(Roma 1: 18-25)
Kita membahas bagian mengenai dosa, ini satu bagian yang sangat terkenal dari Surat Roma kalau kita membahas keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa, maka Roma 1: 18 dan seterusnya ini menjadi kunci untuk memahami apa yang terjadi. Saudara dan saya dan semua orang sudah berdosa. Apa yang mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa? Adalah penyembahan berhala. Berhala di sembah dan itu menyebabkan manusia jatuh dalam dosa. Penyembahan berhala menjadi problem dari awal Kitab Kejadian sampai nanti di dalam Kitab Wahyu ditaklukan oleh Tuhan. Jadi berhala-berhala menjadi musuh kekal bagi umat Tuhan. Umat Tuhan senantiasa bergumul dan berjuang melawan berhala. Kalau kita memahami berhala hanya sebagai patung atau sistem agama kuno yang sudah tidak ada lagi, maka kita akan menganggap remeh kekuatan berhala untuk menghancurkan kita. Kita akan berpikir “berhaala itu hanya untuk zaman dulu, sekarang tidak ada lagi orang yang percaya Zeus atau Aphrodite, kita tidak lagi percaya dewa-dewa kuno. Tidak ada lagi berhala yang menakutkan kita”. Tapi Roma 1 menjelaskan bahwa problem dari penyembahan berhala bukan pada berhala, tapi pada hati manusia. Tuhan marah karena manusia memunyai hati yang sangat cemar. Hati manusia adalah pabrik yang sangat produktif menghasilkan berhala, demikian kata John Calvin. Hati kita terus menghasilkan berhala, kita mencari yang bisa disembah, mengarahkan hati kepada yang bisa disembah itu dan melupakan Sang Pencipta. Sang Pencipta yang dilupakan dan berhala yang menggantikan posisi Sang Pencipta, itulah problem manusia. Tidak ada yang bisa mendeteksi problem ini lebih ketat dari pada Alkitab.
Kitab Suci memang menuntut kita untuk mengaitkan yang total dengan yang parsial. Waktu orang menyembah berhala, dia tidak mengerti berhala, dia cuma tahu berhala adalah bagian yang parsial untuk salah satu aspek dari hidup. Misalnya mengapa orang menyembah Dewi Artemis? Karena ingin punya bijaksana. Mengapa menyembah Ares? Karena mau berperang, dewa ini menguatkan untuk berperang, sedangkan Dewi Artemis memberikan bijaksana. Kalau mau berburu harus datang ke Dewi Artemis, karena dia juga dewi berburu, sedangkan kalau mau berperang harus datang ke Dewa Ares, tidak boleh salah. Kalau ingin berlayar, mesti datang kepada Poseidon. Mesti mengerti dewa apa yang cocok untuk pekerjaan apa. Jadi dewa-dewa bersifat parsial dan hidup manusia bersifat parsial. Maka kehidupan penyembahan berhala adalah kehidupan yang abstrak, kata Hegel. Karena mereka tidak mengerti yang total itu apa. Pokoknya kalau lapar, sembah dewa pemberi makan, kalau haus, sembah dewa air, kalau perlu uang, sembah dewa uang, kalau perlu apa akan sembah dewa itu. Jadi dewa-dewa bersifat parsial, lalu kita pun bersifat parsial waktu kita hidup dengan cara parsial seperti ini, kita tidak akan pernah memahami makna hidup secara total. Saudara dan saya akan sulit mengerti hidup. Dan kalau kita sulit mengerti hidup, kita akan sulit menghargai Allah sebagai pemberi hidup. Banyak orang sulit menghargai Allah karena hidupnya tidak disiapkan untuk menerima Allah yang total itu. Tuhan mengarahkan manusia berhenti melihat berhala lalu memandang kepada Tuhan. Jadi ada perombakan yang dahsyat dari cara berpikir manusia. Kita akan lihat dulu apa yang salah dari penyembahan berhala, seperti kita lihat tadi dari konsepnya Hagel. Penyembahan berhala membuat Saudara menjadi parsial, menjadi hanya per bagian. Saudara tidak akan mengerti akan A, bagian dari hidup Saudara yang melakukan A dengan bagian hidup Saudara yang melakukan B. Misalnya Saudara hidup dalam berbagai macam aspek, banyak hal yang harus Saudara kerjakan. Saudara menjalani hidup yang multi aspek. Bayangkan kalau Saudara tidak punya hal yang mengaitkan seluruh aspek itu maka Saudara akan menjalani hidup yang terpecah. Hidup sebagai seorang yang beribadah kepada Tuhan, hidup sebagai seorang yang memimpin keluarga, hidup