Lalu bagaimana dengan agama sejati di dalam iman Kristen? Di dalam pengertian Surat Roma dan seluruh Kitab Suci konsisten dengan ini. Agama yang sejati adalah tentang pameran hidup di dalam pengharapannya Tuhan, pengharapan yang Tuhan berikan. Jadi ini yang pertama, agama sejati membuat Saudara berharap pada apa yang Tuhan mau kerjakan. Saudara punya pengharapan harus sama dengan apa yang Tuhan mau kerjakan. Dan yang Tuhan mau kerjakan bukan di sana tapi di sini, berarti Tuhan akan kerjakan kehendakNya disini. Kalau Tuhan akan kerjakan kehendakNya disini, Saudara akan menantikan Dia menggenapi kehendakNya di sini. Maka Saudara punya agama sejati, Saudara mengharapkan pengharapanNya Tuhan, Saudara akan bertekun. Maka bertekun itu menjadi tema terpenting di dalam iman Kristen. Apa beda iman palsu dengan iman Kristen? Iman Kristen itu bertekun, Saudara punya istri kurang baik, Saudara punya suami kurang baik, Saudara punya orang di sekitar Saudara kurang baik, Saudara bertekun. Mengapa bertekun? Karena engkau tidak punya agama palsu. Dan Saudara menuntut diri bertekun bukan menuntut orang lain bertekun. Agama palsu selalu tuntut orang lain, “saya sudah di dalam, mengapa kamu tidak?” ini cinta Tuhan dipertanyakan karena agama palsu tidak memberi jalan untuk orang cinta Tuhan. “Saya sudah saleh, mengapa kamu belum?”, ini agama palsu. Saudara beragama palsu karena Saudara menyerang orang lain, lalu membuat diri menjadi standar. Dan herannya bukan cuma kesalehan beragama yang dijadikan standar, tapi tuduhan munafik juga dijadikan standar. “Untuk apa beragama seperti kamu? Rajin belajar tapi lihat gayanya seperti apa. Tidak seperti saya, tidak belajar dan gayanya parah”, ini konsisten, sudah tidak belajar dan hidupnya parah, itu agama palsu. Karena Saudara sudah berada di lingkaran Saudara yang aman, orang lain belum, ini agam apalsu. Tapi sebaliknya, Saudara mempunyai iman Kristen, Saudara bertekun, dan Saudara menerapkan itu ke diri, “Tuhan, saya punya keluarga yang masih belum menjalankan apa yang sukacita dijalankan di dalam Tuhan. Tolong saya bertekun”. “Tuhan, negara saya belum berada di dalam keadaan ideal, ajar saya bertekun”. “Tuhan, kondisi tempat kerja saya belum ideal, ajar saya bertekun”, ini agama sejati. Agama sejati secara unik bisa bergabung dengan kebobrokan dunia tanpa menjadi sama dengan dunia. Saudara kalau mengimani iman Kristen, Saudara kerja pun tenang. Mengapa tenang? Karena Saudara tahu Tuhan tidak menuntut Saudara untuk berada di dalam keadaan apapun yang tidak real, asalkan Saudara tidak boleh menindas orang lain, itu kuncinya. Jika Saudara menindas, merugikan, dan menipu orang lain, Saudara tidak mungkin diterima oleh Tuhan, ini sudah pasti. Tapi Saudara berada di dalam sistem yang masih rusak lalu Saudara bertekun di dalamnya, ini bagian yang Tuhan pun akan memberikan hatiNya untuk menyertai kita. Hal-hal seperti ini tidak ada, kalau Saudara merenungkan agama yang palsu itu karena agama palsu selalu mensyaratkan “kalau tidak ideal tidak bisa”. Tetapi iman Kristen akan mengatakan “Tuhan, saya bersyukur karena Engkau mempunyai kesabaran yang besar terhadap saya”. Heran, kita selalu sadar Tuhan sabar sama kita, tapi kita menolak untuk mengerti Tuhan juga sabar sama orang lain. Jika Tuhan bersabar kepada engkau, harap engkau sadar Tuhan dengan kesabaran yang sama Dia berikan kepadamu, juga sedang bersabar kepada orang lain. Kecuali Saudara merasa diri Saudara tidak perlu membuat Tuhan sabar, “saya orang baik, untuk apa Tuhan sabar kepada saya. Kalau saya