Apa yang bagus dalam hidup? Berkat Tuhan, kebangkitan Kristus dan juga janji kesempurnaan ciptaan yang Tuhan izinkan kita nikmati sekarang. Jadi Kekristenan menawarkan apa yang dunia tidak pernah tawarkan yaitu Saudara bisa melihat hal baik dalam hidup karena hal itu adalah cicipan yang Saudara bisa nikmati dari kesempurnaan yang akan Tuhan kerjakan nanti. Orang bijaksana adalah orang yang ingin mencicipi selimpah mungkin kesempurnaan dari ciptaan Tuhan ini. Dan salah satu orang bijaksana itu adalah Pengkhotbah, Pengkhotbah adalah laporan dari seorang penulis. Sang penulis menulis tentang kohelet yaitu si Pengkhotbah. Pengkhotbah itu siapa? Tidak diberi tahu namanya, tapi dikatakan ia adalah raja Israel di Yerusalem. Raja Israel di Yerusalem ada dua yaitu Daud dan Salomo. Tapi dia mengatakan dia adalah anak Daud, berarti dia Salomo, sangat jelas diarahkan ke sana. Tapi mengapa tidak langsung ditulis Salomo? Ada sesuatu dalam kitab hikmat dalam tradisi Yahudi yaitu kitab ini meskipun berbicara tentang satu orang, adalah kitab terbuka untuk digumulkan oleh siapa pun, semua orang bisa menaruh dirinya di situ. Ini yang unik, Saudara bisa meletakan diri Saudara seolah-olah Saudara adalah pengkhotbah, kohelet. Dan ini akan lebih mudah dilakukan kalau nama itu tidak muncul. Saudara kalau melihat Kitab Mazmur, sebenarnya banyak sekali Kitab Mazmur itu tidak berjudul, diletakan belakangan oleh para rabi, oleh para ahli kitab dari tradisi Israel. Tidak ada judulnya, judul ditambahkan belakangan. Jadi sebenarnya kita tidak terlalu tahu ini Mazmur tentang siapa. Kalau tidak tahu, bagaimana menikmatinya? Taruh saja dirimu disitu. Mazmur adalah bagian dari Kitab Suci yang paling longgar untuk mengizinkan Saudara bisa taruh diri Saudara di situ. Ini mungkin tidak bisa dilakukan terlalu limpah di kitab lain yang lebih jelas konteksnya. Demikian juga kitab hikmat, nama Salomo seperti tidak langsung diberitahu, tapi diberi hint yang Saudara tidak mungkin salah “anak Daud, raja Israel di Yerusalem”. Jadi ini adalah Salomo dan Saudara langsung ingat Salomo adalah orang bijak, dia berusaha membangun tempat hidup dia untuk bisa menikmati kelimpahan yang Tuhan janjikan nanti. Ini merupakan satu cara atau satu ekspresi dalam diri manusia, ingin menikmati kesempurnaan meskipun tidak mungkin menikmatinya dengan total. Saudara akan membuat tempat tinggal Saudara sebaik mungkin, ini pasti menjadi kebiasaan siapa pun. Entah rumah Saudara besar atau kecil, Saudara ingin menghiasnya sebaik mungkin. Semua orang ini tempat yang lebih baik. Mengapa ingin tempat yang lebih baik? Karena ingin mencicipi kesempurnaan, kalau tidak ada keinginan untuk mencicipi kesempurnaan, kita akan hidup mirip binatang. Tidak ada pencarian untuk menikmati hidup. Dan kenikmatan hidup tidak bisa diperoleh dari melihat realita. Realita yang ditawarkan kadang-kadang begitu busuk dan gelap, sehingga terkadang kita mengatakan “yang saya mau hidupi, yang saya mau nikmati adalah kesempurnaan meskipun di dalam angan-angan, untuk saya cicipi sekarang”, semua orang ingin berjuang menuju kesempurnaan. Ini yang membuat seorang bernama Thomas Aquinas mengatakan “pencarian kesempurnaan sebenarnya adalah gerakan yang membuktikan Allah itu ada”. Saudara mencari kesempurnaan itu kemana? Kalau Saudara melihat ada keindahan, berarti Saudara punya standar indah. Standar indah itu apa? Apakah standar indah ini disebut indah karena mendekati keindahan sempurna. Kalau begitu mesti ada keindahan sempurna lebih dulu. Ini sudah ditolak oleh kelompok postmodern. Orang postmodern sangat menentang konsep keindahan yang didiktekan dengan agenda politis tertentu, ini sesuatu yang sangat dicurigai di dalam dunia postmodern. Orang postmodern akan melihat