Setiap pengajaran dari gereja itu bukan pengajaran yang pasti benar 100%. Setiap pengajaran dari gereja harus ada argumen yang baik, yang membuat orang semakin mencintai Kitab Suci, makin mau kembali ke Kitab Suci dan dikonfirmasi oleh Kitab Suci. Setiap ajaran di dalam sejarah gereja ada pembuktian, lalu menjadi doktrin, kemudian menjadi pengakuan iman, lalu menjadi sesuatu yang diajarkan turun-temurun. Di dalam Institute of Christian Religion, Calvin menulis pembukaan, dia tulis di tahun 1536 dan dia menulis berkali-kali ada edisi baru-edisi baru. Setelah itu diperbarui beberapa tahun kemudian di tahun 1540 dia tulis beberapa edisi. Lalu terakhir di tahun 1559. Tetapi semua prakata, for word di dalam semua Institute of Christian Religion itu tidak berubah. Dari tahun 1536 diulangi lagi di dalam edisi-edisi yang diperbarui. Kalau Saudara beli buku Institute of Christian Religion dari Momentum dalam bahasa Inggris, karena bahasa Latin tidak bisa kita kuasai, waktu Saudara lihat prakatanya, for word di depan, preface di depan, ini tulisan Calvin dari edisi yang lama tahun 1536. Mengapa dia tidak ubah sama sekali? Karena dia ingin orang tahu posisi reformasi bukan sebagai gereja baru yang menemukan ajaran baru. Saya pikir bagian ini sangat penting untuk kita pahami, reformasi tidak mengklaim kebaruan. Reformasi tidak mengatakan “lihat kami punya ajaran baru, yang lama salah, yang baru ini yang benar”. Tapi mereka mengatakan bahwa gereja sudah lupa ajaran bapa-bapa gereja-gereja, gereja sudah lupa ajaran Kitab Suci, dan karena itu gereja perlu kembali kepada ajaran yang sejatinya ada pada tradisi. Jadi Calvin menekankan “kita bukan penerobosan baru, ada doktrin, baru ada ajaran baru. Kita kembali kepada ajaran yang lama, yang sesuai dengan apa yang kita bisa lihat dari Kitab Suci”. Karena itu Reformasi mesti mengembangkan dua hal, yang pertama membagikan kembali ajaran yang lama yang sudah terlupakan dan yang kedua menjelaskan tools atau alat penafsiran untuk melihat bahwa ternyata menafsirkan Kitab Suci dengan benar akan menyimpulkan kesimpulan yang sudah ditemukan oleh gereja. Jadi Reformasi melakukan dua hal ini, menggali kembali ajaran lama dari para bapa gereja dan menekankan bagaimana tafsir Alkitab untuk melihat bahwa apa yang Alkitab ajarkan memang bisa disamakan atau bisa dilihat juga di dalam ajaran tradisi dari para bapa gereja. Tetapi ini tidak berarti ajaran para bapa gereja tidak mengandung kesalahan, ini berarti bahwa ajaran para bapa gereja banyak baik dan benarnya tetapi banyak yang berkait juga dengan konteks mereka. Dan karena itu memahami ajaran para bapa gereja dengan tepat itu juga di populerkan oleh Reformasi. Jadi dengan kata lain Reformasi adalah gerakan yang berusaha mendidik gereja untuk belajar memahami tradisi dan memahami tafsir Alkitab yang benar. Tafsir Alkitab yang baik tanpa menghargai tradisi, tidak seimbang. Menghargai tradisi tanpa menafsirkan Alkitab dengan baik, juga tidak seimbang. Memahami, menghargai tradisi lalu kaitkan itu dengan penafsiran Alkitab yang baik, inilah cita-cita dari para Reformator. Itu sebabnya selain menekankan apa yang jadi sistem teologi dan doktrin para tokoh Reformator juga banyak menerbitkan commentaries, tafsiran-tafsiran Alkitab.
Martin Butcher, kemudian Martin Luther adalah dua orang guru di dalam tafsir Alkitab. Martin Luther sering membuka kelas yang membahas Kitab Suci tanpa memberitahu kelasnya akan berapa pertemuan. Dia buka kitab Galatia, dia buka kelas Kitab Mazmur, lalu orang tanya “kita akan berapa lama belajar?”, Martin Luther mengatakan “kita akan telusuri ayat-ayat yang penting ini semuanya, tidak ada yang tidak kita bahas. Dan kita akan selesai kalau sudah selesai”, jadi tidak tahu berapa lama. Mungkin 20 kali, mungkin 40 kali, mungkin 60 kali, pokoknya kita ikuti pembahasan. Kalau satu pembahasan dari satu pasal atau satu Mazmur lama, kita akan terus bahas sampai selesai. Lalu pasal berikutnya, Mazmur berikutnya sampai 150 selesai, baru kelas selesai, ini yang dilakukan Martin Luther. Lalu John Calvin adalah seorang yang sangat-sangat identik dengan penafsiran Alkitab. Karya dia paling penting bukan Institute of Christian Religion, itu karya yang menyimpulkan banyak pengajaran penting. Tapi karya dia yang paling utama, yang paling dia pikirkan, yang paling dapat konsentrasi dia adalah commentary dari Alkitab. Dia menafsirkan banyak bagian dari Kitab Suci yang sekarang sudah diterjemahkan dalam 22 volume dalam bahasa Inggris. Saudara bisa akses bahasa Latin dari tafsiran ini, itu sudah jadi public domain. Jadi Sudah bisa download seluruh karya Calvin for free, tapi sayangnya bahasa Latin. Jadi kalau mau mendapatkan kelimpahan dari Calvin, mungkin mesti les bahasa Latin dulu, bahasa Latin kuno. Jadi Calvin adalah tokoh yang sangat menekankan tafsir Alkitab, demikian para tokoh Reformator. Demikian juga di dalam tradisi Puritan, juga tradisi Westminster Confession of Faith atau Westminster Standard, satu pengakuan iman yang diterbitkan di abad ke-17.