jadi orang baik, Tuhan juga senang kepada saya” ini agama palsu. Tapi agama yang sejati membuat Saudara sadar “Tuhan berbelas-kasihan karena saya tidak layak, tapi mengapa Tuhan mau sabar kepada saya? Jika saya orang yang begitu cemar ini mendapatkan kesabaran Tuhan, maka kamu yang juga cemar dapat kesabaran Tuhan”. Kalimat ini indah kalau Saudara renungkan “sama seperti Tuhan mencintai saya, demikian Tuhan mencintai orang lain”. Sehingga sebenarnya alasan orang sulit menerima orang lain adalah karena dia tidak rasa dia berdosa, dan penyakit agama palsu. Maka Saudara harus renungkan ini, tanya ke diri “apakah engkau sadar engkau berdosa? Iya sadar”, jangan lip service, jangan cuma sekedar pengakuan yang tidak dari hati. Imamat mengajarkan orang Israel untuk mempunyai ekspresi hati bukan cuma sekedar tindakan luar. Maka kalau Saudara ditanya “apakah engkau berdosa?”, jangan hanya mengatakan “iya, saya orang berdosa”, “mengapa?”, “semua orang berdosa”. Ini sama dengan bilang “engkau spesial”, semua orang juga spesial, nothing special. Demikian mengatakan “saya orang berdosa, tapi so does everybody else. Kalau everybody else juga orang berdosa, semua orang berdosa, saya orang berdosa maka saya oke dong”, ini bahaya. Saudara mestinya punya perasaan, punya sense diri di hadapan Tuhan, ini yang Pak Tong sering kutip dari Kierkegaard, diri di hadapan Tuhan lalu langsung sadar betapa bobroknya diri. Ini yang Calvin katakan, mengaku dosa itu bukan sebuah tindakan yang bisa Saudara lakukan dengan nyaman karena orang lain juga begitu. Kalau kita semua pendosa, kita semua tenang, ini gawat, sebenarnya ini agama palsu. “Kita semua berdosa di dalam standar dosa tertentu, kita ada dalam dosa yang tolerateable”, ini sesuatu yang kita tanpa sadar miliki. “kita ada dalam dosa yang bisa ditoleransi, kamu tidak”, ini yang kita bilang kepada sesama kita. Suami bilang ini ke istri, istri bilang ini ke suami, orang tua bilang ini ke anak, anak bilang ini ke orang tua, tanpa sadar betapa jahatnya kalimat itu, jahat bukan main. Kita tidak sadar betapa jahatnya itu, kita penjahat yang masih merasa diri baik. Apakah Saudara sadar kalau kita pikir kita orang berdosa di dalam standar masih di toleransi, orang lain tidak, lalu mengatakan “kamu kan lain dengan, saya tidak berdosa seperti kamu, kamu dosanya tidak bisa ditoleransi”, Saudara orang jahat, Saudara agama palsu, itu saja. Tapi kalau Saudara mengatakan “saya tidak tahan, tapi saya tahu Tuhan cinta saya, Saya dan kamu tidak beda-beda amat, parahnya saya juga parahnya kamu. Kalau Tuhan bersabar kepada saya, berarti Tuhan juga akan bersabar kepada kamu. Saya akan belajar bersabar kepada kamu”, itulah iman Kristen. Iman Kristen adalah iman yang berani menegur, tapi dengan hati yang penuh cinta kasih. Apakah Paulus tidak menegur orang Yahudi? Dia mau dipenggal orang Yahudi, ini tandanya ia menegur orang Yahudi dengan keras. Kalau dia baik-baik sama orang Yahudi, dia kemana pun pergi aman. Maka Paulus dikejar-kejar karena mengatakan “kamu tahu tidak, Mesiasmu itu tersalib”. Waktu mereka marah, Paulus mengatakan “mengapa kamu marah? Karena kamu punya agama salah, kamu seperti nenek moyang menghujat Tuhan, demikian juga kamu”. Kalimat ini membuat orang Yahudi marah. Maka Saudara lihat pelayanan pertama Paulus hasilnya itu bukan gereja. Pelayanan Paulus baru diberkati dengan gereja setelah Tuhan utus, ini penting untuk kita pahami. Kemana Paulus pergi karena diutus Tuhan, gereja berdiri. Saudara jangan jadi hamba Tuhan kalau bukan Tuhan yang utus. Karena