Tetapi apakah hanya itu? Bukan, hal yang kedua, di tengah-tengah seluruh Israel nama Tuhan dipermuliakan karena sistem ibadah mereka menunjang perbaikan dan perkembangan kerajaan itu. Mengapa Salomo berhikmat, mengapa orang-orangnya berhikmat, mengapa penataan kerajaan begitu bagus, mengapa politiknya beralan baik, mengapa militernya begitu baik? Karena ibadah menunjang semua. Central dari pekerjaan Salomo adalah pembangunan Bait. Dan dari Bait mengalir hikmat keluar, dari imam yang melayani, dari Firman yang diberitakan dan dari doa yang dipanjatkan di tengah-tengah Bait Suci, inilah yang menunjang kerajaan itu jadi baik dan besar. Maka Sauadra bisa melihat penurunan dari kerajaan Salomo, the decline of Solomon Kingdom, itu dimulai ketika ada temple yang lain, ketika ada kuil yang lain mulai dibangun Salomo. Pada waktu itu Tuhan meninggalkan dia. Bait yang utama, satu-satunya, tidak boleh ada yang lain. Dari Bait Suci, firman keluar, di Bait Suci doa dipanjatkan, di Bait Suci korban diberikan, dari situ penunjangan untuk politik yang baik, kerajaan yang baik dan juga segala keteraturan Kerajaan Salomo menjadi sempurna. Inilah dua hal penting, ada raja berhikmat dan ada Bait tempat orang beribadah, dua ini yang membuat nama Tuhan ada di tengah-tengah Israel. Nama Tuhan di tengah Israel karena kerajaanNya baik. Kerajaan bisa baik karena ditopang oleh agama yang baik. Ini hal penting sekali, apa yang membuat Eropa maju? Banyak orang tidak sadar, tapi iman Kristen membuat mereka maju. Orang mengatakan omong kosong, mereka maju karena budaya Romawi, mereka maju karena budaya Yunani, ini dikatakan oleh beberapa orang. Seorang bernama Bertrand Russel mengatakan demikian, lalu seorang bernama Karl Popper mengatakan demikian, Eropa maju bukan karena Kekristenan, Eropa maju karena budaya Romawi Yunani, Greco-Roman culture. Jadi Karl Poppper mengatakan begitu, Bertrand Russel mengatakan begitu. Kemudian Friedrich Nietzsche mengatakan hal yang sama, Nietzsche mengatakan Kekristenan tidak memberikan sumbangsih bagus bagi Eropa, Kekristenan membuat mundur Eropa. Nietzsche ini mengaitkan Kekristenan dengan Plato juga, bagi dia baik Plato maupun Kekristenan itu membuat Eropa mundur. Kita seharusnya kembali ke zaman Heraklitus, kembali ke zaman di mana konflik, kemenangan perang, kejayaan dan kekuatan manusia ini menjadi utama. Eropa dikatakan berhutang banyak kepada Romawi dan Yunani. Tapi kalau Saudara pelajari sejarah, baca sejarah secara umum, Saudara akan sadar bahwa budaya Romawi dan Yunani hancur di abad yang kelima. Ketika Kota Roma hancur, budaya Romawi dan Yunani hancur disapu bersih oleh orang-orang barbaric, orang-orang Visigoth, orang-orang Vandals, orang-orang Lombard, orang-orang Vikings, ini semua orang-orang yang menjarah Eropa dan menghancurkan kebudayaan Greco-Roman. Lalu bagaimana Tuhan memberi anugerah bagi Eropa? Tuhan tidak singkirkan budaya barbar ini, orang-orang Visigoth, orang-orang Lombart, orang-orang Vandals, Tuhan membuat mereka jadi Kristen. Orang-orang Vandals, Visigoth, orang-orang Frank ini semua adalah orang-orang barbar. Ketika misionaris memberitakan Injil kepada mereka, ketika biara-biara menjangkau mereka memberitakan Injil, pelan-pelan mereka jadi Kristen. Lalu kelompok barbar paling kuat yaitu kelompok Frankish, orang-orang Frank, mereka akhirnya menjadi Kristen, percaya doktrin Tritunggal, tunduk kepada gereja dan mereka kerajaan terbesar setelah Romawi hancur. Setelah Romawi hancur Kerajaan Frankish muncul dan kerajaan ini kerajaan Kristen. Tetapi kerajaan ini tidak melanjutkan budaya Yunani dan Romawi, kerajaan ini membangun kebudayaan baru yang sekarang kita kenal sebagai kebudayaan Gothik. Saudara tahu Gereja Gothik, Gereja Gothik itu tidak meniru Roma, tidak meniru Yunani. Gereja Gothik punya gayanya sendiri. Ini gereja dari kebudayaan orang-orang Goth, orang-orang Goth maksudnya orang-orang barbar seperti Visigoth, Lombart, Vandals dan juga Frankhis Empire. Mereka melewatkan budaya Yunani Romawi, mereka membuat budaya baru yang Kristen. Jadi kalau dikatakan Eropa melanjutkan Romawi Yunani, salah. Eropa dipengaruhi Kekristenan, lalu muncul budaya Goth, kemudian muncul pengaruh baru. Pengaruh baru yang menghargai budaya lama. Ini