sebagai seorang businessman dan lain-lain, kita terpecah. Kita tidak melihat ada yang menyatukan seluruh hidup kita dengan sistem yang benar. Lalu waktu kita mencoba menyatukan dengan sistem, terjadi kekacauan. Dari abad 18-19 orang sadar menyatukan seluruh hidup manusia ke dalam sebuah sistem adalah mematikan. Maka abad 20 menjadi abad di mana postmodern menjadi populer. Mengapa postmodern menjadi populer? Karena postmodern mengatakan “cukup, jangan memesinkan manusia. Jangan menyatukan seluruh hidup manusia dengan satu payung yang namanya sistem itu”. Kalau Saudara disatukan dengan sistem yang namanya kebahagiaan, Saudara akan hidup untuk bahagia dan Saudara akan salah mengerti bahagia. Saudara hidup untuk mendapat uang, maka payung besarnya adalah uang, dan Saudara dikuasai oleh uang di semua bidang. Maka kita perlu ada bukan sistem, yang menyatukan kita tidak boleh sistem, yang menyatukan kita tidak boleh meniadakan identitas kita, yang menyatukan kita tidak bisa ditemukan di dalam dunia modern. Akhirnya orang postmodern sangat skeptik dengan kesatuan hidup manusia sehingga mereka masuk dalam keadaan yang murung. Postmodern adalah zaman yang murung. Pak Stephen Tong pernah mengatakan abad 20 adalah abad yang bodoh, sedangkan abad 21 adalah abad yang murung. Abad 20 adalah stupid century. Abad 21 adalah abad yang murung, postmodern. Abad 21 dikatakan abad yang murung karena menyadari bahwa abad 20 itu terlalu yakin bisa mengerti seluruh hidup manusia. Akhirnya pertanyaan “apa makna hidup?”, kembali dipertanyakan. Dan abad 21 sadar jawabannya belum ditemukan. Ketika orang mengatakan “saya sudah mengerti makna hidup”, baru disadari ternyata kita belum mengerti makna hidup, kita tidak tahu mengapa kita hidup. Mengapa kita tidak mengerti mengapa kita hidup? Karena yang menyatukan seluruh aspek hidup kita bukan Tuhan. Kalau yang menyatukan semua aspek hidup kita adalah bukan Tuhan, maka yang menyatukan aspek hidup kita adalah berhala. Dan Hegel mengatakan kalau yang absolut itu tidak cocok menjadi absolut, cuma bagian yang diabsolutkan, Saudara juga masuk dalam abstraksi. Intinya kalau Hagel mengatakan abstraksi berarti itu jelek. Abstraksi itu membuat yang total tidak berkait dengan yang bagian, membuat yang bagian tidak berkait dengan yang total, atau membuat yang bagian menjadi total, atau membuat yang total menjadi bagian, ini semua abstrak. Total tidak nyambung dengan bagian, bagian tidak nyambung dengan total, total dijadikan bagian, bagian dijadikan total, itu akan menghancurkan. Dan kalau bagian dijadikan total, itu penyembahan berhala. “Mengapa kamu menyembah berhala?”, “karena saya mau totalkan dia”, “tapi dia tidak cocok untuk menjadi total”, maka Saudara akan minta berhala yang lain untuk mengisi bagian. Jadi ini total yang bergabung dengan total, lalu menjadi total plus total, ini aneh sekali. Kalau begitu penyembahan berhala itu apa? Penyembahan berhala adalah kebodohan. Orang-orang seperti Protagoras mulai mengkritik penyembahan berhala, dia mengatakan “kalau kamu mau punya berhala, kamu akan pakai dirimu menjadi berhala”. Manusia menyembah berhala, bentuknya seperti manusia. Kuda akan menyembah dewa yang bentuknya kuda. Jadi Saudara akan menyembah yang mirip dengan Saudara, kalau begitu Saudara perlu yang akan menyatukan Saudara. Karena berhala-berhala itu tidak mampu. Kalau berhala-berhala itu tidak mampu, Saudara akan sadar berhala itu tidak sanggup lalu Saudara akan cari yang akan menyatukan semua. Waktu Saudara mencari yang akan menyatukan semua, Saudara akan kesulitan. Karena tidak mungkin Saudara yang bagian bisa mencari sesuatu yang bisa menyatukan seluruh alam semesta. Ini pekerjaan yang tidak mungkin. Itu sebabnya penyembahan berhala akan membuat hidup Saudara sangat berat, kacau, hancur, karena yang menyatukan hidup Saudara adalah sesuatu yang kosong, Saudara tidak tahu apa itu. Namun Saudara belajar mendedikasikan hidup kepada sesuatu itu.
