Mari kita melanjutkan membaca dari surat Filipi, kita membaca Filipi 2: 6-11 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”. Saudara sekalian ketika kita mengerti tentang perendahan diri Kristus, maka umumnya kita memahaminya sebagai perendahan diri Kristus saja, Pribadi Kedua yang rela datang menjadi manusia dan menderita. Tetapi kalau Saudara melihat penjelasan Kitab Suci tentang Kristus, Dia adalah yang benar-benar, yang secara sempurna menyatakan Allah. Jadi sebenarnya apa yang ada di dalam Kristus itu ada di dalam Bapa. Sifat yang sama yang ada pada Kristus ini adalah sifat yang sama ada pada Bapa. Biasanya orang akan tanya pertanyaan yang sangat tidak mengerti teologi sebenarnya atau tidak mengerti firman Tuhan. Ketika mengatakan “mengapa Yesus Kristus yang datang? Mengapa Anak yang datang? Mengapa tidak Bapa sendiri yang datang? Kalau begitu besar kasih Bapa kepada dunia, mengapa Dia tidak sendiri jalankan itu? Tapi kita tidak bisa menafsirkan Tuhan semau kita, kita bukan hakim. Kita adalah murid yang sedang belajar, bahkan hamba yang sedang mengenal tuannya. Hamba mengenal Tuhan bukan dengan memberi masukan kepada tuan, tapi hamba mengenal tuan dengan mengagumi setiap pengertian baru yang dibukakan kepada kita. Saudara punya kehidupan yang sebenarnya limpah kalau Saudara mengalami pernyataan Tuhan yang mencerahkan Saudara. Sehingga Saudara bukan bertanya “mengapa tidak begini? Mengapa begitu?”, tapi sudah malah menjadi sebaliknya, Saudara menjadi kagum ketika Tuhan menyatakan diri. Saudara mengatakan “ini ternyata Allah kami, seperti ini Dia menyatakan diri”, ini yang membawa kita kepada kekaguman kepada Allah. Itu sebabnya setiap zaman akan menghasilkan dua jenis manusia, manusia pertama adalah manusia yang tidak pernah mengerti keagungan dari Tuhan. Tidak pernah tersentuh hatinya, tidak pernah digairahkan untuk kenal Tuhan, tidak pernah ada kerinduan untuk makin mengerti supaya makin menikmati Tuhan. Bagi orang model begini, menikmati Tuhan itu adalah hal asing, dia terlalu banyak disibukkan oleh kesenangan yang palsu, terlalu banyak dikacaukan oleh hal-hal yang bohong dari dunia ini. Sehingga dia tidak menemukan tempat untuk menikmati Tuhan. Seorang teolog bernama Agustinus menjadi tokoh sangat penting karena dia terus mengingatkan bahwa satu-satunya kemungkinan manusia bisa menikmati kemanusiaannya adalah ketika dia menikmati mengenal Tuhan. Ketika dia mengagumi Tuhannya, inilah yang kemudian mempengaruhi Reformasi. Beberapa ahli sejarah gereja mengatakan bahwa Martin Luther bukan cuma memberikan kebangunan mengenal Injil, tapi Martin Luther juga memberikan sumbangsih, memberikan kebangunan teologi Agustinus. Banyak hal dari Agustinus yang dilupakan, yang digali dan diangkat kembali oleh Luther. Maka Reformasi bukan pemberontakan terhadap masa lalu, Reformasi adalah bangunan untuk mengenang masa lalu yang baik. Di dalam sejarah gereja begitu banyak hal baik. Dan Reformasi mengangkatnya kembali. Salah satu tema yang sangat penting adalah tentang menikmati Tuhan. Mengapa engkau menikmati dosa? Karena engkau tidak tahu bahwa menikmati Tuhan lebih limpah daripada menikmati dosa. Mengapa kita terkurung di dalam keserakahan? Karena kita tidak tahu bahwa kelegaan mengenal Allah sebagai Pemelihara adalah obat bagi segala bentuk keserakahan. Mengapa kita diikat oleh hawa nafsu? Karena kita tidak tahu bahwa gairah akan kekudusan Tuhan sebenarnya adalah yang membuat kesenangan paling utama bagi kita. Intinya adalah mengapa kita berdosa? Karena kita tidak tahu betapa menyenangkannya Tuhan. Di abad 21 seorang pemikir Kanada, seorang teolog bernama James Smith mengingatkan kita akan Agustinus dan tema ini. Dia mengatakan terlalu sering kita menjadikan Kekristenan itu kewajiban yang tidak disertai dengan gairah dan keinginan. Kita tidak terlalu ingin jadi Kristen, tapi kita tidak punya pilihan. Kalau tidak Kristen jadi apa? Sehingga kita menjadi orang Kristen karena alternatif lain terlalu buruk. Kalau jadi Islam lebih parah, kalau atheis tidak ada harapan, kalau menjadi agama Hindu atau Budhis