keunggulan Kekristenan, Kekristenan kalau muncul selalu lihat yang baik dari budaya lain. Makanya hanya Kekristenan cocok jadi orang penjangkauan dalam bidang misi, hanya Kekristenan yang cocok punya misi. Apakah benar hanya Kristen yang cocok punya misi? Iya, hanya Kristen yang cocok punya misi, karena sudah terbukti. Ketika budaya Goth menyebar di Eropa, ketika kemudian Kristen menyebar di Eropa, tidak perlu waktu lama mereka mulai memunculkan kembali ajaran dari filsafat Yunani yang bagus. Mereka gali kembali dari pikiran-pikiran Romawi, sehingga perkawinan antara budaya Kristen, pencampuran dengan yang indah, bukan yang sembarangan, yang bagus dari budaya kuno itu masuk, sehingga muncul yang namanya klasik baru, neoclassical. Mengapa neo-classical bisa muncul? Karena ada penghargaan terhadap keindahan Tuhan di budaya lain. Maka kalau orang Kristen bermisi, pergi ke bangsa lain, bangsa lain tidak dihabiskan budayanya, tapi diselidiki, “kamu punya budaya bagus dalam hal ini, kami akan masukkan ke dalam budaya kami”, ini Kekristenan. Tapi kalau agama lain, sulit, karena kalau agama lain punya budaya, begitu masuk daerah lain semua budaya diubah. Kalau kebudayaan Kristen menghargai semua yang indah, maka kebudayaan Kristen bisa dipakai Tuhan untuk menebus budaya lain. Kalimat ini pun banyak tidak disetujui oleh orang postmodern, “menebus? Enak saja menembus, memangnya cuma budaya kamu yang agung? Semua budaya bagus”, ini postmodern, semua budaya bagus. Termasuk kalau Saudara muntah di kanvas, lalu taruh bingkai, kemudian taruh di museum, ini jadi lukisan unik, lebih hebat daripada Leonardo Da Vinci. Mengapa lebih baik? “Karena ini dari muntahku”, ini gilanya orang-orang postmodern. Waktu iman Kristen muncul dan menyebar, iman Kristen menyebar mempengaruhi Eropa, maka Eropa mempunyai kemampuan untuk menggali kebudayaan, menggali ilmu pengetahuan, merangkul pengertian dari budaya lain, termasuk dari budaya Timur. Mereka pelajari ilmu perbintangan, mereka ambil teori filosofi dari bangsa-bangsa kuno yang tidak mengenal Tuhan, dan mereka padukan itu di dalam dunia pendidikan. Maka muncul seorang seperti Charles the Great, dia seorang raja, emperor yang luar biasa besar kerajaannya, dia adalah yang memuncakkan Kerajaan Frankish menjadi satu kerajaan baru yang nanti menggabungkan Perancis kemudian Jerman dan daerah sekitarnya, menjadi satu kerajaan besar. Setelah dia menjadi raja, dia mengatakan “saya mesti membuat learning center, semua tempat untuk belajar membaca mesti muncul”. Setelah orang diajari membaca, mereka semakin pintar. Mengapa belajar membaca membuat orang semakin pintar? Karena bahan bacaannya bahan-bahan bagus. Ini bedanya bahan baca dulu, zaman Charles the Great dengan zaman kita sekarang. Kalau zaman kita sekarang belajar materi membacanya adalah “ini Ibu Budi”, paling tidak ini di zaman saya. Mungkin di zaman Saudara sudah lain. Tapi di zaman Charlemagne, orang belajar membaca Alkitab, belajar membaca karya-karya dari bapa-bapa gereja. Bayangkan belajar membaca dari Confession, “jiwaku tenang di dalam Tuhan”, selesai membaca jadi mengerti “oh, jiwaku tenang di dalam Tuhan”, ini bedanya zaman Charlemagne dengan sekarang. Sekarang setelah Saudara baca jadi mengerti “oh, ternyata Budi adalah orang yang punya papa dan mama”. Ilmu pengetahuan mulai menyebar dan Eropa menjadi maju. Setelah Eropa maju, ilmu pengetahun maju, mulai politik merajalela, ini yang membuat bahaya. Politik merajalela, gereja tertarik politik, ini terjadi di mana-mana. Banyak pemimpin gereja, yang mau jadi pemimpin supaya bisa masuk jadi anggota DPR, mau jadi pemimpin politik. Ketika gereja tertarik berpolitik, mau jadi pemimpin bidang politik, Eropa mulai hancur. Setelah Eropa hancur, menindas orang-orang yang sebenarnya saleh, orang-orang saleh dari Inggris, orang-orang puritan, orang-orang Protestan di daerah Prancis lari. Sudah lari, mereka mengatakan “kami tidak bisa tinggal di Eropa, kami mau lari”, lari kemana? Lari ke Amerika, maka mereka pergi ke Belanda. Pergi ke Belanda, mereka kumpul uang, mereka kerja keras di Belanda, kumpul uang tabung untuk membeli kapal pergi ke Amerika. Maka mereka menabung sampai bisa beli sebuah kapal, kapal pertama itu namanya Mayflower. Mereka pakai