Lalu apa yang bisa menyatukan hidup manusia? Hati yang kembali kepada Tuhan. Mengapa Tuhan bisa menjadi yang mutlak, universal, atau yang total? Karena Dia adalah yang sekaligus total sekaligus bagian. Keunikan ini hanya ada pada iman Kristen, Allah adalah satu-satunya yang satu dan Allah adalah satu-satunya yang tiga. Ada partikularitas dalam Allah, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tapi ada kemutlakan di dalam Allah, Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. Baik Bapa, Anak dan Roh Kudus sekaligus adalah universal, sekaligus partikular. Kalau kita memikirkan ini, kita langsung tahu Kekristenan benar. Manusia mau mencari apa yang bisa memayungi kehidupan kita dan Alkitab mengatakan hanya Tuhan. Karena Tuhan bekerja mengatasi hal yang mutlak dan Dia bekerja di dalam hal yang partikular. Kitab Suci mengatakan Allah ada pada diri orang yang paling kecil, namun Allah juga lebih besar dari seluruh langit. Langit tidak mungkin menampung Tuhan, tapi Tuhan rela tinggal di kemah kecil di padang gurun di tengah-tengah Israel. Dia adalah yang mutlak sekaligus yang part. Dia adalah yang total sekaligus yang menyatakan diri kepada manusia. Maka kalau Saudara menjadikan Tuhan yang mengikat seluruh aspek hidup Saudara, Saudara akan menyadari bahwa Dia akan menjadi mutlak di dalam kehidupan rumah tangga, di dalam kehidupan pekerjaan, di dalam kehidupan relasi, dan di dalam segala hal. Tuhan akan menjadi segalanya karena Tuhan memang satu-satunya yang boleh menjadi segalanya. Tapi pengertian bahwa Tuhan adalah segalanya tidak tentu diresponi oleh hati. Hati kita sulit untuk meresponi ini, sulit bagi hati kita untuk menuhankan Tuhan karena kita sudah terlalu lama dikuasai oleh berhala. Kita sudah terlalu lama ditipu oleh berhala. Maka kita tanpa sadar menjadikan Tuhan mirip berhala, atau kita mengabaikan Tuhan demi berhala kita. Berhala apa yang masih kita pegang? Berhala yang masih kita pegang adalah apa pun yang paling membuat kita sedih, paling membuat kita senang atau paling membuat kita marah. Saudara paling sedih karena apa, paling senang kalau mendapat apa, dan paling marah kalau terjadi apa? Itu akan menunjukan dimana berhalamu. Ada orang yang berhalanya adalah diri. Diri menjadi yang paling penting, diri tidak boleh dilanggar sama sekali, diri tidak boleh disakiti. Ada orang berani menyakiti diri, dia akan marah sekali. Tapi heran, waktu Yesus menjadi manusia, Dia tidak menjadikan diriNya pusat. Yesus tidak marah waktu Dia disakiti, Yesus tidak melawan balik waktu Dia dihantam, Yesus tidak membela diri waktu Dia dibawa menuju salib di Golgota. Jadi begitu banyak yang kita kerjakan yang terbalik dengan yang Yesus kerjakan. Tapi kalau kita mau kembali kepada Tuhan, kita mesti teladani apa yang Yesus kerjakan di dalam hidupNya. Sebenarnya hati kita mengarahkan kita kepada hal-hal yang sifatnya berhala. Saudara dan saya punya hati yang terpukau kepada yang bukan Tuhan. Dan waktu hati kita terpukau kepada yang bukan Tuhan, kita akan abaikan Tuhan. Mungkin kita mengaku kita dekat dengan Dia, tapi hanya sebatas pengakuan. Waktu kita tidak menuhankan Tuhan, kita sedang ada dalam penyembahan berhala. Dan yang terjadi ketika kita berada dalam penyembahan berhala, ayat 18 mengatakan Tuhan akan murka. Mengapa Tuhan murka kalau orang menyembah berhala? Karena kefasikan dan kelaliman akan muncul. Untuk