agenda politik di balik apa pun, entah ini politik totaliter atau politik anti-totaliter, itu ada di dalam gerakan zaman kita. Jadi jangan pikir orang postmodern hanya sekedar menolak kebenaran, isu yang lebih penting di dalam postmodern adalah “waktu kamu mengatakan kebenaran, agenda politismu apa, kamu mau memaksakan apa, kamu mau mematikan budaya kami demi keunggulan budaya kamu?” Kecurigaan terhadap motif politik ini menjadi ciri dari postmodernisme. Kalau Saudara melihat seruan yang mengatakan “kalau engkau adalah seorang yang menyukai sesama jenis secara seksual, kamu berdosa”, ini dianggap sebagai agenda politik. Ini problemnya di dunia sekarang, dimana politik identitas memainkan peranan penting dan segala hal minor dijadikan identitas utama. Kalau kita mengatakan “jangan serakah”, Saudara tidak akan marah kan? Tapi kalau Saudara mengatakan “kamu tidak boleh melakukan praktek homoseksual”, mereka akan mengatakan “mengapa kamu menyerang identitas saya?” Jadi sekarang homoseksualitas menjadi identitas, bukan lagi penyimpangan. Sehingga sulit bagi kita untuk menerapkan pengertian hidup yang benar kalau segala hal yang dianggap identitas itu ternyata adalah ekspresi dosa. Kita tidak terlalu panjang membahas postmodernisme. Tapi orang postmodern akan sangat curiga tentang motivasi politik dibalik perkataanmu. Maka Saudara mesti benar-benar meyakinkan orang “saya tidak menyerang identitasmu tapi ekses dari pengertianmu terhadap identitas yang salah”. Identitas manusia itu tidak didirikan sendiri. Saudara lahir pun bukan kehendak Saudara, Saudara tidak bebas menentukan. Maka kita tidak bisa menerima pengertian yang sangat mengalir, sangat tak berdasar tentang identitas. Ini yang sulit untuk kita perjuangkan, kita mau memberitahukan kepada dunia “kamu tidak bisa mengatakan bisa menjadi siapa pun yang saya mau. Karena ketika engkau mengatakan itu, kamu dibatasi oleh banyak hal yang menentang itu”. Kalau orang mengatakan “Saya adalah perempuan yang terperangkap di tubuh laki-laki”, kalimat ini sangat kontradiksi. Karena dia mengatakan ada sesuatu yang sudah terjadi yaitu kondisi fisiknya, dimana dia tidak mau menerima kondisi itu. Melawan kondisi fisik adalah hal yang absurb. Jiwa dan fisik, dua-duanya penting. Tetapi Saudara tidak bisa abaikan fakta bahwa fisik Saudara mempunyai peran di dalam menentukan identitas, Saudara tidak bisa bebas. Ini pengertian yang harus kita masukan pelan-pelan ke dalam dunia sekarang. Sebenarnya banyak pengertian dari dunia sains yang membungkam pengertian postmodern tentang identitas diri. Ketika orang dalam sains menyelidiki dan mengatakan “manusia itu bisa merasa, berpikir, bisa mempunyai ide tentang dirinya, itu sebenarnya aktivitas otak yang bisa dipahami caranya”, maksudnya otak kita yang bergerak yang mempunyai perasaan-perasaan yang kita alami sekarang. Perasaan yang kita alami tidak bisa pecah dari aktivitas fisik kita, terutama di dalam aktivitas neuron dan otak kita. Jadi kita tidak bisa memberikan masukan terlalu banyak kepada dunia postmodern karena seringkali gagal melihat bahwa dalam dunia postmodern, segala sesuatu yang diucapkan menentang saya adalah sesuatu yang punya motif negatif berusaha menghancurkan saya. Ketika Saudara memberitakan Injil langsung ada suara, “ini narasi barat yang ingin menjajah timur sekali lagi”. Kalau sudah mengatakan seperti itu, Saudara mau mengatakan apa lagi? Tapi kalau Saudara tanya “Apanya yang dijajah dari timur?”. Saya tidak mengerti ketika orang-orang menuduhkan hal-hal negatif terhadap gerakan penginjilan, tapi tidak ada bukti. Orang akhirnya menuduh hal demikian lalu menjadi sulit menerima berita Injil. Sekarang tanya, kamu menolak Kekristenan, kamu pegang apa penggantinya?

« 3 of 6 »