lebih parah dalam ajaran, sehingga kita memilih Kristen. Mungkin karena pengaruh dari orang tua atau karena kita tidak punya pilihan lain. Maka kita menjadi Kristen tapi kita tidak tahu mengapa kita harus ngotot menjadi Kristen. Apa yang ditekankan oleh Agustinus ini diangkat kembali oleh Luther di dalam Reformasi dan diangkat kembali oleh James Smith di abad 21. Mari belajar menikmati Tuhan, mari belajar dipuaskan oleh Tuhan, mari belajar menikmati kemuliaan Tuhan, mari belajar puas dengan kekudusan Tuhan. Ini tema-tema yang banyak kali dilupakan, bahkan ketika diingatkan kembali pun di dalam waktu yang singkat kembali dilupakan. Siapa mau jadi Kristen, dia jadi Kristen karena dia tahu disinilah kesempurnaan menikmati hidup sebagai manusia. Saya pernah ingatkan Saudara bahwa orang Kristen itu bukan orang yang senang menderita, tapi orang Kristen itu tahu bahwa menderita lebih menyenangkan daripada kehilangan Kristus. Menderita tidak menyenangkan, tapi jauh lebih tidak menyenangkan kehilangan Kristus. Menderita begitu menyusahkan, tapi jauh lebih menyusahkan tidak mengenal Tuhan. Pak Tong pernah mengatakan ada orang mengatakan “repot ya jadi orang Kristen, mesti ini mesti itu, mesti lakukan ini melakukan itu”. Tapi Pak Tong mengatakan “jauh lebih repat jadi orang atheis, jauh lebih repot tidak punya Tuhan”, perspektif ini yang perlu kita miliki. Kadang-kadang kita tidak sadar bahwa ketika firman Tuhan diberikan, firman Tuhan itu mengubah perspektif, bukan menambah informasi. Sayangnya kita sibuk menerima informasi baru, tambah informasi, tambah informasi, tambah informasi, tapi informasinya ditaruh di atas kerangka berpikir yang lama, dan ini yang membuat tidak nyambung. Demikian cara berpikir lama dicopot dan cara berpikir baru ditaruh di tempat cara berpikir kita yang tadinya begitu rusak dan salah. Itu sebabnya siapa Kenal Tuhan, dia harus tahu bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kenikmatan. Kadang-kadang kita kita begitu gampang di pesonakan oleh lagu populer yang simple, yang tidak memperdalam kemanusiaan kita. Tapi kalau Saudara menyanyikan lagu kedua, As a Deer in Want of water, Saudara tahu kata-kata dari Mazmur 42 adalah kata-kata ratapan dan kata-kata cinta kasih paling indah sepanjang sejarah manusia. Tidak ada kata-kata cinta, kata-kata kerinduan yang bisa lebih dalam dari ini. Kita terlalu banyak diisi oleh kisah romantis picisan, kisah romantis antara laki-laki dan perempuan yang dangkal. Tapi kisah kerinduan manusia akan Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh kerinduan satu manusia kepada manusia lain. Maka kalau kita membaca kalimat dari Mazmur 42 atau kita menyanyikan gubahan yang sudah berumur 500 tahun ini, kita tahu bahwa ada orang-orang yang mengerti bagaimana menikmati kemanusiaan didalam Tuhan. Dan mereka tahu kalau ini tidak ada, mereka kehilangan aspek paling utama dan kemanusiaan mereka. Mereka tidak menangis karena hilang uang, mereka tidak menangis karena hilang jabatan, mereka menangis karena merasa ditinggalkan Tuhan. Dan ini yang kita warisi sebagai pergumulan, “saya tidak mau kehilangan Tuhan, saya tidak mau tidak ada Tuhan, saya tidak mau tidak disertai Tuhan”, kalau Saudara ditanya “apakah kau yakin Tuhan menyertaimu, memimpin, memenuhi dirimu dengan RohNya?”, banyak orang Kristen mengatakan “tidak tahu”, dan dia bisa lakukan itu dengan straight face, dengan wajah yang tenang seperti tidak ada masalah. “Apakah kamu disertai Tuhan?”, “tidak tahu, yang disertai Tuhan kan biasanya pendeta dan hamba Tuhan”. Tetapi kalau Saudara tidak disertai Tuhan, lalu mengapa hidup, untuk apa hidup tanpa Tuhan? Untuk apa hidup tidak ada Tuhan di dalam hidup, untuk apa melangkah jika tidak ada Tuhan yang memimpin di masa depan. Tapi kita terlalu mengabaikan fakta bahwa kita tidak disertai Tuhan. Apakah saya disertai Tuhan? Tidak tahu. Kalau tidak tahu mengapa tidak mati-matian cari tahu bagaimana caranya disertai Tuhan. Banyak orang cuma berpikir tentang keselamatan, satu kali dapat, selamanya dipegang. Tapi ini adalah cara mengerti dan menikmati tuan