menjadikan Tuhan bukan yang total, Saudara harus menekankan pengertian tentang Dia dalam segala hal. Saudara tidak bisa mengabaikan Tuhan, Tuhan terlalu keras bicara dalam segala hal. Mazmur 8 & 19 mengatakan bahwa Tuhan menyatakan kemuliaanNya dimana-mana, matahari yang terbit kemudian menjelajahi langit sampai dia terbenam itu menyatakan kemuliaan Tuhan. Bahkan gerakan mulut bayi pun itu katanya memuliakan Tuhan. Alkitab mengatakan Tuhan ada di mana-mana dan Tuhan menyatakan diri. Francis Schaeffer menulis buku yang menyatakan Dia ada di sini dan Dia tidak diam, Dia bersuara dengan keras. Tanpa kita sadari untuk membungkam pengenalan akan Tuhan, kita perlu kerja keras. Tapi yang menakutkan adalah begitu kita sudah sukses meniadakan Tuhan atau setidaknya membuat masyarakat berpikir Tuhan itu tidak ada, maka masyarakat itu akan sangat terbiasa menekan pengenalan akan Tuhan. Sekarang sangat sulit bagi Saudara untuk membuktikan Tuhan ada hanya dengan menunjuk ke langit. Misalnya ada orang atheis bertanya “buktikan kalau Tuhan itu ada”, Saudara tinggal mengatakan “lihat semua ini”, “saya sudah melihat ini semua, tapi di mana Tuhan?”, “kamu tidak lihat?”, “tidak”, “apakah kamu tahu keindahan ini dari mana?”, “dari sananya”, “langit dari mana? Terang dari mana?”, “dari sananya”, “tidak, Alkitab mengatakan itu dari Tuhan”, “tidak, itu dari sananya, pokoknya Tuhan tidak ada”. Manusia berhasil menekan pengenalan akan Tuhan dan keberhasilan ini akan membuat masyarakat sangat sekuler. Tapi jangan lupa, menekan kebenaran akan Tuhan di satu aspek akan membuat manusia menekan kebenaran akan Tuhan di dalam aspek yang lain. Begitu mereka menekan pengenalan akan Tuhan di dalam alam, mereka harus menekan pengenalan akan Tuhan di dalam hati. Tuhan berbicara sangat keras di dalam hati manusia. Moral manusia, perasaan tahu mana yang baik dan jahat itu dari Tuhan. Dan waktu manusia berusaha meniadakan Tuhan, pelan-pelan dia akan meniadakan sense benar dan salah di dalam dirinya. Dan waktu sense benar dan salah ditiadakan saat itu dia akan ngotot mempertahankan yang bukan kebenaran. Dia akan hidupi kehidupan yang tidak berpusat pada apa yang benar, sehingga orang akan hidup dengan salah, tapi tidak pernah sadar kalau dia salah. Ini yang namanya kekerasan hati. Pada ayat 24 dikatakan Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran. Di sini dikatakan Tuhan membiarkan hati manusia diarahkan kemana pun dia mau. Hati yang jadi problem, “hati saya dikuasai oleh berhala, bukan karena saya menyembah berhala tertentu tapi karena saya berusaha memadamkan suara Tuhan, saya berusaha meniadakan Dia berbicara dalam hati saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di telinga saya, saya berusaha memadamkan Dia berbicara di dalam khotbah, di dalam buku yang saya baca, di dalam apa pun”. Orang kalau mau berdosa, dia akan abaikan peringatan, dia akan abaikan semuanya. Waktu hati kita menyembah berhala, kita sulit berelasi karena kita tidak menemukan pribadi yang mutlak yang bisa menjalin relasi dengan kita. Maka hal yang paling penting dalam menjalin relasi dengan Tuhan adalah hati kita akan berubah, hatinya tidak lagi ke diri, hatinya tidak lagi keras menuntun kita ke arah yang salah, hati kita akan mulai diarahkan Tuhan kepada Tuhan. Dan waktu hati kita diarahkan kepada Tuhan, semua efek berhala dalam hati kita akan dinegasi oleh Tuhan.