kita akan menyengsarakan gereja dan menyengsarakan diri. Orang tidak dipanggil jadi hamba Tuhan, jadi pemimpin jemaat, jemaat sengsara bukan main. Apa Paulus tidak dipanggil Tuhan? Dipanggil, tapi sebelum waktu Tuhan utus, Tuhan belum izinkan dia menghasilkan buah. Tapi dia menerima penganiayaan, ini tidak pernah berhenti, sampai kapanpun dia dianiaya. Tapi setelah Tuhan mengatakan “khususkan Saulus dan Barnabas”, dia pergi ke mana gereja berdiri. “Saulus hebat, Paulus hebat”. Paulus memang hebat tapi bukan itu yang membuat dia menjadi berhasil mendirikan gereja. Dia sudah hebat dari awal, tapi mengapa di awal dia belum dirikan gereja? Belum bisa, Tuhan belum utus. Maka setelah Tuhan utus, baru bisa. Ini penting, berdoa kepada Tuhan “apakah Tuhan panggil saya menjadi pemimpin jemaat? Jika iya adakah itu mulai terbukti sekarang?” Saudara perlu meyakinkan diri di situ. “Apakah saya dihormati orang orang saat ini?” Jika tidak tolong pikirkan lagi. Tuhan tidak boleh diperlakukan sembarangan hanya karena saya ingin Tuhan harus taat rencana saya itu, itu tidak benar. Itu sebabnya siapa mau mau menjadi hamba Tuhan, pikirkan baiak-naik. Ini bukan satu langkah yang dengan sembarangan bisa dibuat, “apakah engkau dipanggil untuk menyuarakan suara Tuhan dengan penuh kuasa atau tidak? Apakah wibawa rohanimu menaklukkan orang atau tidak”, ini menjadi sesuatu yang kunci. Maka Saudara sangat penting untuk uji. “Kalau keluarga tidak bisa takluk, bagaimana? Apa yang kamu akan lakukan di gereja Tuhan?”, ini Paulus katakan dengan jelas, jika seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, gain respect from them, tidak bisa mendapatkan penghargaan dari istri, tidak bisa mendapatkan penghargaan dari anak-anak, dia bukan pemimpin, dia bukan hamba Tuhan. Itu menjadi kunci di dalam perkataan Paulus di Timotius, ini menjadi kunci untuk kita mengerti panggilan dari Tuhan. Setelah Paulus diutus oleh Tuhan, dimana-mana gereja berdiri, tapi di mana-mana dia mendapat penganiayaan. Dia dilempari batu sampai hampir mati di daerah Listra, dia harus melewati gunung yang sangat tinggi di Asia Minor, lalu dia mesti menjelajah begitu sulit ke mana-mana sampai di tempat dia dianiaya. Bayangkan berapa capeknya hidup yang dia jalani. Tapi dia terus punya cinta kasih kepada orang-orang Yahudi, dia mengatakan kepada orang Yahudi kalimat-kalimat keras, dia bicara seolah-olah Tuhan menyatakan murkaNya lewat dia kepada orang Yahudi. Dia mengatakan “hei orang-orang yang keras hati, mari kembali kepada Tuhan”. Paulus berkata dengan sangat berani. Tapi kepada Jemaat Roma dia mengatakan “alasan aku berkata keras kepada mereka adalah karena aku mencintai mereka”. Di dalam awal dari pasal 9 Paulus mengatakan “saya rindu untuk mereka diselamatkan kalaupun itu berarti saya terkutuk. Cintaku kepada mereka begitu besar”, heran, Paulus cinta orang munafik dengan kecintaan demikian besar, karena Paulus bukan agama palsu, dia mengerti apa artinya dicintai oleh Tuhan. Maka Paulus dengan penuh kesulitan, berat dan aniaya, dia jalan untuk melayani Tuhan. Dan dia sadar satu hal “saudara-saudaraku yang aku cintai, aku harap mereka diselamatkan, inilah doaku kepada Tuhan. Karena aku berikan kesaksian mereka giat, tapi di dalam cara yang palsu, di dalam pengertian agama yang palsu”. Karena mereka tidak mengenal Tuhan, mereka tidak kenal kebenaran Allah, mereka terpisah dari agama yang sejati. Mari kembali kepada iman yang sejati. Ini hal pertama, Saudara ada di dalam iman yang sejati, Saudara menyadari belas kasihan Tuhan.

