Saya akan coba tutup dengan ilustrasi supaya kita tidak kemana-mana pikirannya. Anggap ada suami dan istri yang menikah, suaminya baik mirip Tuhan, istrinya mirip Israel, begitu lihat laki-laki lain langsung ingin lari dengan laki-laki itu, tiba-tiba jantungnya berdegup lebih kencang dari pada kalau dia lihat suaminya sendiri. Kemudian akhirnya terjadilah istri ini jatuh dalam dosa, berselingkuh. Tapi kemudian selingkuhannya meninggalkan dia sehingga dia kesepian dan ingin kembali lagi ke suaminya, “suamiku, maafkan aku sudah selingkuh. Aku ingin kembali kepadamu”. Lalu suami ini menunjukan kasihnya dengan mengatakan “aku terima kamu kembali”. Apa yang terjadi di dalam keluarga ini bukan logika yang membuat kita berkesimpulan seperti tadi, maka istrinya mengatakan “suamiku begitu baik, maka aku harus menunjukan kebaikannya, munculkan kesabarannya dengan selingkuh lagi”. Mengapa harus dengan selingkuh lagi? “Supaya suami saya semakin ditunjukan kebaikannya”. Tetangganya akan mengatakan “suamimu hebat ya, kamu satu kali selingkuh terus diampuni”, “betul, saya berencana untuk selingkuh lagi untuk menunjukan kebaikan dia”, itu tidak masuk akal. Paulus ingin membagikan kepada pembacanya di Roma untuk melihat kebenaran bukan sebagai proporsi logis yang bisa dibandingkan, melainkan sebagai bagian dari perasaan Tuhan di dalam perjanjian. “Kamu sangat jahat dan Tuhan ampuni kamu, itu menunjukan kebaikanNya. Tapi kalau kamu jahat lagi, kamu menunjukan diri sebagai orang yang tidak mengerti perasaan hati Tuhan”. Kebaikan Tuhan adalah kebaikan yang memperbaiki perasaan dosa kita, menghilangkan itu. Perbaikan relasi kita dengan Tuhan akan membuat kita benci sekali berdosa. Paulus sedang mengatakan bahwa kebenaran karena Hukum Taurat tidak akan sempurna selain kalau disempurnakan oleh Kristus. Karena kebenaran ini akan menuntut kita sesuatu, tetapi tidak pernah menggerakan kita untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kesempurnaan di dalam Kristus bukan menuntut kita untuk mengerjakan sesuatu tapi menggerakan kita untuk mengerjakan sesuatu. Apa yang Kristus lakukan membuat kita tergerak untuk melakukan sesuatu. Dan ini adalah berkat bagi orang yang gampang tergerak hatinya. Mengapa kita melayani Tuhan? “Karena saya sudah tergerak, merenungkan cinta kasih Tuhan membuat saya tergerak ingin mengikuti Dia, membuat saya ingin menghabiskan hidup untuk menyenangkan hati Tuhan”. Tapi  bagi orang yang tidak tergerak, pengampunan itu akan diterima dengan sepele, dengan gampang, “Tuhan sudah ampuni saya, ya sudah. Saya berdosa pun tidak apa-apa”. Akhirnya pertanyaan kita adalah pertanyaan boleh atau tidak terus, “boleh tidak lakukan ini? Tuhan marah tidak ya kalau saya lakukan ini? Kalau boleh saya mau lakukan”. Tapi di salam Surat Roma, Paulus justru menggerakan orang untuk menyadari cinta kasih Tuhan dan mulai berpikir apa yang menyenangkan Dia. Kalau ada dua alternatif, Saudara tidak akan memilih mana alternatif yang oke, tapi Saudara akan pilih mana alternatif yang paling menyenangkan Tuhan, bukan mana boleh atau tidak boleh lagi. Karena kalau kita berpikir seperti itu, kita berpikir seperti Israel di dalam Taurat, “kalau saya lakukan A, Tuhan hukum. Kalau saya lakukan B, aman. Berarti saya akan jalankan B karena B tidak memprovokasi murka Tuhan”. Ini bukan Taurat yang asli, maksudnya Taurat tidak mau Israel seperti itu, tapi Israel di dalam Taurat berpikir seperti itu. Jadi kita mesti bedakan Taurat dan Israel di dalam Taurat. Kalau Paulus bilang Taurat, Paulus sedang tidak merendahkan Taurat, Kitab Perjanjian Lama ini, Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan. Tapi Paulus sedang mengatakan Israel itu cara berpikirknya dikuasai oleh Taurat, maksudnya adalah Israel cara berpikirnya ada dua alternatif, alternatif pertama Tuhan oke, alternatif kedua Tuhan marah. Alternatif pertama Tuhan netral, alternatif kedua Tuhan hukum. Maka kita punyat pertanyaan mirip Israel di dalam Taurat, kalau pertanyaan kita masih tentang boleh atau tidak boleh. Paulus sedang mengatakan kalau kamu berpikir model seperti tadi, model bukan iman tapi model Taurat, kamu akan melihat Tuhan sebagai yang murka atau biasa-biasa saja dan kamu tidak pernah menikmati hidup Kristen, kamu tidak pernah total untuk Dia karena kamu tidak tahu betapa menyenangkannya untuk menyenangkan Dia. Kamu tidak tahu berapa nikmatnya menghabiskan energimu bahkan uangmu untuk hal yang menyenangkan Tuhan. Di dalam Roma Paulus mengatakan “demikian tidak ada murka bagi orang di dalam Kristus”. Sekarang isunya bukan lagi Tuhan marah atau tidak marah, isunya adalah apakah Tuhan datar atau sangat senang. Saya tidak mau Dia hanya datar-datar saja, saya mau Dia sangat senang, dan untuk itu saya mau hidup untuk Dia. Itulah perbedaan Injil dan Israel dikurung Taurat. Diperbudak oleh Taurat dan dibebaskan oleh Injil. Diperbudak oleh Taurat bukan karena Taurat, tapi karena diri kita yang menaruh diri kita di bawah itu. Selama Saudara melihat Tuhan sebagai  yang marah atau biasa-biasa saja, Saudara sedang diperbudak Taurat. Tapi ketika kita dibebaskan oleh Injil, Saudara akan mengatakan “Tuhan, saya ingin menikmati Tuhan yang senang atas saya, yang senang atas hidup saya”. Dan ini  yang akan mengubah kita, dari orang berdosa menjadi anak-anak Tuhan. Apakah kita sudah sempurna? Belum. Kalau begitu apakah ketidaksempurnaan kita akan membuat Tuhan marah? Tidak, Dia tidak marah lagi karena iman di dalam Dia yang hadir. Maka kehadiran Kristus di dalam skema, di dalam teologi Paulus adalah kehadiran yang baru datang nanti bagi Israel tapi efeknya sudah dirasakan sebelumnya. Siapa yang mempertobatkan Abraham, Ishak, Yakub dan Israel yang mau dibenarkan oleh Tuhan? Kristus yang akan datang nanti, Dialah penebus dosa. Maka penebusan dosa oleh Kristus dijalankan nanti tapi efeknya sudah berlaku sejak sebelum Dia datang. Iman melihat kemungkinan ini. Kalau dikurung Taurat, Saudara tidak melihat kemungkinan dosa dihapus oleh Dia yang akan datang nanti. Tapi iman sejati justru melihat hal ini. Iman sejati membuat kita menikmati kehidupan Kristen. Di bawah Taurat membuat kita cuma tahu murka dan biasa, dan itu kehidupan yang sangat kasihan. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita menjadi orang-orang yang ada di dalam anugerah Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 6 of 6