Apa efek berhala menurut Alkitab? Yang pertama adalah kekosongan relasional. Itu efek paling parah dari berhala. Alkitab mengatakan berhala itu punya telinga tapi tidak bisa mendengar, punya mulut tapi tidak bisa berbicara. Saudara punya telinga dan mulut itu untuk berkomunikasi dan berelasi. Utamanya Tuhan memberikan mulut dan telinga adalah untuk berelasi. Saudara bisa mendengar orang lain dan Saudara bisa berbicara dengan orang lain. Saudara bisa menjalin relasi dengan orang lain. Problem dari penyembahan berhala adalah tidak terlatih untuk berelasi. Maka kalau kita mengaku Kristen tapi tidak melatih diri untuk berelasi baik dengan Tuhan dan sesama, kita masih hidup dalam pengaruh berhala yang lama. Berhala tidak mencoba untuk berkomunikasi dengan Saudara. Hal pertama yang Tuhan ajarkan adalah aspek relasi. Tuhan memanggil kita dengan berita Injil dan berita Injil adalah Allah mengampuni kamu, Allah berkuasa kembali, Allah akan menghancurkan kejahatan karena Dia mengasihani kamu. Allah akan menjadikanmu anakNya, engkau anakNya dan Dia Bapamu. Anak mana yang tidak berkomunikasi dengan bapaknya kalau bapaknya baik? Tuhan mengundang kita untuk mengenal Dia sebagai Allah yang berelasi dengan kita. Tuhan mau berelasi, Tuhan mau bicara, Tuhan mau mendengark kita berbicara. Berkomunikasi dianggap serius dan doa adalah hal serius, bukan karena Dia tidak maha tahu, bukan karena Dia tidak mahakuasa, tapi karena dia mau serius berelasi. Kalau Saudara menyembah Tuhan, Saudara akan dipengaruhi dengan aspek komunikasi dan relasi. Pelan-pelan diri Saudara yang rusak karena keengganan ketidak-kemampuan berkomunikasi akan hilang karena diubah oleh Tuhan. Orang yang mudah emosi, apa-apa marah, apa-apa ngamuk, dia akan diubahkan oleh Tuhan. Sekarang tidak ada gunannya marah, orang yang egois, diri tidak boleh dilawan, dirinya tidak boleh dirugikan apa pun, pelan-pelan mulai berlajar “ternyata berelasi itu bukan tentang saya. Kalau saya marah, saya harus belajar sebelum matahari terbenam, amarah saya habis”. Orang-orang yang pendendam mulai belajar ternyata dendam itu tidak berkait baik dengan relasi. Kalau kita berelasi tidak boleh dendam, kalau kita masih dendam berarti kita belum bisa berelasi dengan baik. Pelan-pelan orang akan diubah menjadi mampu berelasi. Karena berelasi dengan Allah yang secara total mengatur semua, namun secara parsial mau berelasi dengan kita secara individu.