Mayflower berlayar ke Amerika dan mendirikan koloni baru di Amerika. Kekristenan Eropa menyebar ke Amerika dan Kekristenan yang murni mulai muncul di sana. Jadi jangan remehkan pengaruh budaya yang sudah dipengaruhi oleh Kekristenan, kuat sekali untuk memberkati orang. Di mana ada ibadah yang benar, seluruh pengaruhnya akan menyebar ke budaya. Maka kita mesti tanya, supaya budaya terbangun mesti ada agama yang kuat, mesti ada agama yang sejati, mesti ada iman yang benar. Kalau tidak, tidak mungkin budaya berkembang. Sekarang seperti ada alternatif budaya berkembang tanpa agama. Budaya berkembang tanpa agama ini namanya sekularisme. Sekularisme mulai terjadi di zaman pencerahan dari abad ke-17 dan tema sekularisme adalah budaya bisa berkembang tanpa agama, tanpa percaya Tuhan, tanpa iman Kristen, tanpa iman agama apapun. Budaya ya budaya, teknologi ya teknologi, sains ya sains, agama di luar. Akhirnya ini berkembang dalam berapa ratus tahun, sampai di abad 21 awal, banyak pemikir yang mengatakan seperti Charles Taylor mengatakan Eropa dan Amerika tidak pernah tinggalkan agama, karena kalau mereka benar-benar tinggalkan agama, maka sistem demokrasi juga harus ditinggalkan. Kalau mereka benar-benar tinggalkan agama, maka seluruh pengaruh agama yang sampai sekarang dipakai, itu mesti ditinggalkan dan itu tidak mungkin. Di dalam buku yang judulnya Secular Age, Charles Taylor memberikan pengertian mengapa agama masih belum ditinggalkan tapi orang sekuler tidak sadar mereka tidak tinggalkan agama. Sekarang sudah mulai makin kelihatan di Amerika, agama benar-benar mau disingkirkan. Dan salah satu sumbangsih agama adalah pernikahan monogami, 1 laki-laki 1 perempuan, ini mau disingkirkan. Sehingga mereka mengatakan “pernikahan apakah harus 1 laki-laki dan 1 perempuan? Kalau ada laki-laki punya tendensi homoseksual bagaimana?”. Bagaimana menjawabnya? Saudara kalau ada tendensi sakit jantung, baiknya diapakan? “Mari kita hargai hak orang sakit jantung”, tidak begitu, harusnya diobati. Bagaimana kalau ada orang punya tendensi homoseksual? Harusnya diobati, “tidak, kita tidak obati, kita tampung, kita munculkan pasangan buat yang homo ini. Kalau salah katakan salah, kalau Saudara melihat pencuri, apakah pencuri haknya harus dihargai? Saya tidak mengatakan orang punya tendensi homoseksual sama jahatnya dengan pencuri. Tapi yang saya katakan adalah setiap ada kesalahan atau penyimpangan atau perbedaan mesti ditangani dengan baik, dengan kasih, dengan pengertian tapi juga dengan keketatan di dalam kebenaran. Itu sebabnya ketika Amerika mengatakan “mari kita singkirkan pengaruh Kristen”, termasuk dalam pernikahan, termasuk di dalam mengerti gerak sejarah, termasuk di dalam mengerti banyak aspek di dalam kehidupan manusia yang sampai sekarang diberikan karena ada pengaruh Kristen masuk ke dalamnya. Ini semua pelan-pelan disingkirkan. Tapi Charles Taylor sudah mengatakan di awal abad 21, tidak mungkin singkirkan Kekristenan, Kekristenan tidak bisa diabaikan. Mau abaikan Kekristenan dan pengaruhnya, Saudara harus pecahkan budaya yang ada sekarang dari keagungan Kekristenan dan ini akan membuat budaya yang hancur, budaya yang akan menghancurkan diri sendiri. Dari keadaan raja yang bijak, kemudian pada Bait Suci tempat orang beribadah. Pengaruh Bait Suci menyebar keluar, inilah yang membuat nama Tuhan dinyatakan dengan mulia di tengah-tengah Israel. Jadi Israel disebut dengan nama Tuhan dan bukan cuma seruan mengatakan “Tuhan ada di sini”, bukan cuma label ditaruh di ambang pintu “Tuhan hadir di sini”, bukan. Tapi orang bisa melihat pengaruh dari ibadah di Bait Suci menyebar ke politik, pengaruh dari ibadah di Bait Suci membuat hikmat di tengah-tengah politik. Pengaruh hikmat di politik membuat sejahtera warga. Itu sebabnya nari perjuangkan iman Kristen. Karena di dalam Perjanjian Baru, Kitab Filipi mengatakan nama Tuhan sekarang diberikan kepada Kristus. Di dalam Kisah Rasul 4 yang kita baca dikatakan tidak ada nama yang diberikan ke manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Tidak ada lagi manusia bisa punya nama seperti Kristus. Karena yang punya nama yaitu Kristus, adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan. Nama Tuhan sekarang dilekatkan kepada Kristus.