Lalu kedua, iman yang sejati membuat Saudara menikmati dicintai oleh Tuhan. Dicintai oleh Tuhan jauh lebih penting dari apapun. Saudara mau jabatan penting, Saudara mau gengsi karena dapat dipercayai hal-hal penting, Saudara mau mendapat pujian fana dari manusia, semua hal itu tidak ada guna. Kalau Saudara sudah memperoleh yang paling menyenangkan, Saudara akan dipuaskan oleh itu. Dicintai oleh Tuhan adalah segalanya. Agama palsu mengejar segala hal karena mereka tidak pernah ingat dan tahu ada Allah yang mencintai, sistem agama mereka tidak memungkinkan akan hal itu. Tapi di dalam iman Kristen kita sadar Allah adalah Allah yang rela menjadi manusia dan mati bagi kita. Ini dianggap bodoh karena cinta kasih dijalankan oleh Allah dengan penuh kerelaan sampai-sampai Dia dianggap bodoh. Cinta kasih membuat orang rela kerjakan hal yang membuat wibawa dia hancur. Ketika Tuhan mengerjakan pekerjaanNya, kira-kira apa yang membuat Tuhan paling menderita? Apa Tuhan menderita secara fisik? Tuhan tidak berfisik yang bisa dibuat menderita. Tuhan punya kemuliaan yang bisa dihina, itu yang Dia resikokan. Tuhan rela tanggung disebut bodoh oleh manusia demi mencintai kita. Maka menemukan bahwa di dalam iman Kristen ada cinta kasih yang paling dalam, yang Tuhan rela berikan. Cinta kasih yang dalam, ini yang harus Saudara miliki, ini yang membuat Saudara tahu “saya berada di dalam iman sejati”, mengapa? “Karena setelah saya tahu Tuhan mencintai saya, semua hal yang lain jadi indah karena itu”. Pernahkah Saudara mengalami ini? Jika belum, mengapa belum? Tanya Tuhan, “jika Engkau mencintai saya, semua yang lain jadi indah”. Saudara tidak ada di dalam level agama yang terus-menerus ragu “Tuhan terima saya atau tidak, terima saya atau tidak. Dia perkenan saya atau tidak”, lalu berada di dalam kesulitan tidak tahu Tuhan cinta saya atau tidak. Jika engkau tidak sadar Tuhan mencintaimu, engkau belum beriman. Jika Tuhan mencintai engkau, semuanya menjadi indah. Pergumulanmu pun akan ada unsur indah di dalam. Sesuatu yang berpengharapan karena mencintai saya. Ini bukan berarti kalau Tuhan mencintai kita, nothing else matter, karena Tuhan mencintai kita, semua yang lain jadi berarti. Keluargamu yang tadinya tidak berarti bagimu, sekarang jadi berarti karena sekarang Tuhan cinta kamu. Hidupmu yang tadinya tidak dianggap berarti lagi oleh engkau, sekarang kembali menjadi berarti, karena Tuhan mencintaimu. Keluarga yang tadinya sudah rusak, sekarang jadi berarti dan ingin kita perbaiki karena Tuhan cinta kita. Inilah dampak cinta Tuhan kepada banyak orang Kristen. Will you join, maukah engkau bergabung? Mengapa cinta Tuhan tidak engkau gunakan, nikmati dan jadikan sesuatu yang membentuk identitasmu, sehingga engkau memperbaiki hidupmu dengan sukacita. Memperbaiki hidup dengan sukacita karena Tuhan mencintai.

Kemudian yang ketiga, agama yang sejati membuat engkau lebih giat dari pada orang beragama palsu. Agama sejati tidak membuat orang malas, karena Saudara membuat semua yang harus Saudara lakukan sebagai keindahan mengekspresikan cinta Tuhan. Maka saya ingin mengatakan kepada Saudara, apapun yang Saudara kerjakan, jalankan dengan konsisten. Tapi Saudara mesti pikir bagaimana menikmati yang konsisten itu, ini sesuatu yang sangat indah dari Kekristenan. Saya tidak mengatakan “kalau belum suka jangan jalankan”, itu salah. Banyak hal kita belum belajar untuk sukai, tapi tetap harus kita jalankan. Namun harus menikmati bagaimana menjalankan apa yang memang harus dijalankan dengan kenikmatan dicintai oleh Tuhan. Dicintai oleh Tuhan membuat kita giat, ini yang menjadi sasaran kita. Saudara bekerja dengan giat karena apa? Karena ini cinta Tuhan yang menggerakkan Saudara. Paulus punya kunci untuk membuat kita mengerti mengapa dia giat. Dia mengatakan “kasih Allah yang menggerakkan kami, kasih Allah meyakinkan kami”, ini dia tulis di 2 Korintus. “Kasih Allah meyakinkan kami bahwa apa yang kami lakukan itu penting”, ini indah. Kalau Saudara melakukan sesuatu, Saudara coba pikirkan apakah kasih Tuhan bisa disalurkan lewat tindakan Saudara, jika iya, berjuanglah. Sedangkan agama palsu mengatakan “jika apa yang aku lakukan berarti aku sudah di level utama, aku kerjakan supaya aku dihargai. Aku kerjakan, supaya aku dihormati”, itu kosong. Sedangkan mengatakan “jika apa yang aku kerjakan menyalurkan cinta kasih Tuhan”, itu kelimpahan. Kiranya kita beriman dengan sejati kepada Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 5 of 5