Hal kedua dari penyembahan berhala adalah pada akhirnya setiap penyembah berhala akan menuju kepada dirinya. Dia akan mengutamakan dirinya. Karena berhala tidak ada, dia akan balikkan hatinya ke dirinya. Orang yang menyembah berhala akan dilatih untuk menjadi egois, dilatih untuk mementingkan diri, dilatih untuk mementingkan perasaannya, dan dia akan menyembah berhala karena kepentingan perasaannya. Saya khawatir kalau orang Kristen masuk dalam kekacauan ini, “mengapa kamu cinta Tuhan?”, “karena Tuhan cinta saya, Dia memaklumi saya, Dia menerima saya, Dia mendengarkan saya, Dia tahu penderitaan saya, Dia tahu kesulitan saya. Dia ada waktu saya sedih”, tentu tidak salah berpikir seperti ini, tapi kalau cuma ini yang dipikirkan berarti Saudara menyembah berhala. Karena Tuhan yang sama, yang Saudara sembah dan mengerti Saudara adalah Tuhan yang tidak mau mengerti kemalasan Saudara, tidak mau mengerti dosa Saudara, tidak mau mengerti ketidak-berubahan Saudara, dan dengan keras akan menegur atau bahkan menghukum Saudara, kalau Saudara tidak berubah. Tuhan yang sama yang mengasihi Saudara adalah Tuhan yang sama yang menyuruh Saudara untuk menjadi domba yang rela pergi ke tengah serigala, ini Tuhan yang sama. Maka kalau kita cuma menyukai satu aspek dari Tuhan dan membenci aspek yang lain, kita belum kenal Tuhan. Tidak ada pengenalan akan Tuhan yang membuat kita semakin egois. Makanya saya sering kritik orang yang terus mengajarkan tentang Tuhan sebagai Tuhan yang mengerti dan mengerti terus. Memang benar Dia mengerti, tapi jangan terus-terusan itu. Tapi mengapa banyak orang hanya menikmati Tuhan dalam satu sisi? Karena sudah terlalu egois, sudah terlalu berpusat ke diri, sehingga dirinya menjadi dewa tanpa disadari. Sehingga apa pun ajaran yang membuat ego dia disenangkan, dia akan senang sama ajaran itu. “Apa pun yang membuat diriku menjadi penting, aku akan menyenangi ajaran itu”. Tapi Alkitab penuh dengan perintah-perintah yang membuat kita jadi tidak penting. Siapa kamu, kamu harus menjadi yang paling kecil di antara yang lain. Dan kalau Saudara rela menjadi yang paling penting di antara yang lain, Saudara tidak akan terlalu senang kalau Tuhan itu seolah-olah difokuskan kepada diri Saudara. Saudara tidak akan mengatakan “saya senang Tuhan peduli kepada saya”, Saudara akan mulai terganggu dan mengatakan “Tuhan, saya mohon Engkau peduli yang lain”, bukan berarti berhenti peduli kepada kita. Tapi Saudara mulai punya kerinduan “Tuhan, bagaimana dengan yang lain? Saya berdoa kepadaMu dan saya mengenal Engkau, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh mendengarkan firmanMu di gereja dan mendapatkan khotbahMu yang limpah, bagaimana dengan yang lain? Saya boleh membaca Alkitab, bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan orang yang belum mengenal Tuhan, bagaimana dengan orang yang belum punya Alkitab, bagaimana dengan orang yang belum punya terjemahan Alkitab di dalam bahasanya? Kasihani mereka, Tuhan”, ini Kristen sejati. Karena mereka menyembah Allah yang relasional dan Allah yang relasional adalah Allah yang akan mencegah kita menjadi berfokus ke diri. Semakin fokus ke diri, kita semakin kanak-kanak. Makin fokus ke Tuhan dan rencanaNya bagi KerajaanNya, kita semakin dewasa. Ini hal kedua, berhala itu kosong sehingga cepat atau lambat kita akan fokus ke diri kita sendiri. Kita akan kembali ke diri kita dan menjadikan diri kita yang utama, kita akan menyenangi Tuhan karena Tuhan menyenangi kita. Tapi kita tidak akan menerima Tuhan yang menyuruh kita untuk mengosongkan diri, mengabaikan diri, bahkan memikul salib dan mengikuti Yesus. Banyak kalimat di dalam Alkitab yang