Firman Tuhan menyatakan bagaimana menikmati Dia. Tuhan adalah yang paling indah, paling baik, paling mulia, dan itu yang mau kita kejar. Kita ingin benar-benar ada di dalam Tuhan, maka Tuhan ingin memberikan firman. Maka sebenarnya antara memberikan firman dan menjadi benar, itu tidak mungkin dipisah. Paulus sedang menyatakan apa yang membuat Israel unggul? Mereka mendapat firman. Apa yang Tuhan nyatakan di dalam firmanNya? Pembentukan dan janji. Tuhan memberikan janji lewat firmanNya. Dan janji Tuhan adalah satu-satunya yang akan terkonfirmasi oleh sejarah. Ini harus diulangi, perkataan Tuhan, firman Tuhan, janji Tuhan adalah satu-satunya yang akan terkonfirmasi oleh sejarah. Tidak ada janji lain yang terkonfirmasi oleh sejarah, bahkan janji para pemimpin negara. Orang berjanji di zaman kampanye, dia tidak memunyai kepastian bahwa sejarah akan mengkonfirmasi janjinya. Hanya janji Tuhan yang akan dikonfirmasi oleh sejarah. Sejarah menyetujui perkataan Tuhan dan akan menuju kesitu. Maka ketika kita berharap pada janji Tuhan, janji itu tidak mungkin luput dari sejarah. Kita akan kejar sesuatu yang sejarah akan segera ungkapkan. Itu sebabnya di lagu kedua dikatakan sandar Tuhan selalu. Apa maksudnya sandar Tuhan selalu? Maksudnya adalah kalau kita mengandalkan yang lain maka kita segera menemukan kehidupan yang kosong, cepat atau lambat. Banyak orang masih menikmati hidup tanpa Tuhan karena belum sampai pada titik nadir dari ketiadaan Tuhan. Kalau Tuhan tidak hadir dalam diri seseorang atau dalam komunitasnya, suatu saat dia akan sampai titik rendah. Banyak orang masih bersukaria karena meskipun tanpa Tuhan hidupnya masih baik-baik. “Saya bisa hina orang Kristen dan hidup saya baik, saya bisa hina orang atheis dan hidup saya baik. Saya bisa tidak peduli Tuhan dan semuanya baik”, memang, tapi dia kehilangan banyak hal yang tidak dia sadari. Dan pada suatu waktu dia akan menemui titik nadir dimana dia perlu lari kembali kepada Tuhan. Suatu kali ada seseorang bertanya kepada saya “kamu jadi hamba Tuhan dapat apa? Apa yang kamu peroleh dalam hidupmu? Rumahmu besar? Punya mobil berapa?”, saya kembali tanya kepadanya “mengapa kamu selalu mengukur hidup dengan apa yang didapat, bukan dengan apa yang diberi?”. Yesus mengukur hidup dengan tidak mengukur apa yang Dia dapat, Dia di dunia ini tidak mengatakan “liha, Aku ikut Tuhan dan lihat apa yang sudah Aku dapat”. Tapi Dia mengatakan di dalam mengikuti Tuhan, Dia mampu memberi. Dan mampu memberi adalah tanda kelimpahan, tidak ada orang memberi kalau dia tidak limpah. Sama dengan tidak ada orang yang merendahkan diri kalau dia tidak tinggi. Hanya Tuhan yang bisa merendahkan diri karena Dia agung dan tinggi. Orang rendah tidak bisa merendahkan diri, karena dia sudah rendah, sudah menyentuh bawah. Tapi Allah yang tinggi, Dia satu-satunya yang mungkin merendahkan diri. Maka merendahkan diri adalah ciriNya Allah, bukan manusia. Manusia tidak bisa merendahkan diri, sudah rendah. Allah adalah satu-satunya yang bisa merendahkan diri, Allah adalah satu-satunya yang mampu memberi. Ini perkataan dari satu bapa gereja bernama Origen, dia mengatakan hanya Allah yang setelah memberi tidak kehilangan kelimpahanNya. Maka Allah memberi dan Dia tetap limpah. Allah memberi dan Dia tetap penuh dalam diriNya sendiri. Allah memberi dan Dia tidak kekurangan apa pun. Sukacita ini yang Tuhan ingin berikan, bahwa ketika kita hidup dengan cara Tuhan, apa yang Tuhan miliki sebagai sukacita dalam DiriNya itu yang akan dibagikan. Sehingga waktu kita belajar tentang teologia salib misalnya, apa kesenangan mentaati Tuhan kalau ujungnya cuma salib? Apa kesenangan mengikuti Tuhan kalau ternyata penderitaan dan sengsara tidak lepas dari hidup kita, tidak ada jaminan bahwa kita tidak akan mengalami hal-hal sulit di dunia ini? Lalu apa kesenangan ikut Tuhan? Kesenangannya adalah kesenangan yang Tuhan sendiri alami. Maka kalau kita pikirkan mana yang lebih menyenangkan hidup sejahtera damai atau hidup penuh penderitaan demi orang lain? Waktu Allah menjadi manusia, Dia pilih cara hidup kedua, hidup penuh penderitaan demi orang lain. Itu cara yang Dia pilih dan itu ternyata memberikan sukacita. Jadi firman Tuhan menyatakan dimana sebenarnya kelimpahan menjadi manusia itu bisa berada. Kelimpahan menjadi manusia diambil dari mana? Dari firman Tuhan. Janji Tuhan dari firman Tuhan. Dan apa yang Tuhan janjikan akan dikonfirmasi oleh sejarah. Itu sebabnya kita mesti baik-baik memilih di dalam hidup, setiap hari kita akan punya pilihan, setiap hari kita akan diuji dengan pilihan-pilihan. Kita mesti setia mengikuti Tuhan.
Setia mengikuti Tuhan bukan slogan yang kita serukan, tetapi keputusan yang kita ambil setiap saat, itu namanya setia mengikuti Tuhan. Saudara pasti punya pilihan, misalnya hari Minggu mesti datang ke gereja atau tidak? Malam-malam mau baca Alkitab atau tidak? Pagi-pagi mau berdoa atau tidak? Itu semuanya pilihan. Saya ingin memilih jalur yang menyenangkan hati saya atau berguna bagi orang lain? Itu pilihan. Ada waktu luang satu jam, mau melakukan apa? Mau baca buku atau nonton atau lakukan ini? Itu semua pilihan. Dan waktu Saudara punya pilihan, Saudara memilih hal yang tepat, itu namanya memilih ikut Tuhan. Jadi memilih ikut Tuhan adalah sesuatu yang akan terus-menerus kita hadapi sebagai ujian setiap saat. Bahkan sekarang Saudara bisa memilih untuk mendengar khotbah atau membalas WA, misalnya. Saya tidak mengerti berapa bobroknya jiwa Kristen kalau sambil dengar khotbah, kita juga membalas WA, itu benar-benar keterlaluan. Saya amsusikan di sini tidak ada yang seperti itu, tapi kalau ada saya tidak mengerti lagi mesti diapakan. Dan orang yang mau ikut Tuhan akan teruji saat ini tapi belum tentu teruji nanti. Dia harus setia, setiap kali ujian datang, dia memilih untuk ikut Tuhan. Dan inilah poin yang penting dalam memegang firman, dengan mengandalkan firman, percaya firman, memegang firman Tuhan, maka langkah-langkah ke depan kita akan dilindungi oleh Tuhan. Dilindungi karena kita memilih jalanNya Tuhan. Kita tidak memilih jalan nafsu, tidak memilih jalan yang sembrono, tidak memilih jalan yang sia-sia, kita pilih jalannya Tuhan.