paling bodoh. Karena Saudara seperti mendapatkan kepastian, satu momen percaya selamanya boleh melupakan Tuhan. Di Mazmur itu dikatakan “saya seperti rusa yang mau mati kalau tidak ada Tuhan”. Tapi sekali lagi, kita terlalu mengabaikan hal terpenting dalam hidup manusia, yaitu kehadiran Tuhan. Jika kehadiran Tuhan begitu penting, mengapa tidak mengejarnya, mengapa tidak mau, mengapa kita tidak mati-matian cari tahu, mengapa kita tidak perjuangkan, mengapa kita terlalu mengizinkan hal paling utama dalam hidup kita hilang? Saya mau tanya mana lebih penting, disertai Tuhan atau 4 miliar? Semua kita mengatakan dengan mulut yang suci “Tuhan menyertai lebih penting”, tapi hati kita yang paling dalam mengatakan “dimana 4 miliar? Saya mau kejar itu”. Satu hal penting yang diajarkan waktu saya bergabung di gerakan ini adalah hal paling bahagia bukan dapat uang, tapi keluarkan uang untuk pekerjaan Tuhan. Dan saya membuktikan bahwa ketika orang rela mengeluarkan apa untuk pekerjaan Tuhan dengan rela hati, Tuhan tidak akan tinggalkan. Maka waktu orang mengatakan “saya mau disertai Tuhan”, bagaimana caranya, saya mau tahu. Mungkin saya salah berpikir tentang Tuhan, perbaiki kerangka berpikir saya. Mengapa aku kurang menikmati Dia, mengapa aku tidak memikirkan tentang kehadiranNya? Mengapa aku tidak pedulikan Dia? Ini yang harus kita cari. Dan sebelum kita dapat, kita mati-matian mengatakan “saya ingin mendapatkan”. Agustinus mengatakan kalimat indah mengutip dari Musa, “aku harus lihat wajahMu”, tapi lihat wajah Tuhan bisa mati, “mati pun tidak apa-apa, aku harus lihat wajahMu”. Itulah sebabnya kalimat-kalimat paling agung di sepanjang sejarah manusia datang dari Kitab Suci, bukan dari surat romantis, bukan dari biografi manusia yang hina dan tidak berbijaksana, bukan dari kisah cinta artis, itu kisah paling remeh yang harusnya masuk tempat sampah. Saya paling benci dengan orang-orang yang mengagumi artis-artis yang hidupnya kacau, mereka tidak mengerti apa itu manusia yang agung. Mereka cuma mengerti populer, mereka cuma pamerkan tampang yang bagus. Tapi mereka sampah, terlalu banyak orang mengagumi sampah, dan terlalu banyak orang menyampahkan keagungan. Dan ini membuat saya berpikir sepertinya manusia tidak ada harapan, generasi baru makin bodoh, anak-anak muda makin bodoh. Anak-anak muda punya hidup makin bodoh. Dan seperti tidak ada cara untuk masuk ke dalam hati. Tapi kalau kita minta “Tuhan, celikkan saya. Tuhan berikan saya pengertian. Tuhan buat saya melihat bahwa saya perlu Engkau”, baru kita bisa menjalani kemanusiaan kita dengan baik. Itu sebabnya siapa jadi orang Kristen dia harus jawab pertanyaan ini, apa saya jadi Kristen karena terpaksa? Apa saya jadi Kristen karena tidak ada opsi lain? Atau saya jadi Kristen karena inilah harta paling indah untuk hidup saya? Seandainya ada ancaman bagi saya “jika engkau Kristen, saya siksa kamu, jika kamu Kristen, saya bunuh kamu”, apakah kita masih mengatakan “saya tetap akan Kristen”, karena ini kesenangan paling tinggi, ini kesempurnaan menjadi manusia, inilah yang membuat saya menikmati kehidupanku sebagai manusia. Itu sebabnya mari belajar pikiran kita diubah, mari belajar menikmati kenal Tuhan dengan cara yang menggugah. Dengan cara yang membuat Saudara mau mengatakan “saya mau tinggalkan hidup yang lama demi dapat hidup yang baru ini”. Ketika Paulus memperkenalkan tentang Kristus, dia tidak pernah perkenalkan Kristus dengan cara yang hanya bersifat teknis, “ini doktrinnya, ini yang kita percaya, ini doktrin benar, ini doktrin salah”, tidak. Dia menyampaikan tentang Kristus dengan menantang cara memandang hidup yang dimiliki oleh pendengar atau pembacanya. Engkau mau kenal Kristus, yakin? Karena jika engkau mau kenal, pengenalan akan Kristus akan meresikokan cara pikirmu yang lama. Mengenal Kristus akan mengganti cara berpikirmu yang sebelumnya. Kesenanganmu yang paling tinggi, kekagumanmu yang paling besar diubah oleh Kristus. Itu sebabnya Kitab Suci mengingatkan satu-satunya cara mengenal isi hati paling dalam dari Allah adalah lewat Kristus.
1 of 6 »