tidak akan cocok dengan kita. Tapi semakin kita melihat ke diri, semakin besar potensi kita untuk menjadi depresi. Di dalam gerakan Reformed saya diajarkan untuk menjadi selfless terus-menerus, baru di situ saya akan menjadi self-conscious, saya sadar diri saya penting ketika saya abaikan diri saya. Dan ini yang Paulus mau katakan di dalam Surat Roma, mengapa orang yang menyembah berhala menjadi begitu kasihan hidupnya? Karena Tuhan sudah membiarkan hati mereka “kamu sudah tidak mau memberikan hatimu kepadaKu, silahkan memberikan hatimu kepada siapa kamu mau berikan”. Lalu mereka memberikan hati kepada berhala dan mereka tidak menemukan apa pun yang memuaskan. Akhirnya mereka melihat ke diri mereka dan mereka mengalami kekosongan. Bagaimana cara menangani hidup yang penuh kekosongan? Cuma 2, yang pertama depresi, gelap, bunuh diri atau kedua mencari kesenangan untuk mengisi hidup. Keduanya adalah respon dari kekosongan. Orang yang hidupnya tidak ada harapan atau masa depan, hidupnya kosong. Atau orang yang merasa hidupnya tidak ada harapan, dia sedang kosong, dia perlu Tuhan. Kosong itu bisa dicegah kalau kita belajar mengarahkan hati kepada Allah yang sejati. Tapi kalau kita tidak melakukan itu, hidup kita menjadi kosong. Dan ada yang kedua, orang yang menjadi kosong juga adalah orang yang gila kesenangan. Selalu cuma cari kesenangan, tidak mengerti tanggung jawab, tidak mengerti apa pun, hanya mencari kesenangan. Karena kosong, harus diisi dengan kesenangan, akhirnya kesenangan itu menidurkan dia, memberikan sense bahwa hidupnya sudah penuh padahal itu kesenangan yang sementara. Begitu kesenangan itu hilang, dia merasa kosong lagi dan dia cari lagi kesenangan itu. Bagaimana cara menangani orang yang seperti ini? Mungkin ada laki-laki yang tidak bisa merasa tenang kecuali dia punya pacar atau dia diakui oleh orang lain, ada perempuan yang tidak bisa tenang hidupnya kecuali ada yang sayang dia, “rasanya seperti tidak ada yang menyayangi saya, kalau tidak ada yang menyayangi saya, saya tidak mau hidup, saya perlu disayangi”, lalu dia mencari disayangi oleh siapa pun. Tapi dia sedang kosong, bagaimana menyadari bahwa dia kosong? Caranya adalah dengan tidak membiarkan dia menipu diri dengan kesenangan yang palsu. Selama dia pikir kesenangannya ada di jalur ini, lalu kita melarang dia ke jalur itu, dia akan merasa kita memusuhi dia. Padahal kita tidak memusuhi dia, kita sedang mengingatkan dia bahwa dia menuju kekosongan yang lebih parah lagi.
Lalu hal ketiga, dikatakan bahwa manusia tidak bisa memuliakan Tuhan karena menyembah berhala. Jadi penyembahan berhala itu salah dan parah karena manusia yang menyembah berhala tidak mungkin memuliakan Tuhan. Dia akan memuliakan yang lain. Dia akan mati-matian menolah Tuhan dan dia ingin worship yang lain. Semua orang punya kecenderungan untuk worship. Kita akan mengagumi idola kita dengan kelebihan, karena ada sense of worship dalam diri kita. Richard Mouw seorang pengajar di Fuller, dia pernah mengatakan manusia adalah makhluk yang harus memuji. Kita memunyai sense of worship dalam diri kita, kita mesti memuja, kita mesti menyembah. Kecenderungan orang untuk mengidolakan orang secara berlebihan itu terjadi karena dia tidak mau Tuhan. Dia menolak untuk memberikan kemuliaan untuk Tuhan dan dia berikan itu kepada orang lain. Ada orang kalau sudah punya idola itu benar-benar gila bukan main. Waktu saya pimpin seminar di Surabaya, ada satu orang bertanya memakai tulisan “apakah dosa kalau saya mengkhayal pacaran sama artis Korea?”, saya jawab “dosa sih tidak, tapi kasihan saja”. Hal yang paling penting adalah waktu kita belajar memuliakan Tuhan, kita