidak pernah dilatih untuk melihat pengharapan. Kalau tidak dilatih untuk melihat pengharapan, orang tidak mungkin melarikan diri dari keadaan kelam seperti ini. Apapun yang dilihat selalu negatif. Tapi Apakah memahami realita tanpa pengharapan itu baik? Sama sekali tidak. Di dalam sejarah seni, Saudara akan melihat keindahan melukiskan apa pun ini di zaman ketika Kekristenan masih memberikan pengharuh. Di zaman baroque atau di zaman neo-klasik, mirip-mirip temanya, ada lukisan-lukisan yang mengerikan tapi digambarkan dengan keindahan. Orang-orang baroque terkadang punya gambaran mau menangkap sesuatu yang dramatis tapi lumayan sadis. Tapi waktu Saudara melihat lukisannya, efek yang ditampilkan adalah indah, kombinasi warna yang bagus, kemudian keteraturan, mengerikan tapi teratur. Ada keindahan waktu menggambarkan keburukan. Sesuatu yang menakjubkan, ketika Saudara merenungkan dan pikir-pikir mengapa gambaran seburuk ini diwarnai dengan warna indah. Mengapa tangkapan terhadap peristiwa ini diekspresikan dengan cara yang bagus? Dan ini membuat kita bingung. Keindahan adalah bagian dari pengharapan yang diajarkan oleh iman Kristen. Tapi di dalam tradisi belakangan, kita melihat hal yang indah pun dibuat menjadi buruk. Jadi orang bisa menggambarkan segala sesuatu dengan sinis. Saudara pernah melihat lukisan bayi senyum? Dimana bayinya seperti orang jahat yang mukanya marah, lalu dikatakan “senyum indah seorang bayi”, ini yang bagus pun menjadi jelek. Jadi bagaimana kita melihat dunia? Tentu yang melatih adalah iman kita. Dan iman tentunya dilatih dengan pengharapan, Saudara tidak bisa beriman tapi tidak punya pengharapan. Karena iman seperti ini adalah iman yang tidak berpusat pada masa depan yang baik, iman seperti ini adalah iman kosong. Ketika Saudara beriman, tapi Saudara tidak tahu apa yang membuat iman Saudara kuat, itu berarti iman yang palsu. “Mengapa engkau beriman kepada Tuhan?”, “karena Dia menopang segala sesuatu”, ini baru beriman. Sehingga cara kita melihat dunia dipengaruhi oleh iman dan pengharapan yang kita miliki. Dan salah satu yang indah adalah Injil merupakan kepastian bahwa iman dan pengharapan di dalam Tuhan pasti terjadi. Dan ini kepastian yang menguatkan kita, menguatkan bukan cuma memberikan dorongan palsu, Saudara mengulang terus “saya semangat, saya mampu”, bukan itu. Saudara benar-benar diekspose terhadap keindahan yang akan terjadi dan Saudara tertarik untuk menghidupinya. Kekristenan menawarkan berita yang membuat Saudara ingin berbagian. Kalau Saudara memberitakan Injil dengan tepat, orang yang menolak pun akan mengatakan “ceritamu bagus, tapi saya tidak bisa percaya. Karena agamamu agamamu, agamaku agamaku”. Ada satu kalimat yang Pdt. Liem Kok Han katakan, “kamu lihat orang baik, lalu tertipu dia tidak sebaik itu. Itu masih lebih mending daripada kamu terus melihat orang buruk, padahal dia tidak seburuk itu”. Kalimat itu harus diwujudkan dalam konteks yang tepat, jangan menjadi orang polos yang terus tertipu. Yang dikatakan Pdt. Liem Kok Han konteksnya adalah “kalau kamu lihat orang terus negatif, kamu jahat dari pada kalau kamu lihat baiknya lalu kamu luput lihat buruknya dia.” Ini yang membuat saya menyadari satu hal, melihat hidup dengan cara yang baik itu penting. Alkitab mengajarkan kita untuk melihat realita dari kebangkitan Kristus sebagai cara untuk melihat hidup dengan baik. Saudara bisa melihat ada pengharapan, ada kekuatan untuk hidup, ada yang bagus.