Taurat sangat penting karena dengan membaca apa yang Tuhan nyatakan di seluruh Kitab Suci, baik itu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Saudara akan tahu lemah dan kurangnya Saudara ada di mana. Di mana kita kurang, dimana kita lemah, dimana kita miskin, dimana kita cacat, dimana kita bercela. Di dalam tafsiran terhadap Mazmur 51, John Calvin mengatakan Daud sangat mengerti Taurat. Apa yang Daud mengerti dari Taurat? Daud mengerti dosanya, itu tandanya dia mengenal Taurat. Jadi ketika kita mengerti Ktiab Suci secara langsung dan otomatis, kita akan mengerti diri kita orang berdosa. Maka Paulus mengatakan di dalam ayat 19 “segala sesuatu yang tercantum di dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah Hukum Taurat supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah Hukuman Allah”. Paulus di sini memakai kalimat yang sangat keras sekali, mengapa ada Taurat? Supaya seluruh dunia tahu mengapa Allah menghakimi. Ini poin penting yang saya mau angkat di dalam khotbah saya hari ini, yaitu bahwa kita akan sulit memahami Kitab Suci sampai kita memahami adalah benar bagi Tuhan untuk menghakimi kita. Kalau Saudara mengatakan “mengapa Tuhan melakukan ini kepada saya, mengapa saya harus dihakimi?”, berarti kita belum mengerti Kitab Suci. Kitab Suci akan membukan kepada kita bahwa Tuhan berhak menghukum kita karena ktia adalah orang yang jahat. Ini fungsinya Taurat bagi orang berdosa, Taurat dengan jujur akan menyatakan siapa kita. Bagaimana Taurat melakukan itu? Di dalam seluruh Kitab Suci, cara Tuhan membongkar dosa manusia adalah dengan cara konfront dosa itu. Tuhan membongkar diri kita dan menunjukan kepada kita siapa sesungguhnya kita. Maka ketika memberikan komentar kepada Mazmur, Calvin mengatakan mari kita menggunakan kehidupan Daud sebagai cermin, mari kita menggunakan kehidupan seluruh orang suci di dalam kitab untuk membuat kita sadar siapa diri kita sebenarnya. Ada refleksi balik waktu kita membaca Alkitab yang membuat kita sadar diri kita ini sebenarnya siapa. Dan Tuhan tidak mungkin kita kagumi kecuali kita sadar bahwa Tuhan mengasihi kita yang sangat layak untuk dihukum. Ini poin penting dalam Kekristenan, dalam tradisi Protestan, dalam tradisi Reformed. Kalau Saudara mau belajar mengasihi Tuhan, cuma satu cara yaitu belajar menyadari bahwa Saudara sebenarnya adalah orang jahat. Dan kalau saya sadar saya adalah orang jahat, saya akan sangat mengagumi pengampunan Tuhan. Tidak ada momen di mana Saudara mengeluh dan mengatakan “Tuhan tidak memperlakukan saya dengan tepat, saya kan orang hebat”, kalimat seperti itu tidak akan keluar, karena ada Taurat, ada firman. Firman yang sudah memberitahukan kepada kita siapa kita sebenarnya. Firman yang mengatakan “kamu tahu siapa kamu? Kamu adalah orang berdosa dan dosamu bukan sekedar dosa biasa. Dosamu adalah dosa yang membuat Tuhan berhak menghakimi kamu”. Dan di dalam pasal 3 ini Paulus sedang membandingkan bangsa Yahudi dan bangsa lain, lalu Paulus mengatakan “sama seperti kelompok seberang yang kamu benci itu layak dihakimi Tuhan, demikian kamu juga layak dibenci dan layak dihakimi Tuhan”. Jadi Paulus membandingkan antara komunitas Yahudi dan komunitas orang-orang yang bukan Yahudi yang sama-sama menjadi Kristen. Orang Yahudi mungkin mengatakan “itu mereka yang bukan orang Yahudi, ada orang Yunani menjadi Kristen, ada orang Romawi menjadi Kristen, mereka kan kelompok tak bersunat. Mereka kan tidak menjalankan Taurat”. Maka Paulus bertanya “apa itu menjalankan Taurat?”, “menjalankan Taurat itu berarti menjalankan perintahNya”. Maka Paulus akan tegur “apakah Taurat hanya itu?”. Kalau Saudara baca dalam penegrtian Paulus, Taurat itu punya makna yang besar. Waktu Saudara baca di sini ada Taurat, itu bukan hanya sekedar 10 Hukum di Keluaran 20, Taurat adalah dari Kejadian sampai Maleakhi. Ketika Paulus mengatakan Taurat itu berarti Kejadian sampai Maleakhi, seluruh Perjanjian Lama. Dan Paulus bertanya apakah Taurat itu hanya sekedar rules untuk kita taati? Ini pemikiran yang dimiliki orang Yahudi sebelumnya bahwa Tuhan memberikan firman untuk kita jalankan, ada perintah ada jalankan. Kalau kita jalankan, kita akan diberkati. Kalau kita melanggarnya, kita akan dihukum. Jalankan itu bagus, tidak jalankan akan dihukum. Ada perintah, kamu lakukan akan mendapat berkat, kalau tidak kamu lakukan kamu akan mendapat hukuman. Ini pemikiran yang muncul dalam pemikiran orang Yahudi. Dan kalau kita lihat di dalam pengertian yang dibagikan Paulus, pengertian versi tadi bahwa “Taurat itu perintah, saya harus jalankan”, adalah pengertian kafir. Karena di dalam Injil-di dalam Perjanjin Baru, Injil menggenapi Perjanjian Lama- Injil menyatakan berita baik bahwa Tuhan menerima manusia. Jadi perintah yang diberikan Tuhan atau firman yang Tuhan nyatakan, bukan hanya sekedar perintah untuk dijalankan. Sekarang Saudara coba untuk pikir baik-baik, kalau Saudara berelasi dengan seseorang dan satu-satunya yang dikatakan orang itu adalah perintah, kira-kira itu relasi yang baik atau bukan? Waktu orang mendengar kalimat hanya perintah saja, itu bukan relasi, tidak ada relasi dengan model begini perintah-jalankan-perintah-jalankan. Itu bukan komunikasi yang baik. Saudara tidak akan mau masuk dalam keadaan itu. Bahkan ketika Saudara diizinkan jadi pihak yang memberi perintah. Saudara tidak mau hanya mengatakan perintah-perintah, atau Saudara harus menjadi orang yang hanya menjalankan. Tapi heran, ini yang orang Yahudi mau dalam berelasi dengan Tuhan. Hanya karena cara perintah dan jalankan, mereka bisa unggul dibadingkan bangsa lain. “Tuhan, kalau Engkau hanya memberikan perintah, kami sanggup menjalankannya. Kami lebih baik dari pada orang-orang kafir itu yang tidak pernah menjalankan apa yang Tuhan perintahkan. Kalau kita melihat Tuhan sebagai Pemberi perintah dan kita berkewajiban untuk jalankan, maka Tuhan tidak lebih dari pada rambu-rambu lalu lintas.