akan tarik semua kemuliaan yang mau kita berikan ke manusia, lalu kita belajar memberikan itu kepada Allah, dan itu bahagia. Kalau Saudara memberikan kepada manusia apa yang seharusnya diberikan kepada Allah, Saudara akan terhilang. Tapi waktu kita berikan apa yang harusnya diberikan kepada Allah kembali kepada Allah, disitu ada kelimpahan di dalam menyembah. Semua manusia perlu menyembah. Dan sangat berbahaya kalau kita tidak menyembah apa pun karena kita akan menyembah diri. Sangat berbahaya kalau kita menyembah orang lain, atau sistem, atau apa pun karena kita akan menuhankan sistem itu. Paulus mengingatkan kalau kita diberikan kesempatan untuk mengenal Tuhan, arahkan hati kepada Tuhan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan kita di ayat 18 dan seterusnya, Tuhan marah kepada kita karena kita mengabaikan Dia. Bagaimana cara Tuhan marah? Tuhan marah dengan cara masih memanggil, masih menyatakan diri “arahkan hatimu kepadaKu, Aku masih menyatakan diri, masih berseru kepadamu, masih mau tarik kamu”. Tapi Paulus mengingatkan di dalam ayat 24, akan ada saat dimana Tuhan membiarkan. Dan kalau saat ini tiba itu bahaya sekali. Maka mari arahkan hati kepada Tuhan sebelum Tuhan mengatakan “sudah, kamu lakukan apa yang kamu mau”, kalau Tuhan sudah mengatakan seperti itu, berarti tidak ada harapan bagi kita. Tapi kalau Tuhan masih mengatakan “arahkan hatimu kepadaKu”, arahkan hati kepada Dia dan Saudara akan menikmati kelimpahan hidup di dalam kesenangan mengenal Tuhan. Paulus mengaitkan ini dengan Injil, dia mengatakan Injil adalah kekuatan Allah karena sekarang Tuhan mau kembalikan kamu ke dalam rencana semula, rencana yang penuh dengan bahagia, rencana yang penuh dengan sukacita. Mengapa orang tidak melihat rencana Tuhan ini? Karena tidak mau lihat waktu Tuhan. Israel tidak melihat limpahnya Kanaan, Israel cuma melihat susahnya padang gurun, maka mereka putus asa dan tidak mau mengikuti Tuhan. Saudara dan saya ingin menikmati hidup, mari menikmati di dalam waktu Tuhan. Jangan dengar waktu dunia, dunia akan mengatakan “waktunya kamu bahagia”, Saudara mengatakan “saya akan bahagia, Kerajaan Allah akan datang. Dan itu kerajaan yang penuh terang dan kesenangan. Itu bukan kerajaan yang gelap dan menakutkan”. Semua hal yang
menderita di dalam dunia ini akan ditiadakan oleh kerajaan yang terang itu. Alkitab bahkan mengatakan tidak ada air mata di sana, karena tidak ada alasan untuk menangis. Kerajaan itu penuh dengan sukacita dan Paulu mengatakan “inilah kekuatan saya. Saya tidak malu akan Injil, karena meskipun Injil itu tidak kelihatan sekarang, tapi saya tahu buktinya sudah jelas lewat kebangkitan Kristus”. Apa yang ditaklukan oleh kebangkitan Kristus? Kematian. Apa itu kematian? Di dalam tradisi Perjanjian Lama, kematian adalah puncak dari ketidakberartian hidup manusia. Hidup manusia yang tidak mau menyembah Tuhan, tidak taat firman, hidup di dalam kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala akan berujung pada kematian. Kematian adalah titik puncak dari semua pelanggaran manusia. Pelanggaran tidak menyembah, pelanggaran tidak mengasihi, pelanggaran hawa nafsu dan lain-lain, berpuncak pada kematian. Maka kalau Yesus mengalahkan kematian berarti semua problem yang menyusahkan hidup di Perjanjian Lama sudah Dia tangani. Itu sebabnya Saudara dan saya dapat kesempatan untuk datang kepada Tuhan. Dan biarlah kita bersyukur kepada Dia yang memanggil kita dan menjadi milik Dia. Hidup dengan penuh hikmat dan tidak menggantikan kemuliaan Allah dengan hal-hal yang fana. Kiranya Tuhan memberkati dan menolong kita semua.
(Ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah)